Wednesday, October 28, 2009

The Runaway Jury

Novel-novelnya John Grisham memang selalu asyik untuk dibaca ulang. Kali ini aku mengulas The Runaway Jury (Juri Pilihan). Buku ini seperti karya Grisham lainnya, tetap bercerita tentang seluk beluk hukum, namun kali ini difokuskan pada pengalaman para juri yang bertugas pada sebuah kasus.

Kasus itu adalah gugatan seorang janda dari pria yang meninggal karena kanker paru-paru, Celeste Wood. Ia menggugat sebuah perusahaan rokok raksasa yang dianggap menyebabkan kematian sang pria. Salah menarik dari peradilan Amerika adalah adanya para juri yang mempunyai wewenang untuk menjatuhkan dakwaan maupun besarnya denda atau hukuman pada si terdakwa.

Dan seperti biasa, sebuah korporasi besar selalu mampu menggunakan sumber dayanya yang juga besar untuk mengatur jalannya persidangan. Begitu pula perusahaan yang jadi terdakwa kali ini, mereka menyewa jasa seorang Rankin Fitch yang bisa mempengaruhi sebuah proses peradilan sesuai permintaan penyewa. Fitch pula yang mengumpulkan dan memilah-milah para calon dewan juri agar hasil persidangan bisa disetir.

Adalah seorang Nicholas Easter, pria muda yang bekerja di toko komputer. Beberapa kali ia didekati oleh wanita muda yang pura-pura mau membeli komputer, namun Nicolas tahu wanita itu mengujinya sebagai calon juri. Fitch dan antek-anteknya memeriksa Nicolas dan tak menemukan sesuatu yang aneh, sehingga loloslah Nicolas menjadi calon juri.

Dari sejak awal Nicolas sudah menarik perhatian. Pada pagi hari sebelum perdiangan pertama dimulai, seseorang memberikan bocoran kepada Fitch pakaian apa yang akan dipakai Nicolas hari itu dengan amat detail. Dan ketika para juri berbaris keluar, detail pakaian Nicolas cocok dengan kisikan yang diterima Fitch. Ada apa ini?

Di dalam dewan juri pun Nicolas tampaknya selalu membuat kejutan. Dengan gampang ia memperoleh kepercayaan dari para juri lainnya karena ia memperjuangkan hak-hak mereka. Dan karena pengetahuannya tentang hukum lumayan banyak, tak sulit untuk sedikit demi sedikit mempengaruhi mereka semua. Padahal, sebenarnya para juri dilarang untuk mendiskusikan kasus di luar pengadilan. Tapi, siapa sih yang bisa menghindarinya? Apalagi para juri itu adalah sekumpulan orang asing yang dipertemukan oleh hanya satu kesamaan: kasus itu sendiri!

Makin lama sidang itu berjalan, makin nampak bahwa proses persidangan kasus yang bernilai jutaan dollar itu jauh dari keadilan. Terlalu banyak pihak-pihak di luar pengadilan yang mempunyai pengaruh atas jalannya persidangan. Bahkan seorang wanita yang meng-klaim sebagai rekan kerja Nicolas mulai menekan Fitch. Ia menyodorkan sebuah penawaran yang sangat menarik. Kelihatannya Nicolas memang memiliki power yang besar atas keputusan yang akan diambil dewan juri. Ingat, keputusan juri kan harus satu? Tidak bulat tidak apa, tapi harus melebihi 50%. Bagaimana Nicolas bisa memanipulasinya? Dan apa yang ia kejar sesungguhnya? Baca aja langsung deh...

Pokoknya, novel John Grisham yang satu ini sangat menarik bagiku! Yang pertama adalah karena Grisham membidik salah satu komponen terpenting dari proses peradilan, yaitu juri. Di buku ini kita jadi tahu seluk beluk tugas seorang juri. Bagaimana tekanan, baik dari luar maupun di dalam pengadilan itu sendiri bisa mempengaruhi pengambilan keputusan seseorang. Dan bagaimana beratnya saat kita harus memutuskan bersalah atau tidaknya seseorang, yang pasti akan mengubah jalan hidup seseorang (atau bahkan dunia jika kasusnya besar).

Kedua, aku menyadari begitu gampangnya mempersuasi orang untuk mengambil keputusan yang kita inginkan. Seringkali kita berpikir bahwa kita mengambil keputusan sendiri untuk hidup kita, padahal nasihat keluarga, komentar teman, atau tulisan seseorang yang kit abaca, banyak mempengaruhi pandangan kita, yang akhirnya menghantar kita pada suatu keputusan.

Menarik dan tegang, itu dua kata yang pas untuk menggambarkan novel ini. Anda pengen baca?

P.S.
Kalo anda berminat, buku milikku ini (bekas) aku jual di Vixxio Buku Bekas Online.




Thursday, October 15, 2009

Vixxio Buku Bekas Online: Cara Murah Baca Buku

Dengan hati bangga dan gembira, aku umumkan kepada teman-teman semua, bahwa pada tanggal 15 Oktober 2009, bisnis baruku: Vixxio Pusat Buku Bekas Online telah diluncurkan!!!

VIXXIO adalah nama pusat buku bekas online, di mana anda akan bisa menemukan buku-buku berkualitas, dari novel misteri macam Agatha Christie, John Grisham, Mary Higgins Clark, Sidney Sheldon hingga kisah-kisah Harlequin. Bagi penggemar non fiksi, di Vixxio anda bisa menemukan juga buku-buku pengembangan diri, bisnis dan marketing, iptek, dll. Semuanya dengan HARGA MURAH, karena buku-buku itu memang buku bekas.


Kok bekas sih? Kenapa gak yang baru aja? Karena, aku merasa bahwa harga buku baru itu semakin lama semakin melangit. Memang, membeli sesuatu yang baru terkesan lebih ‘gaya’, tapi kalau tujuan kita untuk membaca adalah untuk menyerap intisari dari buku itu, tak ada salahnya mencoba buku bekas. Jelas harganya jauh lebih murah. Untuk lebih jelasnya, baca aja Mengapa Beli Buku Bekas itu Asyik? Dengan adanya toko buku bekas online, anda bisa lebih mudah dan murah untuk menambah wawasan atau sekedar mencari hiburan yang berkualitas, kan?


Karena alasan itulah aku memutuskan untuk masuk dalam bisnis buku bekas online. Aku senang membaca, dan apa salahnya kegemaran itu aku jadikan bisnis juga. Jangan khawatir bahwa buku bekas yang aku jual kualitasnya tidak bagus, karena sebelum menentukan apakah sebuah buku layak jual atau tidak, aku selalu mengecek kondisi buku lebih dahulu. Karena aku adalah pecinta buku, aku juga tidak rela kalau ada buku yang sudah teraniaya oleh pembaca terdahulunya, padahal isinya bagus! Malahan ada juga di Vixxio yang kondisi buku seperti baru, hanya tanpa plastic pembungkus dan label harga saja. Cara dapetnya? Cari aja yang ada tulisan ‘Seperti Baru’ pada bagian kondisi buku di akhir tiap posting.


Jadi…sekarang buruan mampir ke Vixxio Buku Bekas Online-ku ya! Mau lihat-lihat aja boleh, mau kasih kritik dan saran tidak dilarang, apalagi kalo mau jadi Anggota Vixxio dan melakukan transaksi…ditanggung pasti puas deh!


O ya, di Vixxio Buku Bekas Online, aku juga bikin Bursa Buku Bekas yang mirip pasar dalam dunia nyata. Di sana anda bisa berinteraksi dengan para anggota lainnya untuk menjual/mencari/membeli buku-buku koleksi masing-masing anggota. Lihat aja disini. Asyik deh pokoknya!

Aku tunggu ya kedatangannya di Vixxio Buku Bekas Online! Dan nantikan beberapa hari lagi akan ada program menarik buat teman-teman blogger!


P.S. Kalo mau tahu cerita selengkapnya tentang berdirinya Vixxio Buku Bekas Online, baca aja di Curhat Fanda hari ini juga…

Monday, October 12, 2009

Bumi Yang Subur

Sejak membaca novel Maharani, aku jadi ketagihan membaca karya-karya Pearl S. Buck lainnya. Bumi Yang Subur ini adalah bagian pertama dari sebuah trilogy, yang mengisahkan suka duka kehidupan Wang Lung, seorang petani di China pada awal abad keduapuluh yang begitu mencintai tanah miliknya. Dalam Bumi Yang Subur ini dikisahkan liku-liku perjalanan hidup Wang Lung dari hidup melarat sebagai petani hingga akhirnya menjadi tuan tanah yang kaya raya.

Membaca buku ini, kita menyadari bahwa manusia itu begitu gampangnya berubah. Tak ada manusia di muka bumi ini yang tak ingin menjadi kaya dan sukses, meski tanpa disadarinya bahwa kekayaan itu juga turut mengubah sikap dan pandangan hidupnya. Kehidupan Wang Lung adalah cermin siklus kehidupan manusia yang selama ini kita jalani tanpa kesadaran dan mungkin juga tanpa makna. Dari Wang Lung, kita belajar untuk menghargai hidup, baik itu dalam kemiskinan maupun dalam kemewahan, karena pada akhirnya kebahagiaan itu selalu ada dalam hati kita dan merupakan kekayaan yang tak ternilai harganya…

----

Wang Lung adalah seorang petani yang amat mencintai tanahnya, ladangnya, gandum dan jagungnya. Seluruh hidupnya berkaitan dengan tanahnya itu. Ia hidup miskin bersama dengan ayahnya yang sudah tua. Bahkan minum teh pun dianggap sebagai kemewahan. Pagi itu Wang Lung akan menikah, maka sedikit pemborosan boleh lah. Ia membelanjakan uangnya dengan begitu irit dan hati-hati.

Calon istrinya adalah seorang budak di rumah keluarga Hwang, seorang tuan tanah kaya yang rumahnya bak istana, namun anggota keluarganya tidak ada yang beres. Istrinya pengkonsumsi candu yang berat, putra-putranya suka selingkuh dengan para budaknya. Orang kaya pada jaman itu bisa membeli budak perempuan, yakni anak perempuan dari keluarga miskin. Karena anak perempuan pada jaman itu tidak dihargai sama sekali, maka sejak kecil dijual kepada orang kaya. Para budak itu (terutama yang cantik) harus melayani tuan tanah dan para putranya, sedang yang tidak cantik biasa bekerja keras di dapur atau di ladang.

Wang Lung akan menebus calon istrinya dengan dua cincin perak dan sepasang subang perak sebagai tanda pertunangan. Ia memasuki rumah besar keluarga Hwang dengan takut-takut dan minder. Di sana ia diejek dan dibentak-bentak bahkan oleh penjaga pintu.

O-Lan nama wanita itu. Parasnya jauh daripada cantik, kakinya juga tidak kecil karena diikat (begitulah adat bagi anak perempuan jaman itu). Badannya kekar dan ia biasa bekerja keras. Maka begitu mengikuti Wang Lung dan menjadi istrinya, O-Lan langsung mengerjakan seluruh pekerjaan rumah tangga, dan membantu Wang Lung berladang. Ia benar-benar wanita pekerja keras, pintar memasak, tak banyak omong (pendiam malah) dan taat pada suaminya. Benar-benar tipe istri yang dibutuhkan oleh seorang petani yang miskin dan pekerja keras.

Tak lama kemudian O-Lan pun hamil, dan melahirkan putra pertama bagi Wang Lung, yang amat girang (semua orang pasti menantikan anak laki-laki saat menunggui sang istri melahirkan). Untuk melahirkan bayinya, O-Lan melakukannya sendiri tanpa bantuan siapapun. Bahkan setelah beristirahat sebentar ia langsung kembali bekerja di ladang seperti tak ada kejadian besar apapun sebelumnya.

Ternyata O –Lan punya impian terpendam. Ia ingin membawa anak laki-lakinya yang akan ia dandani dengan baik dan ia pamerkan ke rumah keluarga Hwang, untuk menunjukkan bahwa hidupnya sekarang telah makin makmur (pasti seperti itu juga keinginan kita kepada orang yang pernah mengejek dan merendahkan kita). Wang Lung pun membeli telur yang dicelup cairan warna merah untuk dibagi-bagikan kepada para tetangga, yang melambangkan bahwa ia baru memiliki anak laki-laki.

Pada saat-saat bahagia itu Wang Lung selalu pergi ke kuil dan menancapkan dupa di depan patung Dewa Bumi, sambil berpikir alangkah besar kekuasaan Dewa itu yang telah memberinya rejeki yang berlimpah. Bahkan setahun kemudian, ketika keluarga Hwang mulai jatuh dan mereka menjual tanah-tanahnya, Wang Lung pun mengambil keputusan untuk membeli tanah itu. Ya, Wang Lung adalah petani yang cerdik. Ketika para tetangganya menghambur-hamburkan uang saat panen mereka berhasil, Wang Lung tetap hidup sederhana, dan menggunakan uangnya untuk berinvestasi. Kini ia, Wang Lung, mampu membeli tanah keluarga besar yang dulu sangat ia takuti dan segani. Wang Lung dan O-Lan begitu bahagia.

Namun, kebahagiaan itu tak berlangsung lama. Suatu kali datang kekeringan yang berkepanjangan hingga seluruh persediaan uang Wang Lung habis. Begitulah hidup petani, mereka amat bergantung pada kesuburan tanahnya. Air kering, sehingga tanamannya tak dapat air, dan merekapun kesulitan untuk minum. Tak ada toko yang menjual makanan, dan kalaupun ada, tak ada petani yang memiliki uang untuk membelinya, karena panenan mereka gagal dan tabungan mereka telah habis. Dan O-Lan kini mengandung anaknya yang ketiga. Dalam keadaan terpepet ketika mereka sudah berhari-hari tak makan, akhirnya mereka mencoba pindah ke kota di sebelah Selatan dan mendirikan gubuk di pinggir jalan.

Wang Lung menarik andong, sedang O-Lan dan putranya menjadi pengemis. Di sana mereka semua bisa makan kenyang. Tapi, uang yang didapat selalu habis untuk makan, sehingga kehidupan mereka hanya seperti itu saja dari hari ke hari. Yang miskin tetap miskin, dan kaya tetap dapat menikmati hidup di balik rumah gedongnya. Jurang yang selalu tampak, seperti di kota-kota besar di negara kita. Akhirnya, Wang Lung mulai memikirkan kembali tanahnya, dan ia memutuskan untuk memboyong keluarganya kembali ke desa. Saat itu ada kejadian menghebohkan. Karena perang, sebuah keluarga kaya terpaksa meninggalkan rumah megahnya yang mirip istana, dan melarikan diri. Banyak orang miskin, termasuk Wang Lung dan O-Lan masuk ke rumah itu dan mengambil benda-benda berharga. Wang Lung mendapat beberapa keeping uang emas, dan O-Lan mendapat sepasang giwang mutiara yang amat ia sayangi bagaikan harta yang sangat berarti baginya.

Kembali ke kampung halaman, mereka mulai menggarap tanahnya kembali, dan bumi yang subur kembali memberikan kemakmuran pada keluarga Wang Lung. Karena kejeliannya, ia sedikit demi sedikit menjadi orang kaya raya, salah seorang tuan tanah sama seperti keluarga Hwang. Makin banyak tanah subur yang ia beli, makin berlimpah uang tabungan dari panennya. Ia dapat menyekolahkan putra-putranya, sedang putri sulungnya tinggal di rumah. Anak itu idiot karena kurang gizi ketika terjadi bencana kekeringan. Meski tak ada yang mempedulikan anak itu, Wang Lung dan istrinya mencintai dan memeliharanya dengan sepenuh hati.

Hingga saat itu Wang Lung tak tahu apa-apa tentang menikmati hidup. Namun pada suatu hari ketika Wang Lung telah dapat menyerahkan pengerjaan sawah-sawahnya kepada pegawainya dan ia banyak menganggur, maka terlihatlah banyak kekurangan dalam hidupnya yang dulu tak ia sadari. Ia memandang istrinya, dan tiba-tiba sadar betapa jelek wajahnya, rambutnya yang kusut, kulitnya yang kasar, kakinya yang besar dan jelek, bajunya yang kusam. Tiba-tiba ia muak melihat istrinya sendiri, yang yelah memberinya banyak anak, yang mengikutinya dengan pasrah sewaktu miskin, dan yang mendampinginya bekerja keras. Istrinya hanya dapat menyembunyikan kakinya dan menatap Wang Lung dengan sorot mata pedih…

Sekarang Wang Lung malu bila masuk ke kedai minum yang murahan. Ia mulai mencoba kedai minum baru untuk orang-orang kaya yang juga menyediakan wanita. Di sanalah ia bertemu Lotus, wanita penghibur yang cantik jelita, kulitnya mulus, tubuhnya ramping dan kakinya kecil mungil. Wang Lung pun semakin tergila-gila pada Lotus, dan sering menghabiskan malam di kedai minum di kota itu. Wang Lung lalu mengambil Lotus sebagai istri keduanya, dan bahkan mencuri giwang mutiara yang amat disayangi O-Lan kepada Lotus. Betapa pedih hati O-Lan, namun ia diam saja.

Begitulah tahun demi tahun berlalu dalam kehidupan Wang Lung yang rupanya sudah lupa pada keadaannya saat miskin dulu. Dewa-dewi yang dulu disembahnya, sekarang tak ia pedulikan lagi karena ia telah jadi tuan tanah yang kaya. Apakah ia bahagia? Rupanya, baik dalam kemiskinan maupun kemewahan, yang namanya kesulitan dan konflik selalu datang silih berganti dalam hidup manusia. Suatu saat karena teguran anaknya, Wang Lung sadar dan menyesal atas kelakuan buruknya terhadap O-Lan. Saat itu O-Lan menderita komplikasi beberapa penyakit, dan pada akhir hayatnya Wang Lung selalu bersikap baik padanya.

Wang Lung kini menempati rumah besar bekas keluarga Hwang. Ia sekarang dipusingkan oleh ulah putra-putranya yang banyak ulah, para menantunya yang saling membenci, dan keluarga pamannya yang menggerogoti hartanya. Bahkan Lotus yang sudah mulai menua pun tak dapat menghiburnya. Wang Lung justru tertarik pada seorang budak muda bernama Pear Blossom.

Itulah sekilas kehidupan Wang Lung, sang petani dan tuan tanah. Pearl S. Buck mampu menuangkannya dengan apik dan enak dibaca. Tak salah bila karyanya ini dihadiahi Pulitzer di 1932. Membaca buku ini seolah melihat kehidupan banyak orang di dunia ini,. Kita hanya dapat belajar dari Wang Lung, bahwa hidup selalu ada pasang surut, dan bahwa dalam hidup ini tak ada yang sempurna. Namun karena keserakahannya, manusia itu selalu menuntut lebih. Padahal di akhir hayatnya, semua kemewahan itu takkan ada lagi artinya, kecuali kebahagiaan….

Judul buku: Bumi Yang Subur (The Good Earth)
Pengarang: Pearl S. Buck
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Halaman: 507
Harga: 45.000,- (toko buku online)



Thursday, October 1, 2009

The Murder Game

Waktu membeli buku ini aku agak gambling. Karena pengarangnya bukan pengarang yang aku kenal, meskipun menurut buku ini, Beverly Barton adalah ‘The International Bestselling Author’. Mungkin karena bukunya belum pernah diterbitkan di Indonesia, atau aku saja yang belum pernah baca. Anyway, melihat genrenya yang ‘Fiction-Romantic Suspense’, kayaknya asyik juga ini buku. Dan setelah aku selesai membaca, memang tak salah pilihanku. Kalau karya Sandra Brown yang bergenre sama biasanya lebih dominan romance-nya daripada suspensenya, maka The Murder Game ini benar-benar sebuah thriller-suspense yang mencekam, hanya saja ada bumbu romancenya sehingga alur ceritanya jadi lebih hidup.

Cerita dibuka oleh seorang wanita bernama Kendall Moore, seorang wanita bertubuh atletis yang juga seorang atlet lari jarak jauh. Ia sedang tersiksa, berada dalam penguasaan seorang pria gila yang menculiknya dan membawanya ke sebuah rumah di dalam hutan, jauh dari peradaban. Pria itu suka melepaskannya di tengah hutan, lalu beberapa saat kemudian pria itu mengejarnya dengan sepeda motor lalu menangkapnya lagi. Bila Kendall sulit ditemukan, pria itu malah senang, dan akan menghadiahkan makan malam. Namun kalau Kendall lemah dan gampang ditemukan, ia menghukum Kendal dengan mengurungnya di kurungan kecil dan tak memberinya makanan.

Pada akhir hari ke 21, saat Kendall sudah lemas mengikuti permainan itu, pria itu akan menangkapnya untuk yang terakhir kali, dan menembaknya sampai mati, menguliti kepalanya dan menggantungkan mayatnya terbalik di sebuah pohon di area di mana Kendall tinggal.

Pria itu bernama Pudge, dan ia memang seorang psikopat. Sejak muda ia bersama sepupunya Pinkie menemukan bahwa mereka berdua menyenangi hal-hal berbau sadis. Lalu setelah dewasa mereka melakukan permainan maut dengan pembunuhan sebagai klimaksnya. Saat itu beberapa wanita peserta kontes kecantikan terbunuh sebagai korban, yang dikenal sebagai kasus The Beauty Queen Killer. Pinkie akhirnya tertangkap oleh polisi dan FBI dan mati kena tembakan.

Hanya Griffin Powell dan Nicole Baxter yang mencurigai bahwa Pinkie sebenarnya memiliki partner dalam kejahatan itu, karena tubuh Pinkie terkena 2 tembakan dengan 2 peluru berbeda, padahal polisi hanya menembak 1 kali. Namun karena jejak si partner tak ditemukan, kasus itu ditutup. Namun kini, sang partner mulai beraksi kembali. Dan kini ia melibatkan Griff (panggilan Griffin), seorang bujangan kaya, ganteng dan playboy yang memiliki biro penyelidikan swasta yang sering bentrok dengan FBI, dan Nic (panggilan Nicole), seorang wanita cantik agen FBI yang dingin, pembenci pria dan selalu ingin disamakan dengan pria.

Pudge menelpon Griff dan Nic secara terpisah, untuk mengikut sertakan mereka ke dalam permainan barunya dengan memberikan masing-masing 2 petunjuk yang berbeda. Petunjuknya singkat saja, Stillwater-Texas-4 minggu lalu, dan Ballinger-Arkansa-kemarin. Dengan begitu, Griff dan Nic terpaksa harus bergabung untuk bersama-sama memecahkan petunjuk itu demi menemukan sang partner yang selama ini tak ditemukan. Masalahnya…Griff dan Nic saling membenci satu sama lain! Jelas dong, mana mungkin seorang feminis disatukan dengan playboy?

Setelah bergerak menyelidiki, Griff dan Nic menemukan kesamaan pada kedua kasus pembunuhan di Stillwater dan Ballinger (Kendall), yakni keduanya adalah wanita, dan atlet. Dan sementara kedua tokoh kita menyibukkan diri dengan penyelidikan, Pudge sudah mulai merencanakan aksinya lagi. Kali ini korbannya seorang pemain basket bernama Amber Kirby. Amber ternyata adalah calon korban keenam. Sebelum 2 pembunuhan yang diselidiki Griff dan Nic, sudah ada 3 pembunuhan serupa.

Mengapa korban selalu dalam keadaan tanpa kulit kepala (scalp)? Itu karena Pudge menyimpan scalp korban seolah sebagai piala. Dan ternyata, ia punya ambisi untuk mendapatkan piala yang sangat istimewa, yaitu scalp milik Nicole Baxter!

36 jam sebelum Pudge akan menculik Amber Kirby, ia menelpon Griff dan Nic untuk memberi mereka petunjuk. Petunjuk itu bila digabungkan: pirang, Debbie Glover, ruby dan permen lemon. Petunjuk yang kelihatannya mustahil disatukan, namun akhirnya mereka berdua berhasil menelusuri jejak hingga sampai pada Amber. Sayangnya mereka terlambat 3 jam. Amber Kirby sudah diculik!

Karena Griff dan Nic bekerja untuk dua instansi yang berbeda, maka baik FBI dan biro investigasi Griffin bisa bekerja dengan cara masing-masing, sementara Griff dan Nic selalu menunggu-nunggu Pudge menelpon mereka untuk menebarkan petunjuk. Dan dalam kerja sama itu, diam-diam tumbuhlah ketertarikan mereka satu sama lain, ketika mereka dapat melihat karakter sebenarnya masing-masing pihak.

Sementara itu The Hunter (begitu Pudge menjuluki dirinya sendiri) menelpon Nic dan menghubungkan Nic pada Amber yang sempat mengatakan : ‘hutan di mana-mana, air dan sungai’ sebelum telepon itu ditutup. Griff ditelponnya juga dengan tambahan pesan: Amber akan dibunuh dua setengah minggu kemudian. Meski ditunjang oleh FBI, penyelidikan mereka tak membuahkan hasil hingga mayat Amber ditemukan tergantung di pohon seperti korban-korban sebelumnya.

Permainan itu berlangsung terus, dan Griff serta Nic pun menghadapi kasus ini bersama-sama. Perlahan-lahan sisi pribadi keduanya yang misterius pun makin terkuak. Dan ketika Griff dan Nic baru saja menjadi sepasang kekasih, Pudge pun menculik korbannya yang paling tidak diduga pasangan kekasih itu: Nic!

Griff langsung panic begitu tahu Nic menghilang, dan menyadari bahwa ‘wanita spesial’ yang sebelumnya diberikan The Hunter sebagai petunjuk kepada dirinya, adalah Nicki-nya tersayang (panggilan sayang Griff terhadap Nic).

Sekarang Nic tahu mengapa Pudge selalu memilih korban yang bertubuh atletis. Karena The Hunter akan memburu mereka bagaikan hewan buruan. Diberi makan, lalu dilepaskan untuk dikejar, ditangkap lagi hingga suatu saat dibunuh! The Hunter tak suka pada wanita yang lemah dan mudah menyerah, maka tepatlah kalau ia memilih Nic sebagai buruan spesialnya. Nic yang pantang menyerah dan cerdas. Masalahnya, cukupkah itu semua untuk menghadapi seorang pembunuh psikopat yang gila dan sadis itu?

Apakah Griff akan menemukan Nic sebelum masa 21 hari itu lewat? Ataukah Nic akan bisa melarikan diri sebelum dibunuh? Ataukah the Hunter akan berhasil membunuhnya? Lalu siapakah Pudge itu sebenarnya? Akan dapat ditemukankah jejaknya? Setengah bagian ke belakang dari buku ini semuanya membawa kita dari ketegangan ke kengerian ke kejutan berikutnya. Pantaslah kalo aku mengatakan gaya berceritanya lebih memukau daripada Sandra Brown, dan memang Beverly Barton layak juga mendapat gelar The International Best Seller Author!

Mau beli bukunya? Beli aja di toko buku ya…

Judul: The Murder Game (edisi terjemahan bahasa Indonesia)
Pengarang: Beverly Barton
Penerbit: Dastan Books
Cetakan: Juni 2009 (I)
Harga: 47.200 (diskon 20% dari harga asli 59.000)