Sunday, March 8, 2009

Pay It Forward

Di luar kebiasaanku, kali ini aku memposting tentang sebuah film yang sangat inspiratif. Pay It Forward, dibintangi oleh Kevin Spacey, Helent Hunt, dan Haley Joel Osment menunjukkan pada kita bahwa perbuatan baik dapat dilakukan oleh siapa saja, asalkan ada kemauan. Film ini diproduksi tahun 2000, dan di terbitkan di Indonesia tahun 2001.

----

Film ini dipecah menjadi 2 scene, yang nantinya baru diketahui bahwa yang satu terjadi saat itu, sedang satunya lagi adalah flashback. Dalam scene pertama, ada sebuah tindak kejahatan di sebuah rumah di Los Angeles. Polisi berkumpul di depan rumah itu. Lalu datang seorang wartawan dengan mobil bututnya yang ia parkir sembarangan di tepi jalan, lalu seperti biasanya, sibuk merecoki polisi yang sedang bertugas dengan bertanya ini-itu. Saat polisi lengah, si penjahat tiba-tiba melarikan diri naik mobil, dan saking cepatnya sempat menubruk mobil si wartawan. Para polisi segera mengejar penjahat, meninggalkan si wartawan merenungi mobilnya yang penyok. Tiba-tiba datang seorang laki-laki berkacamata yang hendak menolong si wartawan dengan memberinya sebuah mobil Jaguar. Ya! Mobil Jaguar! Jelas si wartawan amat heran, orang gila-kah lelaki itu? Masak memberi orang yang tidak dikenal sebuah mobil mewah tanpa minta imbalan apapun?

Lalu scene berpindah ke Las Vegas, di mana seorang anak lelaki berumur kira-kira 11 tahun masuk sekolah pada hari pertama di semester yang baru. Guru mereka (diperankan Kevin Spacey) adalah seorang pria dengan sebelah wajahnya agak rusak bekas luka bakar, namun tetap terlihat ganteng. Guru itu bernama Pak Simonet, orangnya serius dan jelas berpendidikan jika menilik kata-kata yang dipilihnya dalam percakapan maupun saat mengajar. Ia mengajar ilmu Sosial, dan ia memberi PR seluruh kelas untuk membuat sebuah proyek selama semester itu: Carilah sebuah ide bagaimana kalian dapat mengubah dunia, dan lakukanlah itu. (Gila ya! tugas hari pertama murid se-tingkat SD!).

Ketika si anak lelaki (namanya Trevor) pulang naik sepeda, di tengah jalan ia melihat sebuah perkampungan tunawisma. Ia menyaksikan bagaimana mereka mengais-ngais sampah, tidak punya tempat berteduh, dan kelaparan. Ia lalu mendapatkan ide cemerlang untuk proyek 'mengubah dunia' dari Pak Simonet. Ia mengajak salah seorang tunawisma itu (namanya Jerry) untuk menjadi temannya dan tidur di rumahnya. Mereka makan cereal bersama, dan malamnya Jerry disuruhnya tidur di gudang bawah tanah. Trevor sebenarnya tinggal berdua dengan ibunya. Ayahnya yang seorang pemabuk (diperankan Jon Bon Jovi) meninggalkan mereka begitu saja. Jadi ibunya harus bekerja dobel (sebagai pelayan kasino dan pelayan kelab malam), dan tekanan hidup itu membuat si ibu menjadi pemabuk.

Jelas saja si ibu marah besar ketika tahu Trevor mengajak seorang tunawisma menginap di rumahnya. Ia melabrak Pak Guru Simonet, yang menurut Trevor telah memberi PR, yang menjadi alasan ia berteman dengan si tunawisma. Saat itulah si ibu dan Pak Simonet bertemu, dan rupanya mereka jatuh cinta pada pandangan pertama. Trevor, yang mendambakan kasih seorang ayah akhirnya memasukkan Pak Simonet sebagai calon 'korban' proyek Pay It Forward-nya. Pay It Forward adalah proyek yang ia presentasikan di depan kelas sebagai tindakan kebaikan yang menular. Begini idenya: Jika 1 orang (aku) melakukan kebaikan kepada 3 orang, maka ketiga orang itu harus mencari 3 orang lainnya yang akan ditolong. Begitu seterusnya, sehingga akan ada semacam rantai perbuatan baik dimana orang akan saling menolong. Bukankah itu akan mengubah dunia menjadi lebih baik? Sungguh ide yang brilian yang keluar dari otak (dan hati) seorang anak berusia 11 tahun! Maka Pak Simonet mengangkat proyek itu menjadi proyek bersama seluruh kelas semester itu.

Suatu pagi ibu Trevor mendengar suara di gudang bawah. Ia menemukan Jerry s tunawisma yang kapan hari diusirnya sedang mengutak-atik mobil tuanya. Jerry ternyata bukan hendak mencuri, melainkan malah membantu memperbaiki mobil tua itu. Dan Jerry-pun menceritakan bahwa selain memberinya tempat berteduh yang hangat dan makanan yang layak, Trevor juga memberinya uang. Dari uang itu ia membeli pakaian dan sepatu baru, yang memungkinkan ia melamar dan diterima bekerja menjadi pelayan toko. Ia yang dulunya pecandu narkoba, berkat 'Pay It Forward' kini bisa hidup layak.

Trevor kini beralih pada 'korban' proyeknya yang kedua: Pak Simonet. Ia ingin me-mak-comblangi gurunya dengan ibunya. Maka ia membuat surat palsu seolah-olah dari Ibunya untuk Pak Simonet, dan sebaliknya, seolah-olah Pak Simonet akan datang ke rumah untuk membicarakan tentang dirinya. Maka datanglah sang Pak Guru bertemu ibunya, dan sedang mereka berbincang, Trevor menyiapkan meja untuk dua orang lengkap dengan lilin dan bunga untuk makan malam (perhatian banget ya!).

Ketika kedua proyek itu nampaknya akan berhasil, Trevor tiba-tiba menyadari bahwa menolong orang lain itu tidak mudah. Ketika ia ingin menemui Jerry di apartement murahannya, teman-temannya mengatakan Jerry tidak mau ditemui. Sadarlah Trevor bahwa Jerry sudah kembali kecanduan, dan kecewalah ia. Dicoretnya nama Jerry dari daftarnya. Sekarang Pak Simonet...yang sementara itu sedang merajut kasih dengan ibunya. Hanya saja, tampak ada resistensi dari Pak Simonet untuk semakin intim dengan ibunya. Itu karena masa lalu Pak Simonet yang ternyata lahir dari keluarga broken home seperti Trevor, dan luka bakar yang dideritanya ia dapat dari ayahnya yang tak pernah mencintainya. Tak heran bila ia memilih berada di tempat yang 'aman', tidak ingin dan takut pada perubahan dalam hidupnya. Ini membuat Trevor hampir putus asa, dan akhirnya mencoret Pak Simonet juga dari daftarnya.

'Korban' ketiga Trevor (dan harapan terakhirnya) adalah teman sekelasnya yang bertubuh mungil dan sering jadi korban pengopasan teman-temannya yang lebih besar. Namun, proyek yang inipun gagal karena pada saat ia melihat dengan mata kepala sendiri saat temannya dikeroyok teman-temannya, ia hanya diam termangu, tak dapat berbuat apa-apa. Ia frustrasi.

Sementara itu, di scene satunya, si wartawan berhasil menemui lelaki yang memberinya Jaguar. Lelaki itu pengacara kaya yang memiliki putri menderita asma. Suatu malam si putri kumat asmanya, dan ia membawanya ke UGD. Pada saat si putri tersengal-sengal hampir mati, perawat tidak mau mengurusinya, malah memilih pemuda berkulit hitam berandalan yang lengannya luka tertusuk karena berkelahi. Karena iba melihat kondisi si putri, si pemuda berandal merelakan dirinya tidak ditangani, dan menyuruh perawat mendahulukan si anak asma. Waktu si pengacara hendak berterima kasih karena menolong hidup putrinya, si pemuda berkata bahwa yang ia lakukan adalah 'Pay It Forward'.

Mendengar kisah ini makin penasaran-lah si wartawan. Ia menemui si pemuda (yang kini sedang mendekam di penjara) dan berhasil mengorek ceritanya bahwa 'Pay It Forward' ia dapatkan dari seorang wanita tua tunawisma di Las Vegas yang menolongnya waktu ia dikejar-kejar polisi. Maka berangkatlah si wartawan ke Las Vegas untuk mencari wanita tua itu, karena ia ingin menelusuri asal mula gerakan 'Pay It Forward' itu. Di Las Vegas bertemulah ia dengan si wanita tunawisma itu, wanita pemabuk yang kemudian berkisah tentang putrinya yang datang mengunjunginya di tempat ia tinggal pada suatu malam. Nah...inilah benang merah kedua scene yang sedari tadi tampak berjalan sendiri-sendiri. Ternyata, putri sang wanita tunawisma itu tak lain dan tak bukan adalah ibu Trevor!

Ibu Trevor dibesarkan oleh ibunya yang pemabuk dan tidak pernah mengurusi dirinya. Ia sakit hati dan setelah dewasa tidak berbicara dengan ibunya. Ibunya yang menyesal dan tidak bahagia akhirnya memilih jadi tunawisma. Tetapi malam itu ibu Trevor datang mengunjungi ibunya dan berkata bahwa ia memaafkan Ibunya atas semua yang dilakukan pada saat ia masih kecil. Ia juga berkata bahwa itu adalah bagian dari proyek 'Pay It Forward'. Maka si wartawan akhirnya berhasil menemukan si pelopor gerakan luar biasa itu: Trevor, si anak kecil itu. Pada saat Trevor berulang tahun yang kedua belas, wartawan itu mewawancarainya dan meliputnya untuk acara berita TV. Saat diwawancarai, Trevor mengatakan bahwa proyeknya sendiri gagal. Ada yang karena orang itu tidak mau ditolong, ada yang karena pengecut, tidak mau dan takut untuk berubah. Ternyata mengubah dunia itu tidak mudah! Padahal, tanpa setahu Trevor, sebenarnya Pay It Forward yang ia gagas tidaklah sepenuhnya gagal. Memang butuh waktu bagi orang dewasa untuk berubah, untuk sadar apa yang sesungguhnya amat bernilai bagi hidupnya. Jerry, misalnya, ketika sedang berjalan di kota hendak mencari narkoba, bertemu dengan wanita yang hendak bunuh diri di jembatan. Ia pun menolong wanita itu karena Pay It Forward juga. Pak Simonet pun, (karena disindir sebagai 'pengecut' oleh Trevor, akhirnya mau kembali berhubungan dengan ibu Trevor). Lalu bagaimana dengan proyek ketiga? Apakah Pay It Forward sebenarnya berhasil? Ya, bahkan di Los Angeles telah tercipta sebuah gerakan luar biasa, rantai kebaikan yang menjalar pada banyak orang. Proyek seorang murid berumur 12 tahun yang tidak kenal takut, yang bermimpi ingin mengubah dunia, dan bekerja keras untuk mewujudkannya, ternyata memang telah banyak mengubah orang-orang di sekitarnya, bahkan di kota yang jauh letaknya.

Itulah kekuatan kasih!

Dan film itu telah mengilhami aku untuk membuat 'my own project'. Tunggu ya, pada posting berikutnya akan aku jelaskan....



5 comments:

  1. udah nonton nih filmnya... bagus, tapi akhirnya sedih.... hiks....

    ReplyDelete
  2. ditunggu yah, Fanda's projectnya.. semoga membawa kebahagiaan buat org lain kayak film ini..

    ReplyDelete
  3. Gimana ya cara nonton film ini?
    Anakku nonton sebagian dan ngasih sinopsisnya, kayakny abaguis banget deh..

    Salam

    ReplyDelete