Saturday, January 17, 2009

3 Alasan John Grisham Layak Disebut Penulis Hebat



Seperti yang pernah aku tulis dalam review novel The Chamber, John Grisham adalah seorang master yang berani dan pandai meramu topik yang membosankan dan tidak menarik bagi kebanyakan orang (pengadilan, hukum) menjadi sebuah bacaan yang mengasyikkan (siapa bilang thriller hanya bisa melibatkan aksi penembakan yang berdarah-darah?). Aku adalah penggemar setia John Grisham, dan aku telah membaca semua novelnya yang pernah terbit di Indonesia. Menurutku, inilah 3 alasan mengapa John Grisham layak disebut penulis hebat:

Sulit ditebak

Salah satu keunggulan Grisham adalah dalam setiap bukunya, pembaca akan dibiarkan penasaran akan ending kisahnya sampai membaca halaman terakhir buku tsb. Tidak seperti kebanyakan penulis lain (sebut saja Sandra Brown) yang memiliki ciri khas sehingga bisa ditebak alur ceritanya (karena pasti sama dengan yang sebelum-sebelumnya: happy ending), maka novel-novel Grisham memiliki ending yang berbeda-beda, dan seringkali ‘twisting ending’.

Pernah membaca ‘The Partner’? Kisah itu adalah salah satu contoh twisting ending yang terjadi pada halaman paling akhir. Kita yang menyangka ending yang ‘smooth’, ternyata masih harus menahan napas sampai baris-baris terakhir. Bagi anda yang belum membaca, bersiaplah selalu akan kejutan-kejutan yang disuguhkan Grisham!

Tapi meskipun begitu, pasti ada yang bisa dijadikan pegangan. Bukankah tokoh yang baik, jujur biasanya akan selalu menang? Nah, masalahnya ada di poin berikut ini...

Batas kabur antara protagonis dan antagonis

Bila dalam novel Agatha Christie kita dapat mengidentifikasikan dengan jelas mana pihak yang baik (protagonis) dan mana yang jahat (antagonis), dalam novel John Grisham sepertinya batasan itu agak kabur.

Masih ingat ‘The Runaway Jury’? Aku merasa tergelitik waktu membaca ending buku ini. Karena, juri yang melakukan suap dan akhirnya melarikan diri bukanlah tokoh protagonis bagiku. Bagaimana mungkin karakter yang jahat malah akhirnya bisa bebas dan malah kaya raya? (buat yang belum membaca, maaf ya kalau jadi ketahuan endingnya. Makanya, ikuti terus blog Baca Buku Fanda ini agar tidak ketinggalan novel-novel terbaru John Grisham berikutnya!!) Tapi, itulah yang ditulis oleh John Grisham. Dan dengan mengesampingkan perdebatan moral, justru faktor itulah yang membuatnya hebat. Pembaca (seperti juga aku) mungkin akan menyangka bahwa di akhir cerita kedua tokoh serakah itu, entah bagaimana akan tertangkap dan kedoknya akan terbuka. Tapi...ternyata sebaliknya.

Jadi, di novel John Grisham, yang jahat atau pun yang baik sama-sama punya kans untuk jadi tokoh sentral.

Bisa menulis dalam topik yang sama sekali berbeda tapi sama memukaunya.

Selama ini Grisham telah menelurkan karya dalam tujuh kategori berdasarkan tema sentral:

Proses hukum dan pengadilan:
Yang ini mungkin agak membosankan bagi orang awam (seperti aku), The Brethern, The Summons, King of Torts dan The Rainmaker adalah contohnya. Proses hukum yang panjang dan istilah-istilah yang membingungkan, tapi karena diolah oleh sang ‘master’, maka masih bisa kunikmati (meski pada beberapa bagian yang penuh istilah teknis terpaksa aku lompati).

Rasisme:
A Time To Kill adalah yang paling kental mengulas rasisme. Meskipun The Chamber juga menyentilnya sedikit lewat sosok Sam Cayhall yang anggota KKK (Ku Klux Klan).

Suspense:
Buku-buku yang mengusung suspense yang diramu dengan segi hukum, biasanya yang laku untuk dibuat film oleh Holywood. Contohnya: The Pelican Brief, The Firm, dan The Client.

Petualangan:
Tidak dinyana, ternyata John Grisham bisa juga menyelipkan segi hukum ke dalam petualangan dan romantisme (dua sisi yang jarang digunakan Grisham), dengan tempo yang jauh lebih lambat daripada novel-novel thrillernya yang lain, di The Testament.

Humaniora:
The Chamber bisa dibilang satu-satunya penghuni kategori ini. Meski ada sedikit bumbu rasisme dan proses hukum, namun tema sentralnya adalah pergulatan batin tokoh terdakwa yang dihukum mati.

Non Legal:
A Painted House, The Bleacher dan Skipping Christmas memang berbeda dari novel-novel lainnya. Di ketiga buku ini kita sama sekali tidak menemukan istilah hukum atau bahkan alur cepat yang khas Grisham. Cerita-ceritanya simpel, alurnya lamban, namun tetap menghibur apalagi dibaca pas liburan.

Romantisme (bukan tema sentral, tapi cukup menghibur):
John Grisham dan romansa? Sepertinya ada yang salah?? Memang, novel John Grisham tergolong thriller, namun demikian dalam beberapa bukunya, John dengan murah hati menghibur pembaca wanitanya dengan sedikit romansa. The Pelican Brief dan The Testament adalah contohnya.

Jadi, setujukah anda kalau aku menjadikan John Grisham sebagai salah satu penulis fiksi terhebat?



Tuesday, January 13, 2009

Di Balik Sebuah Hukuman Mati: Tinjauan The Chamber - John Grisham


Bagi anda yang suka membaca, pasti sudah mengenal John Grisham, the master of thriller dan best legal fiction writer di dunia saat ini. Dan anda pasti bertanya-tanya mengapa aku begitu suka pada buku Grisham, The Chamber, yang tebalnya saja mungkin 600-an halaman. Topiknya: rasisme dan hukuman mati. Settingnya: penjara yang digambarkan gelap, bau, kotor dan berpenghuni orang-orang yang tak punya harapan hidup. Apalagi kamar gasnya (chamber)! Karakter utamanya: seorang narapidana tua yang telah menewaskan dua anak kecil dengan bom, yang tidak pernah menyesali perbuatannya. Terus mengapa aku tertarik untuk membelinya, membacanya sampai habis, dan bahkan menulis tinjauan disini?

Karena yang diangkat kali ini oleh John Grisham, selain proses hukum, adalah pergumulan pribadi seorang Sam Cayhall dalam menghadapi hukuman mati. Inilah yang menarik bagiku. Pernahkah anda bertanya-tanya dalam hati, apakah yang kira-kira ada dalam benak dan perasaan seorang narapidana yang dijatuhi hukuman mati? Dalam hal ini bukan layak atau tidaknya seorang terdakwa dihukum mati, atau pro dan kontra tentang hukuman mati itu sendiri. Namun, lebih pada ‘bagaimana pergumulan batin seorang manusia yang dihukum mati’? Apakah mereka menyesal pada akhir hidupnya? Apakah mereka merasa takut? Apakah, kalau diberi kesempatan, mereka ingin minta maaf pada keluarga korban? Apakah mereka ingin proses hukuman mati dipercepat atau malah ditunda? Dan apakah-apakah lainnya...

Rasisme mengemuka dalam buku ini lewat sosok Sam Cayhall, seorang kulit putih yang anggota Ku Klux Klan (KKK), dan pada suatu hari ditugaskan untuk melakukan pengeboman terhadap kantor seorang Yahudi. Akibatnya dua orang putra Yahudi tsb tewas. Terlepas dari layak tidaknya ia menerima hukuman mati, sangat sulit untuk bersimpati pada Sam. Ia jelas-jelas seorang rasis, dan tumbuh dalam keluarga yang biasa memperlakukan orang kulit hitam dengan semena-mena. Ia juga melakukan pengeboman dengan sengaja. Sudah cukup alasan untuk kita membencinya, dan hukuman mati sudah lebih dari layak ia terima.

Namun demikian, dengan membaca tulisan John Grisham, kita diajak menyadari bahwa manusia pada dasarnya sama. Kita semua takut untuk mati, takut menghadapi pertanggung jawaban atas apa yang telah kita lakukan. Menyesal atau tidak kita pada waktu melakukan suatu perbuatan yang menyengsarakan orang lain, kita diciptakan Tuhan dengan hati nurani. Setiap manusia pasti tahu di dalam lubuk hati terdalam bahwa apa yang ia perbuat adalah salah. Hanya kesombonganlah yang membuat ia bersikukuh bahwa dirinya benar.

Maka, seperti yang dialami Sam, pada saat ia sudah tak punya harapan (semua upaya hukum yang dilakukan Adam nampaknya sia-sia), kesombongannya pun mulai memudar. Dan yang ada kini adalah sosok Sam yang rapuh, menangis, dan mengibakan. Apakah layak ia dihukum mati? Inilah pertanyaan Sam di dalam hati. Apakah dengan menghukum mati dirinya, kedua anak yang telah tewas bisa hidup kembali? Dengan begitu lamanya penundaan, ia sebenarnya telah menerima hukuman dalam bentuk lain. Lagipula Sam memang telah dididik untuk rasis sejak ia lahir. Namun demikian, pada saat-saat terakhir menjelang jadwal hukuman matinya, toh Sam akhirnya menyesali keputusan yang telah diambilnya, perbuatan-perbuatan yang ia dan keluarganya lakukan selama ini. Akhirnya, kesombongan pun luruh ketika manusia tak berdaya.

Beberapa pelajaran yang secara pribadi aku petik dari buku The Chamber ini:

1. Sudah saatnya kita membuang jauh-jauh tentang perbedaan, ras, suku, agama. Saatnya kita membangun dunia dan mengembangkan diri tanpa melihat perbedaan, karena pada akhirnya perbedaan hanya menghasilkan kesengsaraan.
2. Kita harus menilai seseorang bukan hanya dari masa lalunya, tetapi juga dari nilai-nilai yang ia yakini saat ini. Semua orang pernah berbuat kesalahan, tapi yang terpenting adalah apakah ia menyesalinya dan berbalik ke jalan yang benar atau tidak.
3. Hukuman diberikan oleh lembaga hukum atau negara. Sebagai sesama manusia, hendaknyalah kita tidak ‘menghukum’ orang lain secara personal lewat stigma, hujatan dan pengucilan. Kita harus tetap ingat, bahwa mereka pun manusia, dan semua manusia itu pada hakikatnya sama (seperti yang dikatakan oleh tokoh Jem di To Kill A Mockingbird).
Sekali lagi, bravo pada John Grisham yang telah membuka mata kita, dan sekaligus memukau kita dengan tulisannya.



Wednesday, January 7, 2009

Wikinomics – Kolaborasi Global Berbasis Web Bagi Bisnis Masa Depan (1)



Catatan Fanda
: Wikinomics, sekilas kita membaca satu kata itu, terlintas di benak kita bahwa ini pasti berkaitan dengan ekonomi. Dan bila kita sudah familiar dengan internet, pasti kita mengenal Wikipedia, ensiklopedia online yang dapat di-edit dan di-update setiap saat oleh jutaan orang di seluruh dunia. Lalu apa hubungan antara teknologi wiki dengan perekonomian?

Kali ini aku akan mengulas sebuah buku bisnis dan ekonomi yang mengusung paradigma baru di dunia di tengah era digital ini. Sungguh menarik mengetahui kemana dunia ini akan menuju, sehingga kita tidak hanya terseret arus, melainkan turut serta menciptakan dan mengendlikan arus itu. Selamat membaca, dan semoga akan ada banyak ide-ide dan peluang yang anda dapatkan setelah membaca buku ini.


-----

Buku Wikinomics ini berisikan ide-ide Don Tapscott dan Anthony D. Williams, para penulis buku ini, mengenai apa yang terjadi sejak tahun 2003-2006, yakni saat lahirnya generasi Web 2.0 yang kelak akan mengubah wajah dunia, termasuk dunia bisnis dan ekonomi. Bagi anda yang belum tahu, Web 2.0 adalah generasi di mana pengguna internet tidak lagi menjadi browser pasif, tetapi mereka turut berpartisipasi dalam memberikan opini, membentuk komunitas dan mempublikasikan rekaman video. Lihat saja situs-situs pertemanan dan social media seperti MySpace dan Facebook. Lalu YouTube, tempat kita mempublikasikan rekaman video kita. Tak heran bila majalah Times memilih “Anda” sebagai 'person of the year' pada tahun 2006. “Anda” benar-benar sedang mengubah dunia!

Dan berkat Web 2.0, banyak perusahaan mulai memikirkan, merancang, membangun dan mendistribusikan barang dan jasa dengan cara-cara baru yang menarik dengan biaya yang semakin murah, dan inovasi yang semakin tinggi. Mari kita pelajari perubahan apa yang tengah terjadi di dunia kita, agar kita tidak terlambat untuk menciptakan peluang-peluang bagi bisnis kita maupun kehidupan kita. Karena menurut Don Tapscott, anda harus memilih : berubah atau mati!

Pendahuluan

Dalam sejarah, perusahaan diatur berdasarkan hirarki yang kaku. Karyawan vs manajer, marketing vs customer, produsen vs sub-kontraktor, perusahaan vs masyarakat. Selalu saja ada satu orang/perusahaan yang memegang kendali puncak rantai makanan. Walau hirarki tidak hilang, tetapi perubahan besar dalam teknologi, demografi dan ekonomi global telah memacu kekuatan produk jenis baru, yang berdasarkan pada masyarakat, kolaborasi dan pengaturan mandiri, dan bukan lagi berdasarkan hirarki dan kendali.

Jutaan orang kini menggunakan blog, wiki, chat-room/forum untuk menambahkan suara mereka ke dalam arus deras dialog dan debat yang disebut blogosphere. Para karyawan menopang kinerja dengan membentuk kolaborasi lintas negara, menciptakan apa yang disebut 'ruang kerja wiki'. Customer menjadi prosumer, dengan mencipta ulang barang dan jasa, tidak lagi sekedar mengkonsumsi produk akhir.

Metode ekonomi baru ini akan merambah, bukan saja sektor piranti lunak, tetapi akan mengubah juga industri – mulai musik, penerbitan, farmasi, dan bahkan manufaktur. Namun demikian, masih banyak orang yang skeptis tentang proyek-proyek open source seperti Linux dan Wikipedia. Mereka beranggapan itu semua adalah serangan terhadap hak resmi (HAKI) dan kebutuhan perusahaan untuk mencetak laba. Namun, dalam bab-bab di buku ini, kita akan diajak melihat bahwa banyak perusahaan yang justru mengalami peningkatan setelah mengaplikasikan metode wikinomics ini. Mari kita kupas secara lebih mendalam.


BAB I : Wikinomics – Seni & Sains Bagi “Peer-Production”

Ada sebuah perusahaan pertambangan emas kecil asal Toronto, Canada (Goldcorp Inc.) yang tengah berjuang untuk hidup, akibat tekanan pemogokan, utang, dan lonjakan biaya produksi. Di tambang yang berlokasi di Ontario itu juga sudah tidak lagi tersedia kandungan emas, yang pasti akan menyebabkan Goldcorp segera mati. Untungnya, sang CEO muda yang bernama Rob McEwen memiliki insting yang kuat bahwa tambang itu masih memiliki kandungan emas. Namun masalahnya, untuk mengeksplorasi dan mendapatkan estimasi yang akurat tentang nilai emas dan lokasi yang tepat, butuh waktu bertahun-tahun dan biaya yang sangat besar.

Sampai suatu hari, McEwen mengikuti sebuah konferensi yang diadakan di MIT. Disitu dibahas tentang Linux, yaitu bagaimana Linus Torvalds dan sekelompok relawan pengembang piranti lunak merakit sistem operasi komputer kelas dunia melalui internet (open source). Torvalds membuka password-nya kepada dunia, yang memungkinkan ribuan pengembang anonim untuk mempelajari dan memberikan kontribusi mereka sendiri. McEwen mendapat ide cemerlang!

Ia mengumpulkan semua dokumen geologi yang mereka miliki, dan memasukkannya ke dalam satu file, lalu mempublikasikan kepada dunia. Mereka mengadakan kontes berhadiah $ 575.000 bagi partisipan yang berhasil memberikan metode dan estimasi terbaik tentang lokasi emas yang bisa ditambang. Benar saja, tak lama kemudian para kontestan, yang terdiri dari geolog, mahasiswa pasca sarjana, konsultan, matematikawan dan anggota militer dari seluruh dunia berhasil mengidentifikasikan 110 target di tambang tersebut. Dan lebih dari 80% target baru yang terungkap, menghasilkan emas dalam jumlah banyak. Hal itu mampu memangkas waktu (dan tentunya biaya) eksplorasi sekitar 2-3 tahun.

Dunia Baru Wikinomics

Kolaborasi, pada masa lalu kita asumsikan sebagai suatu proyek yang dikerjakan bersama beberapa orang dalam keluarga, tempat kerja, komunitas atau antar teman. Namun, berkat perubahan teknologi, demografi dan bisnis, kolaborasi masal telah mengubah cara produk dan jasa diciptakan, diproduksi, dipasarkan dan didistribusikan pada basis global. Pertumbuhan aksesibilitas internet membuat orang dapat bebas berpartisipasi dalam inovasi dan penciptaan nilai. Inovasi dan penciptaan nilai baru inilah yang dinamakan peer-production atau peering.

Era Partisipasi

Senjata kolaborasi masal yang berupa telepon dan internet gratis, piranti lunak open source, hingga outsource global, memungkinkan ribuan individu dan produsen kecil untuk bersama-sama menciptakan produk, mengakses pasar, dan memuaskan customer dengan cara yang semula hanya dapat dilakukan perusahaan besar. Semua orang kini dapat memberikan kontribusi dalam kebersamaan digital dengan biaya murah, sehingga membuat aktifitas kolektif semakin menarik.

Perubahan ini menggiring kita ke sebuah dunia baru, di mana hanya mereka yang ter-koneksi saja yang dapat bertahan. Salah satu bisnis yang mengaplikasikan peering adalah P&G (Procter & Gamble), dengan membuka sebuah jaringan yang diberi nama InnoCentive, di mana 90.000-an ilmuwan dari seluruh dunia dapat membantu memecahkan masalah litbang yang pelik dengan ganjaran uang. Dengan demikian, P&G tidak perlu mempekerjakan banyak ilmuwan, tetapi dapat tetap menciptakan lebih banyak inovasi-inovasi baru.

Di sektor media, ada sebuah TV kabel nasional bernama Current TV, yang hampir seluruh beritanya merupakan kontribusi para amatir peminat media. Walau kontributor adalah relawan yang tidak dibayar, isi yang dihasilkan ternyata sangat baik. Current TV menyediakan panduan on-line untuk mengoperasikan kamera dan teknik pemaparan cerita, sehingga ribuan jurnalis independen dengan berbekal kamera video dan beberapa piranti lunak penyuntingan yang murah, dapat membuat berita sendiri. Pemirsa akan memberikan suara bagi cerita mana yang akan ditayangkan, sehingga materi yang paling menarik yang akan dimuat pada jam tayang utama. Pembeli tradisional atas editorial dan periklanan pasif kini bertindak aktif dengan berperan besar dalam penciptaan nilai.
Sebaliknya, kalangan penerbit melihat hal tersebut sebagai ancaman. Penerbit musik, literatur, film, piranti lunak dan televisi merupakan korban pertama revolusi yang sedang melanda seluruh industri ini. Persaingan saat ini bukan lagi rival di industri yang sama, melainkan para individu yang terorganisisasi mandiri, “Anda”!.

Bagi perusahaan yang cerdas, perubahan ini menawarkan peluang besar (seperti yang dialami Goldcorp), sedang bagi individu dan perusahaan kecil, ini menjadi kelahiran sebuah era baru. Kita menjadi sebuah ekonomi mandiri !

Harapan dan Bahaya

Kolaborasi masal menciptakan sejumlah peluang serta tantangan baru. Ada yang mengatakan bahwa situs-situs seperti Flickr, MySpace dan Wikipedia adalah komunitas kolaboratif yang dapat membungkam suara otentik, karena membanjirnya gelombang massa anonim (banyak orang yang menggunakan identitas yang bukan asli). Begitu juga Bill Gates dan Microsoft-nya menganggap fenomena ini sebagai ancaman potensial terhadap kemampuan mencetak laba di industri yang berbasis pengetahuan, seperti piranti lunak.

Harapan Baru Kolaborasi

Dengan peer production kita akan memanfaatkan keahlian, kecerdikan, dan kecerdasan manusia dengan lebih efisien dan efektif dibnding segala sesuatu yang pernah kita saksikan sebelumnya. Dengan adanya Web 2.0, kita semua berpartisipasi dalam kolaborasi global. Contohnya, dengan membangun bisnis di Amazon, membuat videoklip untuk YouTube, membuat komunitas foto di Flickr, atau mengedit entri tentang suatu topik di Wikipedia. Duapuluh tahun dari sekarang kita akan melihat kembali periode awal abad 22 ini sebagai titik balik penting dalam sejarah ekonomi dan sosial.

Prinsip-prinsip Wikinomics

Wikinomics berdasarkan pada empat gagasan baru yang kuat, yaitu:

Bersikap Terbuka
Dengan adanya kemajuan pesat ilmu pengetahuan dan teknologi, serta makin sulitnya mempertahankan orang-orang yang paling berbakat, membuat mayoritas bisnis semakin membutuhkan keterbukaan baru ini. Untuk menjadi yang terdepan, perusahaan harus terbuka pad kumpulan bakat global yang berada di luar mereka. Selain itu, customer juga menuntut adanya keterbukaan. Mereka sudah bosan diatur oleh pemasok, misalnya dalam aplikasi komputer yang bersifat eksklusif dan tidak dapat digunakan dengan piranti keras dari pemasok lain (tahu kan siapa yang dimaksud?..)

Keterbukaan atau transparansi menjadi kekuatan yang sedang tumbuh di perekonomian jaringan dan merupakan kekuatan baru bagi keberhasilan bisnis. Ia dapat memangkas biaya transaksi antar perusahaan dan memacu metabolisme B-Web (web bisnis). Dan ketika perusahaan bersikap terbuka pada customer, customer akan merespons dengan memberikan kepercayaan mereka.

Peering
Hirarki dalam bisnis tidak mungkin lenyap dalam waktu dekat, namun organisasi horisontal bentuk baru sedang tumbuh dan akan menyaingi perusahaan yang ber-hirarki. Organisasi baru itu disebut 'peering'. Linux adalah salah satu pelopor peering dalam distribusi piranti lunak. Contoh lainnya adalah Marketocracy, sebuah perusahaan sekuritas yang menjual reksadana dengan memanfaatkan kecerdasan kolektif di dalam komunitas investasi. Perusahaan tersebut merekrut pelaku bursa saham untuk mengelola portofolio saham maya dalam sebuah kompetisi, untuk menjadi investor terbaik. Mereka kemudian mencatat 100 peserta dengan kinerja terbaik, lalu strategi perdagangan mereka dikemas dalam sebuah reksadana, yang akhirnya secara konstan mampu melampaui kinerja S&P500.

Berbagi
Dengan berbagi beberapa property intelektual dasar, perusahaan dapat membawa produknya ke pasar dengan lebih cepat. Makin lama, perusahaan-perusahaan menyadari bahwa mempertahankan dan menjaga system HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual) yang eksklusif kerap kali mengganjal kemampuan mereka untuk menciptakan nilai. Berkontribusi pada sesama adalah cara terbaik untuk membangun ekosistem bisnis yang kondusif guna memacu pertumbuhan dan inovasi.

Bertindak Global
Di era baru ini, kita dituntut bukan hanya berpikir global, tapi juga bertindak global. Kebanyakan perusahaan multi-nasional seperti General Motor (GM) membagi divisi-divisinya berdasarkan geografis. Masing-masing divisi regional membangun, memproduksi dan mendistribusikan produk yang sama sesuai kebutuhan local, dan dengan melakukan outsourcing dari pemasok local. Hal ini menimbulkan pengulangan yang mahal karena tiap divisi mempekerjakan satu tim lengkap karyawan lokal untuk menangani semuanya dari manufacturing hingga SDM. Dalam perekonomian yang semakin global dan kompetitif, pengulangan semacam itu sangat merugikan. Perusahaan dituntut berubah menjadi perusahaan global yang sejati, yang tidak memiliki batasan fisik atau regional. Adanya standar TI yang terbuka mempermudah upaya itu, untuk menghubungkan seluruh aktivitas membangun, memproduksi, sourcing dan distribusi produk ke dalam sebuah organisasi global yang terpadu.

Bagaimana dengan individu? Individu pun dapat melakukan peering. Seseorang hanya membutuhkan keahlian, motivasi, kapasitas dan pembelajaran seumur hidup serta level pendapatan dasar, untuk dapat terkoneksi dalam kolaborasi global ini.

Sukses Di Dunia Wikinomics

Saat ini institusi dengan hirarki lama bukan saja ketinggalan jaman, tetapi akan mengalami kelumpuhan dalam proses penciptaan nilai. Mental lama ‘rancang dan jalankan’ semakin ditinggalkan, menuju cara baru ekonomi “ikut serta dan produksi bersama-sama” yang dinamis.

Berikut ini tujuh model kolaborasi masal baru yang telah sukses menantang struktur bisnis tradisional, dan akan aku jabarkan di bab-bab selanjutnya:

1. Pionir Peer
2. Ideagora
3. Prosumer
4. Perpustakaan Besar Alexandria yang baru
5. Platform bagi Partisipasi
6. Pabrik Global
7. Ruang Kerja Wiki


BAB 2 – Badai Besar

Ada sebuah kasus yang melibatkan Sony-BMG, produsen elektronik terkemuka. Sony-BMG diketahui telah diam-diam memasang piranti lunak manajemen hak digital (DRM – Digital Rights Management) yang ternyata dapat melumpuhkan komputer di jutaan PC pecinta musik. Piranti siluman itu menginstal diri dengan diam-diam dan mengirim informasi pribadi tentang aktivitas pengguna ke perusahaan. Selain itu piranti lunak tsb membuat PC customer rentan terhadap serangan virus. Dalam waktu sekejap para blogger dan komunitas social media mengulas (dan memanas-manasi) hal ini sehingga dalam waktu singkat isu ini memicu kerusakan parah bagi image Sony-BMG. Inilah salah satu bukti efektifitas kegiatan blogging di era ini. Blogging adalah kegiatan dimana para pelakunya tidak memedulikan masalah HAKI. Para blogger atau webmaster kerapkali malahan memberikan e-book atau artikel gratis bagi pembacanya, agar para pembaca mempercayainya dan akhirnya menjadi temannya (atau rekan bisnisnya).

Web 2.0 atau yang disebut Web-baru merupakan pondasi bagi bentuk kolaborasi baru yang disebut Net Generation (NetGen). Bagi mereka (NetGen), web merupakan perekat baru yang menyatukan jaringan social mereka. Fenomena baru seperti MySpace, Facebook, Flickr, Technorati maupun del.icio.us bukan hanya situs jejaring, melainkan komunitas online yang dinamis sebagai tempat terbentuknya jejaring interaksi yang luas.

Web-Baru

Internet telah berubah dari sebuah jaringan website yang memungkinkan perusahaan untuk memaparkan informasi, menjadi sebuah platform komputansi yang memiliki hak sendiri, yang merupakan suatu kanvas bersama yang mengedepankan partisipasi, bukan melulu tentang menerima informasi secara pasif.

Contohnya Flickr, situs fotografi social terpopuler tempat para member memasang, berbagi dan berkomentar tentang hasil jepretan mereka. Flickr hanya menyediakan platform teknologi dasar dan hosting gratis untuk foto (layanan yang lebih canggih tersedia bagi anggota yang mendaftar). Para anggota-lah yang melakukan selebihnya. Mereka memasukkan seluruh konten (foto dan keterangannya), dan membuat system klarifikasi sendiri (dengan memberikan tag). Saat ini makin banyak anggota yang juga melisensikan foto mereka untuk penggunaan non-komersial. Hal itu membuat Flickr menjadi komunitas pecinta foto terorganisir mandiri yang sangat besar, yang berkumpul dalam sebuah platform terbuka untuk menyediakan hiburan, perangkat dan layanan bagi diri mereka sendiri.

Dari contoh itu bisa disimpulkan, bahwa perbedaan mendasar Web lama dan Web-baru. Jika Web lama meluncurkan situs jejaring, Web-baru meluncurkan komunitas yang responsive. Web lama membangun “taman berpagar”, Web-baru membangun lapangan publik.

Kedai Kopi Terbesar Di Dunia

Blog dideskripsikan sebagai sebuah kedai kopi terbesar di muka bumi. Blog memberi peluang bagi publik untuk berbicara tentang apapun yang mereka mau, pada siapapun yang mereka inginkan di dunia luar. Berkat blog, Web-baru telah beralih dari sebuah koleksi dokumen statis menjadi percakapan yang terus berlangsung. Para pengiklan telah memanfaatkannya untuk melakukan percakapan dengan customer yang tertarik, sedang kalangan perusahaan menggunakannya untuk mendengarkan apa yang publik katakan tentang produk mereka.

Dengan adanya mesin pencari blog seperti Technorati, pengguna kini bisa mendapatkan gambaran terkini tentang siapa yang mengatakan apa untuk persoalan yang mereka pedulikan atau minati. Meski blog belum dapat menyaingi media komersial, mereka telah membentuk ratusan komunitas dengan minat yang sama, tempat orang bertukar opini dan informasi tentang berbagai hal. Apalagi bila pengguna dapat memposting audio dan video ke blog mereka. Dalam hal ini YouTube, stasiun televisi web swadaya, telah mengalami booming . Ini berarti bukan hanya media cetak, kini televisi komersial, radio dan film-pun sedang dalam bahaya!

Jaringan Anda Adalah Filter Anda

Web-baru telah beralih menjadi sesuatu yang mirip “otak global” berkat kemampuannya sebagai kolaborasi masal untuk mengumpulkan pengetahuan milyaran pengguna dalam skema organisasi mandiri. Publik kini dapat melakukan penyaringan kolaboratif, antara lain dengan menggunakan sistem klasifikasi yang disebut 'tagging'. Tagging adalah aktivitas menempelkan label deskriptif atau keyword pada konten dengan memanfaatkan teknologi XML. Del.icio.us adalah jasa penanda halaman (bookmark) yang menggunakan tagging dan memungkinkan pengguna untuk mencatat seluruh hal yang ia pikirkan tentang posting blog, atau cara untuk mengingat di tengah publik. Orang-orang yang menggunakan tag sejenis memiliki minat yang sama, sehingga akhirnya mereka saling memberi insentif untuk menemukan halaman menarik yang ditandai oleh orang lain.

Bentuk filter yang lain adalah Amazon, yang memberi manfaat sistem peringkat terdistribusi yang memungkinkan customer memberikan kajian (review) atas barang (dan kajian ini dapat juga dikaji orang lain). Selain itu sistemnya yang canggih membantu mencari kemiripan pembelian diantara seluruh customer Amazon, agar dapat memberikan saran tentang barang-barang yang mungkin akan anda nikmati juga.

Layanan Publik Baru

Keberadaan piranti lunak open source Linux, server web Apache, database MySQL dan bahasa scripting PHP (disingkat LAMP) membuat upaya untuk memulai dan menjalankan usaha menjadi semakin murah. Pada Web-baru, dimana customer memiliki kewenangan (mereka-lah yang menciptakan konten), customer telah menjadi inti kehidupan dalam sebuah bisnis. Maka bagi perusahaan, membangun kepercayaan adalah satu-satunya pilihan untuk mengendalikan customer. Customer yang percaya, akan kembali lagi. Inilah yang kemudian dinamakan 'lapangan publik baru'. Hubungan bukanlah sesuatu yang dapat anda perdagangkan!

Gebrakan Budaya Kolaboratif

Di era Web-baru, dimana publik dapat menciptakan konten dan memrogram web secara kolektif, publik memegang kekuasaan yang semakin besar. Mereka makin tergantung pada diri mereka sendiri. Ini adalah kekuatan customer baru, kekuatan untuk menjadi pemasok sendiri, yang dampaknya adalah terciptanya sebuah ekonomi di kalangan mereka sendiri. Yakni ekonomi baru yang kuat, yang ditopang oleh aktivitas berbagi dan kolaborasi. Maka, para anak muda yang bersosialisasi di era teknologi digital sekarang inilah yang akan menjadi pemimpin masa depan.

Perubahan Demografi: Pertumbuhan Kolaborasi

Generasi muda yang tumbuh secara online, yang membawa etika baru tentang keterbukaan, partisipasi dan interaktivitas di tempat kerja atau komunitas disebut Net Generation (NetGen). Mereka ini yang lahir antara tahun 1997 – 1996 akan mendominasi abad ke-22. Generasi ini adalah kreator aktif dari konten media dan haus akan interaksi. Generasi ini menghargai hak individu dan hak untuk memiliki dan mengekspresikan pandangan mereka sendiri. Mereka memiliki sentimen kuat tentang kolektif sosial dan tanggung jawab publik.

Ruang Berbagi yang Baru

Modus operandi NetGen adalah networking. Mereka banyak mendominasi komunitas online besar seperti Facebook dan MySpace. Remaja sekarang menghabiskan waktu di MySpace untuk memperoleh kembali ruang privasi-nya, karena orang tua mereka mengontrol rumah, sekolah dan sebagian besar ruang aktivitas mereka. Remaja terus kehilangan akses pada ruang publik. Di MySpace mereka mengungkapkan musik, foto dan klip video ke dalam profil pribadi mereka untuk menjadi lebih menarik. Teman-teman mereka akan memberikan komentar, yang berarti saluran bagi umpan balik dan afeksi, yang mengandung suatu elemen hubungan timbal balik. Saat NetGen membangun organisasi mandiri dalam kekuatan besar online dan mampu menyediakan produk, hiburan dan jasa bagi mereka sendiri, perusahaan akan terancam.

Mengubah Dunia – Satu Peer Setiap Kali

Banyak orang tua menganggap remeh social media yang aktivitasnya hanya menambah teman atau berbagi musik. Namun, NetGen juga bisa mengubah dunia menggunakan teknologi digital, contohnya lewat TakingItGlobal. Para anggota bisa mengungkapkan tentang negara yang mereka kunjungi atau isu yang paling mereka khawatirkan. Para anggota yang memiliki minat sejenis akan berhubungan dan mungkin mengarah pada sebuah proyek baru.

NetGen Sebagai Prosumer

Etika NetGen dalam menjelajahi internet, opini orang yang mereka kenal maupun tidak dikenal akan sangat mempengaruhi keputusan untuk membeli sesuatu. Reputasi dan word of mouth telah menjadi kekuatan besar dalam ledakan pemasaran masal di Web-baru. Dalam revolusi ini, sekitar 57% remaja yang beraktivitas online adalah kreator konten, dan mereka tidak akan membiarkan hokum property intelektual menghalangi jalan mereka. Kreasi konten itu misalnya ketika para penggemar men-sinkronisasi seni animasi Jepang dengan lagu popular untuk menciptakan suatu bentuk seni yang baru, yang disebut video musik anime di Wind-up Records.

Perusahaan yang cerdas akan menemukan cara kreatif untuk melibatkan NetGen dalam pengembangan produk dan system distribusi. Ini merupakan mesin perubahan dan inovasi jangka panjang paling menarik yang pernah kita lihat di sector bisnis. Namun, bila sector bisnis ingin memanfaatkan peluang ini, proses inovasi akan perlu perombakan ulang.

Angkatan Kerja Wiki

Saat kaum muda memasuki angkatan kerja, etika NetGen adalah sebagai innovator alami. Mereka terus berubah menjadi yang terbaru, terbuka pada gagasan baru, dan cenderung mempercayai perbedaan dalam semua aspek kehidupan. NetGen akan menuntut lingkungan kerja yang kolaboratif dan setara, yang dapat membentuk keseimbangan antara kerja dan kehidupan, dan menghargai kesenangan. Bila perusahaan tidak mampu untuk memperbaharui tempat kerja, maka NetGen akan mencari peluang lain.

Ekonomi Kolaborasi

Ekonomi kolaborasi merupakan hasil gabungan dua kekuatan :

1. Perubahan struktur perusahaan dan kolaborasi dengan sumber daya eksternal untuk menciptakan nilai.
2. Munculnya ekonomi global sejati.

Hukum Coase

Menurut Ronald H. Coase, pasar ialah mekanisme terbaik untuk mempertemukan pasokan dan permintaan, membentuk harga dan mendapatkan keuntungan maksimal dari sumber daya terbatas. Dengan membagi proses manufaktur ke dalam serangkaian transaksi, negosiasi terpisah adalah tidak praktis dan akan memicu pertumbuhan biaya. Yakni biaya pencarian (sourcing), biaya negosiasi harga, dan biaya menggabungkan produk dan proses. Coase menyebutnya sebagai ‘biaya transaksi’. Dengan adanya internet, biaya transaksi merosot sangat tajam. Hukum Coase membuat perusahaan tradisional menyadari mereka akan tersingkirkan oleh sosok bisnis yang sama sekali baru, yaitu…

B-Web

B-Web adalah kelompok bisnis yang berkumpul di internet, dimana demikian banyaknya kelompok yang berbeda dapat saling bertemu sehingga biaya pencarian dapat dikatakan nihil. Namun ini tidak berarti perusahaan tidak pernah berintegrasi secara vertikal, melainkan mereka perlu menyesuaikan batasan mereka. Keputusan tentang batasan ini merupakan inti dari strategi bisnis mereka. Kemampuan apa yang perlu dimiliki dan yang perlu disingkirkan. Ika kita berkolaborasi dalam sebuah B-web, bagaimana kita dapat memilah hal yang negatif? Bagaimana kita dapat memastikan bahwa kita memperoleh jatah nilai kita?

Contoh B-web musik adalah Apple, dimana mereka dapat mempertahankan mayoritas nilainya. Apple memproduksi iPod, lalu mempekerjakan developer untuk memprogram iTunes dan menyediakan akses pada musik digital (dikerjakan oleh penerbit dan artis). Hasilnya, sebagian besar uang di B-web ini mengalir ke perusahaan rekaman, karena iPod yang seharga $300 dapat berisi lagu-lagu senilai $3.000. Maka untuk mempertahankan lebih banyak nilai, Apple mungkin akan menjadi penerbit musik juga. Saat ini saja Apple sudah menawarkan varietas musik yang hanya dapat diperoleh penggemar melalui iTunes.

Lapangan Bermain Global

Contoh kasus dalam skala global yang melibatkan negara adalah ICICI, bank yang berbasis di Mumbai. Keberhasilan ICICI adalah berkat skema swalayan, dimana customer dapat melakukan transaksi sendiri di E-Lobby dari mana saja di seluruh dunia. Selain itu juga berkat biaya tenaga kerja yang rendah di India dan server yang menggunakan piranti lunak open source.

Globalisasi bukan sekedar perubahan jarring pasokan, namun berpengaruh pula pada inovasi geografi. Dengan demikian, perusahaan kecil dan menengah pun melihat prospek cerah di tengah perekonomian global yang semakin terbuka. Kini mereka dapat membeli apapun yang diperlukan untuk menjalankan perusahaan dengan menggunakan infrastruktur bisnis global sejati. Perusahaan kecil dapat menjadi sangat besar dalam waktu sangat singkat karena kemampuan mereka mengeksploitasi kemampuan kelas dunia.