Friday, December 5, 2008

Pesan Terbesar JK Rowling Dalam Harry Potter: Kasih

Aku adalah pecinta berat kisah Harry Potter. Dari seri 1 s/d 7, aku punya semua bukunya, dan aku juga telah menonton semua film-nya. Pertanyaan anda mungkin: Mengapa orang dewasa seusiaku menyukai Harry Potter? Bukankah itu bacaan untuk anak-anak? Ada pula beberapa orang tua yang khawatir bahwa Harry Potter, yang mengisahkan tentang petualangan seorang anak laki-laki di dunia sihir dengan hantu, sihir hitam, kutukan dsb, akan mengganggu perkembangan iman anak-anak yang membacanya. Jadi, mengapa sebenarnya JK Rowling (pengarang Harry Potter) menulis kisah yang sekarang menjadi fenomena ini?

JK Rowling adalah salah satu pengarang favoritku. Menurutku ia bahkan melebihi pengarang-pengarang fiksi hebat lainnya yang telah lebih lama berkarya, seperti Sydney Sheldon, Agatha Christie, dll. Mengapa? Aku juga membaca banyak buku-buku Sydney Sheldon dan Agatha Christie. Mereka adalah penulis-penulis hebat yang lewat puluhan bukunya, mampu memicu adrenalin kita dengan kisah-kisah fiksi - misteri yang tegang dan memukau, yang membuat kita penasaran: siapa pelakunya? Mereka juga mengajak kita untuk seolah-olah hadir dalam scene yang mereka tulis lewat puluhan buku-buku mereka. Nah, bagaimana dengan JK Rowling?

Salah satu kehebatan JK Rowling adalah dia mampu mengajak pembaca kisahnya seolah-olah berada di dunia tokoh-tokohnya, larut dalam emosi yang mereka rasakan, dan mengalami juga hal-hal yang mereka alami. Namun lebih dari itu, JK Rowling juga menyelipkan sebuah pesan yang sangat penting. Apakah itu?

Jika anda sudah pernah membaca Harry Potter, ingatkah anda akan nasihat Prof. Dumbledore kepada Harry Potter ketika Harry bertanya bagaimana ia, yang hanya seorang murid sekolah sihir dapat mengalahkan Voldemort, yang notabene adalah salah satu penyihir terhebat jaman itu? Dumbledore mengatakan bahwa Harry memiliki sebuah senjata ampuh yang tidak dimiliki Voldemort. Dan senjata itu ialah : KASIH. Kasih-lah yang menyelamatkan Harry dari kematian pada waktu Voldemort membunuh kedua orangtuanya. Karena kasih pada putranya-lah, maka Lily Potter rela menjadikan dirinya tameng dari serangan Voldemort sehingga Harry tetap hidup. Maka kasih jugalah yang diyakini Dumbedore akan menang dalam pertarungan melawan ‘kejahatan’ yang diwakili oleh Voldemort.

Jika pada awal kisah Harry Potter (seri 1 s/d 5) lebih banyak bernuansa petualangan dan sekolah, maka seri 6 dan 7-lah yang kaya akan pesan indah dan terbesar dalam hidup manusia yang disisipkan dengan halusnya oleh JK Rowling, yakni: bahwa sebesar apapun kejahatan, kasih-lah yang sanggup mengalahkannya.

Sebenarnya ‘aroma’ kasih ini banyak tersebar dalam seri terakhir. Masih ingat Snape? Profesor jahat yang selama ini ternyata selalu melindungi Harry Potter (yang sebenarnya ia benci). Mengapa ia lakukan semua itu, termasuk mengkhianati Voldemort, bos-nya? Tak lain karena cinta-nya pada Lily Potter (Ibu Harry) yang tak pernah pudar. Bukankah cinta atau kasih selalu menuntut pengorbanan diri?

Ingatkah anda juga pada waktu Harry bertarung dengan Voldemort, lalu ia terkena salah satu ‘jurus’ musuhnya hingga pingsan? Apakah yang menurut anda menyelamatkan Harry pada waktu itu? Ya!...kasih. Adalah Ibu Draco Malfoy yang diperintah Voldemort untuk mengecek apakah Harry sudah mati atau belum. Apa yang akan terjadi bila Ibu Malfoy mengatakan yang sesungguhnya? Harry selamat berkat kasih Ibu Malfoy kepada putranya. Ia nekat membohongi bos-nya yang kejam bahwa Harry hidup, dengan harapan ia dapat masuk ke Hogwart untuk mencari putranya. Padahal, kalau saja Voldemort mencium kebohongannya, maut pasti menimpanya. Lagi-lagi...kasih rela berkorban!

Dan yang terakhir, tentu saja saat duel paling menegangkan antara sang penyihir hebat, Voldemort, dan seorang murid sekolah sihir berusia 17 tahun, yang bahkan belum lulus dari sekolahnya: Harry. Kunci dari kemenangan Harry adalah ketika ia berhasil memecah konsentrasi Voldemort, dengan mengungkapkan pengkhianatan anak buahnya yang paling ia percayai : Snape. Harry menekankan bahwa fakta itu lolos dari pengamatan Voldemort karena Voldemort memiliki hati yang dingin, tidak pernah tahu apa itu cinta, bahwa cinta mampu mengubah seseorang, dan bahwa cinta itu setia sampai mati. Snape memang mati, namun ia mati demi cintanya. Voldemort, yang sangat shock, menjadi lemah dan akhirnya tumbang di tangan Harry. Maka benarlah kata-kata Dumbledore: kasih-lah yang akhirnya akan menang.

Setelah tamat membaca Harry Potter, aku baru sadar bahwa JK Rowling memang pengarang jenius. Ia mampu menyisipkan pesan terindah dan terbesar bagi manusia, lewat kisah yang memukau, dan tanpa perlu menggurui. Bila kita tidak menghayati dengan cermat, atau membaca sambil lalu saja, mungkin pesan indah itu akan terlewatkan begitu saja. Namun demikian, kisah fiksinya tetaplah indah dan mengesankan.

Maka, bila anda memiliki anak atau adik, sepupu dll yang belum membaca Harry Potter, jangan ragu untuk menganjurkan mereka membacanya. Mereka akan mendapat keuntungan berlipat: mengasah kemampuan berbahasa yang baik (terutama kalau membaca versi Bahasa Inggris-nya), menikmati kisah yang bagus, dan mendapat pesan moral yang indah. Tentu saja sebagai orangtua, anda perlu mendampingi serta mengarahkan agar putra putri anda dapat menerimanya sesuai dengan harapan anda.


Bacaan lain yang mungkin anda sukai :
5 Pelajaran Tentang Bagaimana Kita Memperlakukan Sesama



2 comments:

  1. saya baru baca postingan ini, sangat menarik; lihat judulnya langsung excited, karena saya juga suka HARRY POTTER. nice point of view

    thakz
    helmi efendi
    http://helmiefendi.co.cc/

    ReplyDelete
  2. Aku punya buku Harry Potter juga tapi seri 1-3 and 6,7. Biar tebel tapi asyik aja bacanya. Penggemar beratt mbak!!!

    ReplyDelete