Monday, November 16, 2009

Puteri Kesayangan Ayah

Judul di atas milik sebuah novel Mary Higgins Clark yang judul aslinya: Daddy’s Little Girl. Seperti biasa Mary mengusung tema pembunuhan dalam bukunya. Kali ini korbannya adalah seorang gadis bernama Andrea. Andrea gadis yang centil, dan pria yang dicintainya adalah Rob, putra sebuah keluarga kaya. Sedangkan Paulie adalah cowok pendiam yang diam-diam naksir Andrea.

Ellie sama sekali berbeda dari Andrea, meski mereka berdua saudara kandung. Kalau Andrea selalu menjadi perhatian orang, Ellie cenderung pendiam dan tak banyak omong. Karena itulah Andrea mempercayakan sebagian besar rahasianya yang tak boleh dibagikan, terutama ke ayahnya yang seorang polisi dan tak merestui hubungannya dengan Rob. Rahasia itu dari yang kecil berupa kalung pemberian Rob yang berliontin hati bertatahkan batu biru dan bergravir dua huruf A dan R, hingga rahasia yang besar yaitu bahwa Andrea bersama teman-temannya sering bersembunyi di garasi rumah nenek Rob untuk merokok.

Selama ini Ellie memegang erat rahasia itu. Selama ini Andrea aman dari teguran dan amarah ayahnya, namun tidak dari seseorang yang hendak mengambil nyawanya!

Malam itu Andrea pergi ke rumah Joan sahabatnya untuk belajar bersama, dan tak pernah kembali ke rumah lagi. Ellie tahu di mana Andrea mungkin berada, maka ia masuk ke garasi itu, lalu menemukan mayat Andrea di sana!

Ada dua hal yang terus diingat Ellie tentang pembunuhan itu hingga ia beranjak dewasa, yaitu bahwa ia sempat memegang liontin kalung kesayangan Andrea, dan desah napas seseorang yang sempat ia dengar dalam kegelapan sebelum ia bagaikan terbang ke luar dan menjerit-jerit histeris hingga tiba di rumahnya. Hanya, karena saat itu ia masih seorang gadis kecil berusia 10 tahun, tak ada yang mempercayainya tentang liontin itu waktu ia menjadi saksi di persidangan.

Namun demikian, kesaksian Ellie sudah cukup untuk menjebloskan satu-satunya tersangka pembunuhan Andrea itu ke penjara: Rob. Ellie bersaksi bahwa Andrea telah berjanji untuk pergi ke pesta dansa bersama Paulie karena takut Paulie membocorkan rahasia tempat persembunyian Andrea kepada ayahnya. Rob sangat marah, dan malam ketika Andrea dibunuh itu, Andrea menemuinya untuk membicarakan hal itu. Tak heran bukan jika Rob langsung dijadikan terdakwa? Apalagi pada baju Rob ditemukan bekas darah meski Rob cepat-cepat mencucinya.

Setelah menjalani hukuman selama 22 tahun, tersiar kabar bahwa Rob akan dibebaskan secara bersyarat. Maka Ellie yang telah berkarir sebagai wartawan investigasi akhirnya kembali pulang ke kampung halamannya untuk menghentikan rencana itu.

Serangkaian usaha dilancarkannya untuk mengungkap apa yang sesungguhnya terjadi pada malam naas itu. Apalagi setelah keluarga Rob mengungkapkan kemungkinan Paulie sebagai si pembunuh dan Rob adalah korban salah tangkap. Entah mengapa Ellie begitu yakin bahwa Rob adalah pembunuhnya, meski banyak teman dan penduduk kota itu tidak yakin.

Akhirnya satu-persatu hal yang telah tertutup sekian lamanya kembali muncul ke permukaan, semuanya itu berkat kegigihan dan keberanian Ellie. Ia bahkan tak peduli ketika beberapa kali menerima ancaman serta kebakaran yang nyaris mencabut nyawanya.

Untung bagi Ellie, ia memiliki ayah yang masih mencintainya, meski kenyataannya sang ayah meninggalkan ia dan ibunya setelah peristiwa Andrea.

Ide cerita ini memang bagus, meski seru di awal dan tegang di akhir cerita namun agak sepi di pertengahan. Namun demikian, keseluruhan kisahnya menarik. Meskipun tersangka utamanya sudah terungkap, namun misteri yang menyelimuti kasus itulah yang membuat kisah ini cukup terjaga ritmenya.

Judul: Putri Kesayangan Ayah
Pengarang: Mary Higgins Clark
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Halaman: 439
Harga: 40.500,-




Monday, November 9, 2009

Aku & Marley

Dog is man's best friend, anjing adalah sahabat terbaik manusia. Siapa yang tak setuju dengan ungkapan itu? Namun, akankah kita tetap menggunakan ungkapan itu kalau anjing yang kita pelihara ternyata menderita neurotik, hiper-agresif, tak terkendali, dan perusak? Jawabannya bisa anda temukan di buku Aku & Marley ini, yang ditulis oleh seorang pemilik anjing bernama Marley, dan sudah difilmkan dengan bintang Owen Wilson dan Jennifer Aniston (Marley & Me).

-----

John Grogan adalah seorang kolumnis di sebuah surat kabar lokal dan tinggal di South Florida yang iklimnya sub tropis, bersama dengan istrinya Jenny yang berkarir di surat kabar juga. Sejak kecil John sudah memelihara anjing, dan pengalaman itu begitu membekas sehingga ketika di koran ada iklan menawarkan anjing Labrador, pasangan-baru-menikah itu langsung berangkat untuk melihatnya.

Cinta pada pandangan pertama, itulah yang bisa dikatakan tentang pertemuan John-Jenny dengan seekor anak anjing Labrador berwarna kuning. Anak anjing itu lain dari yang lain, kalau saudara-saudaranya yang lain tenang, ia begitu bersemangat, lincah dan pemberani. Kalau saja pasangan itu menerapkan 'teliti sebelum membeli', pasti mereka heran mengapa anak anjing itu diobral. Tapi...karena sudah merasa sreg, mereka langsung membelinya. Anjing itu mereka namai Marley (setelah melalui perdebatan panjang yang lebih njelimet dari proses menamai anak pertama mereka kelak!). Nama Marley itu mereka dapatkan ketika lagu Bob Marley mengalun, dan mereka memang fans beratnya...

Marley ternyata dulu diobral karena satu alasan. Anjing jenis Labrador Retriever seperti Marley adalah jenis anjing yang bertubuh kuat, cerdas, setia dan agresif. Namun khusus dalam kasus Marley, ia adalah seekor Labrador yang hiper-aktif, suka mengunyah (dan menelan) apa saja yang bisa ia raih dengan sangat cepat, dan sangat nakal. Ia tak bisa diam dan tenang, selalu saja bergerak. Semangatnya luar biasa, dan ketika John melatihnya ternyata ia tak dapat menangkapnya. Ketika dimasukkan sekolah kepatuhan, ia malah membuat malu gurunya. Dan yang lebih celaka lagi, ia mudah panik ketika terjadi badai.

Karena Florida adalah wilayah sub tropis, badai bukanlah hal yang aneh. Suatu hari ketika John dan Jenny pergi ke kantor, terjadilah badai. Dan begitu pulang ke rumah, mereka menemukan Marley dalam keadaan tubuhnya berbercak darah, karpet habis digigitnya, dinding kayu ruangan tempat ia dikurung selama tak ada orang di rumah pecah berantakan. Rupanya Marley merasa panik dan ketakutan, dan akibatnya ia melampiaskannya dengan bertindak destruktif.

John dan Jenny khawatir ketika mereka mengetahui bahwa Jenny sedang hamil. Bagaimana kira-kira reaksi Marley ketika tahu bahwa akan ada sosok manusia lain di rumah yang akan menjadi 'nomor satu' dan ia akan diduakan? Ternyata mereka tak perlu khawatir, karena justru Marley langsung menyayangi Patrick, putra pertama John-Jenny, begitu ia dibawa ke rumah setelah dilahirkan.

Banyak sekali kejadian-kejadian lucu, menegangkan, menjengkelkan dan menggemaskan yang dilalui keluarga Grogan bersama Marley. Ketiga anak mereka, Patrick, Connor dan Colleen besar bersama Marley. Mereka sangat menyayanginya meski Marley tiap pagi mencuri sarapan dari piring mereka. Di balik kelemahan dan kekurangannya, Marley telah menjadi anggota keluarga Grogan.

Memang Marley tampangnya agak bodoh dan penyayang, tapi saat dihadapkan pada kondisi yang kritis, Marley telah membuktikan diri sebagai penjaga keluarga yang andal. Ia siap untuk menyerang siapa saja yang bermaksud menyakiti keluarganya. Tak heran, meski Marley sering membuat malu keluarga Grogan, namun bagi mereka Marley adalah anggota keluarga, yang diterima dengan segala kelebihan dan (banyak) kekurangan.

Membaca buku ini membuat kita, seperti halnya pasangan Grogan, belajar tentang hal-hal penting dalam hidup. Ya, bahkan seekor anjing neurotik pun bisa mengajari manusia untuk menjalani hidupnya.

Pertama, saat kita sadar bahwa salah satu anak kita memiliki kekurangan, janganlah kita membuang atau mengabaikannya. Bentuklah dan terimalah ia dengan kekurangan itu. Seperti kata John Grogan: "Sebagian dari perjalanan kami sebagai pemilik Marley adalah membentuknya sesuai dengan keinginan kami, tetapi sebagian yang lain adalah untuk menerima Marley apa adanya. Kami telah membawa pulang sebuah makhluk hidup, bukan aksesoris pakaian yang bisa ditumpuk di suatu sudut rumah. Baik atau jelek, Marley adalah anjing kami."

Itulah sebabnya keluarga Grogan tak pernah menjual Marley, meski uang yang dikeluarkan untuk merenovasi rumah dan membeli perabotan yang dirusak Marley mungkin cukup untuk membeli kapal pesiar! Namun, apa yang mereka dapatkan dari Marley tak dapat dinilai dengan uang. Kesetiakawanan, cinta dan persahabatan, serta kegembiraan, keberanian dan nilai-nilai dalam hidup. Ketika John memasuki usia 40, ia belajar dari Marley bagaimana menyikapinya: "Meski Marley telah mencapai usia paruh baya (6 tahun dari 12 tahun usia normal anjing), ia tak pernah berlambat-lambat, ia tak pernah memandang ke belakang, mengisi hari-hari dengan semangat remaja, keingintahuan dan sikap selalu bermain-main. Kalau anda berpikir anda masih muda, maka mungkin anda memang masih muda, apapun kata kalender."

Ketika keluarga Grogan pindah ke rumah yang lebih luas di Pensylvania, Marley mulai memasuki masa tuanya. Kegesitannya mulai berkurang, dan berturut-turut juga pendengaran dan penglihatannya. Namun, meski memelihara Marley sudah tak terasa menghibur, malah membebani (seperti ketika kita merawat orang tua yang sakit-sakitan), keluarga Grogan tetap memeliharanya dengan penuh kasih sayang. Menurut mereka, setiap hubungan pasti membutuhkan pengorbanan. Dan toh mereka rela menanggungnya, karena apa yang mereka korbankan demi Marley telah memperoleh balasan yang tak ternilai harganya.

Ketika Marley bertambah tua, ketika naik tangga saja ia sudah tak kuat, marley mengajarkan pada John cara terbaik menjalani hidup. "Marley mengingatkanku kepada keberanian dalam hidup, kepada kegembiraan yang kita alami dan kepada kesempatan yang kita biarkan lepas dari genggaman . Ia mengingatkanku bahwa kita semua hanya memiliki satu kesempatan emas, tanpa ada kesempatan kedua." Begitu gamblang John menulis tentang semua penderitaan Marley ketika menjadi tua. Namun semuanya tetap ia jalani dengan semangat dan usaha yang keras.

Suatu hari terjadi situasi yang kritis. Marley mengalami kembung parah yang dapat mengakibatkan kesakitan yang amat sangat dan membawa pada kematian. Saat itu usianya sudah 12 tahun. Pilihannya ada 3: membiarkan ia sembuh (yang kemungkinannya hanya 1%), mengoperasinya (yang sangat riskan karena ia sudah tua), atau 'menidurkannya' (istilah eutanasia dengan menyuntik anjing yang sudah tua agar tak menderita). John dan Jenny memilih yang pertama, namun sudah menyiapkan diri untuk menghadapi nomor tiga bila opsi pertama gagal.

Dan....Marley berhasil melampaui 1%-nya! Ia sembuh dan pulih perlahan. Meski demikian, kondisinya makin buruk, dan diperparah dengan kakinya yang invalid hingga suatu hari ia tak mampu lagi naik ke lantai atas, dan harus menerima hidup di lantai bawah saja.

Hingga akhirnya, saat yang tak terelakkan itu tibalah. Saat itu keluarga Grogan baru saja pulang dari berlibur ke Disney World di Florida. Marley sekali lagi mengalami perut kembung yang parah. Dan kali ini John dan Jenny langsung tahu bahwa saatnya akhirnya telah tiba, hidup Marley takkan dapat diselamatkan lagi. Kemungkinan untuk mendapat 1% mukjijat seperti waktu yang lalu adalah mustahil, operasi...tak mungkin. Satu-satunya jalan hanyalah...menidurkannya.

Momen-momen terakhir ini benar-benar menguras emosiku. Aku harus menghentikan membaca sejenak karena aku tak mau sampai harus menangis di kantor! Aku membaca khusus bagian akhir itu ketika malam, sendirian, di dalam kamarku.

Ketika hendak membawa Marley ke dokter, Jenny dan anak-anak telah mendapat kesempatan terakhir untuk sejenak membelai Marley. Lalu John mengantarkan Marley ke dokter. Suntikan 'penidur' itu diberikan setelah dokter mencoba tiga kali tanpa hasil untuk membuka sumbatan di perut Marley. John, dalam kesempatan yang diberikan untuk sendirian bersama Marley, membelai dan mengucapkan kata perpisahannya yang emosional kepada Marley. "Kamu adalah anjing yang hebat", itu kata-kata terakhir John kepada Marley....

-----

Ketika aku membeli buku Aku & Marley ini, aku mengharapkan kisah yang lucu dan menggemaskan, sebuah drama rumah tangga yang apik dan menghibur. Tapi ketika menyelesaikannya, aku mendapati banyak nilai hidup yang bagus dari seekor anjing Labrador Retriever yang abnormal ini. Aku jadi sadar bahwa walaupun dianggap sebagai makhluk nomor dua, lebih rendah derajatnya dari manusia (bahkan manusia akan marah bila dikatai "anjing!"), namun anjing adalah makhluk yang mampu mencintai dengan tulus tanpa syarat, dan kesetiaannya tak terpatahkan oleh apapun. Manusia bisa berubah, cinta dan kesetiaan manusia bisa luntur, tapi tidak dengan anjing. Lihat kesaksian yang diberikan John, yang telah menulis buku ini dengan sangat apik. Jujur, apa adanya, sederhana, namun menghibur dan sekaligus mengena.

"Anjing tidak butuh mobil bagus atau rumah besar atau pakaian buatan desainer. Simbol status tidak berarti apa-apa baginya. Sepotong kayu sudah cukup baginya. Seekor anjing menilai (makhluk) yang lainnya tidak berdasarkan warna kulit, keyakinan atau kelas, tapi berdasarkan apa yang ada dalam hati mereka. Seekor anjing tidak peduli apakah anda kaya atau miskin, berpendidikan atau buta huruf, pandai atau bodoh. Berikan hati anda, dan ia akan memberikan hatinya untuk anda. Sederhana sekali. Tetapi kita manusia, yang jauh lebih bijak, selalu kesulitan untuk menimbang mana yang perlu dan mana yang tidak. Sementara aku menulis kolom perpisahan untuk Marley, aku menyadari betapa semuanya sudah ada di hadapan kita semua, seandainya saja kita mau membuka mata kita. Kadang kala kita membutuhkan seekor anjing dengan napas bau, perilaku nakal dan niat murni untuk membantu kita melihat..."

Judul : Aku & Marley (kisah nyata)
Penulis : John Grogan
Penerbit : Trans Media
Jumlah halaman : 297
Harga : sekitar 40 ribu (lupa tepatnya)



Monday, November 2, 2009

The Winner Stands Alone

Ini adalah novel terbaru Paulo Coelho. Selalu exciting saat pertama kali membuka bukunya Paulo Coelho, karena kita tak pernah tahu apa yang akan kita dapatkan di kedalaman tulisannya. Yang jelas, Paulo selalu mengajak pembacanya untuk berpikir dan merenung dalam-dalam tentang makna hidup, di balik kisah yang diceritakan dengan amat indah.

Kali ini kisahnya mengambil Festival Film Cannes sebagai latar belakangnya. Otomatis, para tokohnya adalah, yang pertama kaum ‘Superclas’ atau orang-orang yang setingkat di atas orang kaya, kedua para selebrities, ketiga orang-orang muda yang berharap dapat menjadi selebrities.

Adalah seorang pria pengusaha telekomunikasi berkebangsaan Rusia yang bernama Igor. Saat muda ia pernah dikirim ke medan perang Vietnam yang kejam, dan walaupun ia selalu mengatakan bahwa perang itu tak meninggalkan bekas pada dirinya, ternyata trauma masih menghantuinya ketika ia sudah jadi orang kaya dan punya istri cantik.

Igor mencintai dan memuja Ewa, istrinya. Ewa mendampinginya mulai saat Igor harus merangkak dan jatuh bangun membangun kesuksesan, hingga mencapai puncak kekayaan yang hanya dapat diraih segelintir manusia di dunia ini. Namun di balik semua kebahagiaan pasangan itu, Ewa menyimpan kenangan akan sebuah kejadian yang menggelitik nuraninya. Hal itu terjadi di suatu malam ketika pasangan itu menikmati makan malam romantis di tengah liburan mereka di Siberia. Tiba-tiba ada pengemis yang menghampiri meja mereka dan merusak momen romantis mereka. Bukannya marah dan mengusir pengemis itu keluar, Igor justru menemani pengemis itu ke luar restoran. Dan sekembalinya ke dalam restoran, secara implisit Igor mengatakan bahwa semua yang menghalangi atau mengganggunya harus dimusnahkan.

Ewa merasa ngeri, dan baru beberapa tahun kemudian sadar bahwa trauma perang itu masih melekat di jiwa suaminya, yang membuatnya berubah menjadi pribadi yang sadis dan kejam. Maka pada suatu hari ketika Ewa berkenalan dengan Hamid, seorang fashion designer yang sedang menanjak dan mengaguminya, Ewa pun meninggalkan Igor. Begitu saja, tanpa pamit. Tentu saja Igor meradang. Namun, bukannya merenungkan kesalahannya sehingga istrinya meninggalkannya, ia malah berusaha menarik perhatian sang istri dengan ‘menghancurkan sebuah atau beberapa dunia’, yang tidak lain berupa pembunuhan!

Itulah tujuannya datang ke Festival Film Cannes, karena tahu bahwa Hamid, sang designer haut-couture kelas dunia akan datang dalam rangka pembuatan film pertamanya. Dan ia pasti akan datang bersama Ewa. Korban yang dipilih oleh Igor beragam, cewek maupun cowok, ada yang pria kaya raya, ada gadis miskin. Senjatanya juga beragam, dari pisau, seni bela diri hingga racun. Memang Igor bukanlah pembunuh berantai yang ingin menghebohkan dunia (kalau demikian halnya ia justru akan meninggalkan sebuah jejak hingga dunia menangkap pesannya), namun ia hanya melakukan pembunuhan, lalu mengirimkan SMS dari nomor tak dikenal kepada istrinya. Mengabarkan bahwa sebuah dunia telah hancur.

Dalam petualangan Igor ini, banyak tokoh yang bersinggungan jalan dengannya. Ada gadis muda Brazil yang cantik, yang menjual aksesoris murahan di pinggir jalan. Ada juga sutradara film independen yang terobsesi untuk masuk ke Hollywood, ada milyarder nyentrik yang berkuasa di dunia perfilman, juga ada peragawati dan aktris muda yang sama-sama menapaki karir pertama mereka di perhelatan yang prestisius itu. Dan tentu saja ada pula Hamid, sang anak miskin dari Negara Arab yang akhirnya menapaki karir sukses sebagai designer kelas dunia.

Banyak filosofi hidup yang kita dapatkan dari buku ini. Antara lain bahwa apa yang selama ini kita saksikan serba glamor dan fantastis di layar TV atau layar lebar, sebenarnya penuh dengan kemunafikan dan politik kotor. Semuanya lagi-lagi hanya berdasarkan uang dan keuntungan. Hanya segelintir orang yang murni bekerja atas nama seni, sementara yang lainnya mengorbankan dan memakai apapun demi untuk meraih kenikmatan duniawi dan popularitas yang semu.

Dari mereka yang memang berbakat dan ambisius, kita bisa belajar bahwa bila kita mau bekerja keras dan tak berhenti berharap, maka impian kita akan bisa tercapai.

Lalu dari Igor sendiri kita juga bisa mengambil pelajaran penting bahwa kekayaan seringkali malah menghalangi orang untuk merasakan kebahagiaan dan menikmati hidup. Kekayaan dan kemewahan juga menutup hati dan nurani kita akan kekayaan hidup yang sesungguhnya. Seperti halnya Igor, banyak orang begitu keranjingan untuk bekerja, dan alasan mereka selalu sama: sebentar lagi saja, setelah ini aku akan bersantai lalu membeli rumah di pedesaan, bermain bersama anak-anak, memperhatikan keluarga, dll. Namun kenyataannya ‘sebentar lagi’ itu tak kunjung datang karena si workaholic tak mampu untuk berhenti dari pekerjaannya, tak mampu membendung keserakahannya untuk terus menambah kekayaan.

Kesimpulannya, buku ini menyajikan filosofi hidup yang dibalut dengan ketegangan ala kisah detektif atau misteri, sekaligus dengan latar belakang dunia gemerlap film dan modeling. Lengkap deh, dan menarik untuk dibaca!

Judul : The Winners Stands Alone
Pengarang : Paulo Coelho
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Media
Harga : Rp 50.000,-



Wednesday, October 28, 2009

The Runaway Jury

Novel-novelnya John Grisham memang selalu asyik untuk dibaca ulang. Kali ini aku mengulas The Runaway Jury (Juri Pilihan). Buku ini seperti karya Grisham lainnya, tetap bercerita tentang seluk beluk hukum, namun kali ini difokuskan pada pengalaman para juri yang bertugas pada sebuah kasus.

Kasus itu adalah gugatan seorang janda dari pria yang meninggal karena kanker paru-paru, Celeste Wood. Ia menggugat sebuah perusahaan rokok raksasa yang dianggap menyebabkan kematian sang pria. Salah menarik dari peradilan Amerika adalah adanya para juri yang mempunyai wewenang untuk menjatuhkan dakwaan maupun besarnya denda atau hukuman pada si terdakwa.

Dan seperti biasa, sebuah korporasi besar selalu mampu menggunakan sumber dayanya yang juga besar untuk mengatur jalannya persidangan. Begitu pula perusahaan yang jadi terdakwa kali ini, mereka menyewa jasa seorang Rankin Fitch yang bisa mempengaruhi sebuah proses peradilan sesuai permintaan penyewa. Fitch pula yang mengumpulkan dan memilah-milah para calon dewan juri agar hasil persidangan bisa disetir.

Adalah seorang Nicholas Easter, pria muda yang bekerja di toko komputer. Beberapa kali ia didekati oleh wanita muda yang pura-pura mau membeli komputer, namun Nicolas tahu wanita itu mengujinya sebagai calon juri. Fitch dan antek-anteknya memeriksa Nicolas dan tak menemukan sesuatu yang aneh, sehingga loloslah Nicolas menjadi calon juri.

Dari sejak awal Nicolas sudah menarik perhatian. Pada pagi hari sebelum perdiangan pertama dimulai, seseorang memberikan bocoran kepada Fitch pakaian apa yang akan dipakai Nicolas hari itu dengan amat detail. Dan ketika para juri berbaris keluar, detail pakaian Nicolas cocok dengan kisikan yang diterima Fitch. Ada apa ini?

Di dalam dewan juri pun Nicolas tampaknya selalu membuat kejutan. Dengan gampang ia memperoleh kepercayaan dari para juri lainnya karena ia memperjuangkan hak-hak mereka. Dan karena pengetahuannya tentang hukum lumayan banyak, tak sulit untuk sedikit demi sedikit mempengaruhi mereka semua. Padahal, sebenarnya para juri dilarang untuk mendiskusikan kasus di luar pengadilan. Tapi, siapa sih yang bisa menghindarinya? Apalagi para juri itu adalah sekumpulan orang asing yang dipertemukan oleh hanya satu kesamaan: kasus itu sendiri!

Makin lama sidang itu berjalan, makin nampak bahwa proses persidangan kasus yang bernilai jutaan dollar itu jauh dari keadilan. Terlalu banyak pihak-pihak di luar pengadilan yang mempunyai pengaruh atas jalannya persidangan. Bahkan seorang wanita yang meng-klaim sebagai rekan kerja Nicolas mulai menekan Fitch. Ia menyodorkan sebuah penawaran yang sangat menarik. Kelihatannya Nicolas memang memiliki power yang besar atas keputusan yang akan diambil dewan juri. Ingat, keputusan juri kan harus satu? Tidak bulat tidak apa, tapi harus melebihi 50%. Bagaimana Nicolas bisa memanipulasinya? Dan apa yang ia kejar sesungguhnya? Baca aja langsung deh...

Pokoknya, novel John Grisham yang satu ini sangat menarik bagiku! Yang pertama adalah karena Grisham membidik salah satu komponen terpenting dari proses peradilan, yaitu juri. Di buku ini kita jadi tahu seluk beluk tugas seorang juri. Bagaimana tekanan, baik dari luar maupun di dalam pengadilan itu sendiri bisa mempengaruhi pengambilan keputusan seseorang. Dan bagaimana beratnya saat kita harus memutuskan bersalah atau tidaknya seseorang, yang pasti akan mengubah jalan hidup seseorang (atau bahkan dunia jika kasusnya besar).

Kedua, aku menyadari begitu gampangnya mempersuasi orang untuk mengambil keputusan yang kita inginkan. Seringkali kita berpikir bahwa kita mengambil keputusan sendiri untuk hidup kita, padahal nasihat keluarga, komentar teman, atau tulisan seseorang yang kit abaca, banyak mempengaruhi pandangan kita, yang akhirnya menghantar kita pada suatu keputusan.

Menarik dan tegang, itu dua kata yang pas untuk menggambarkan novel ini. Anda pengen baca?

P.S.
Kalo anda berminat, buku milikku ini (bekas) aku jual di Vixxio Buku Bekas Online.




Thursday, October 15, 2009

Vixxio Buku Bekas Online: Cara Murah Baca Buku

Dengan hati bangga dan gembira, aku umumkan kepada teman-teman semua, bahwa pada tanggal 15 Oktober 2009, bisnis baruku: Vixxio Pusat Buku Bekas Online telah diluncurkan!!!

VIXXIO adalah nama pusat buku bekas online, di mana anda akan bisa menemukan buku-buku berkualitas, dari novel misteri macam Agatha Christie, John Grisham, Mary Higgins Clark, Sidney Sheldon hingga kisah-kisah Harlequin. Bagi penggemar non fiksi, di Vixxio anda bisa menemukan juga buku-buku pengembangan diri, bisnis dan marketing, iptek, dll. Semuanya dengan HARGA MURAH, karena buku-buku itu memang buku bekas.


Kok bekas sih? Kenapa gak yang baru aja? Karena, aku merasa bahwa harga buku baru itu semakin lama semakin melangit. Memang, membeli sesuatu yang baru terkesan lebih ‘gaya’, tapi kalau tujuan kita untuk membaca adalah untuk menyerap intisari dari buku itu, tak ada salahnya mencoba buku bekas. Jelas harganya jauh lebih murah. Untuk lebih jelasnya, baca aja Mengapa Beli Buku Bekas itu Asyik? Dengan adanya toko buku bekas online, anda bisa lebih mudah dan murah untuk menambah wawasan atau sekedar mencari hiburan yang berkualitas, kan?


Karena alasan itulah aku memutuskan untuk masuk dalam bisnis buku bekas online. Aku senang membaca, dan apa salahnya kegemaran itu aku jadikan bisnis juga. Jangan khawatir bahwa buku bekas yang aku jual kualitasnya tidak bagus, karena sebelum menentukan apakah sebuah buku layak jual atau tidak, aku selalu mengecek kondisi buku lebih dahulu. Karena aku adalah pecinta buku, aku juga tidak rela kalau ada buku yang sudah teraniaya oleh pembaca terdahulunya, padahal isinya bagus! Malahan ada juga di Vixxio yang kondisi buku seperti baru, hanya tanpa plastic pembungkus dan label harga saja. Cara dapetnya? Cari aja yang ada tulisan ‘Seperti Baru’ pada bagian kondisi buku di akhir tiap posting.


Jadi…sekarang buruan mampir ke Vixxio Buku Bekas Online-ku ya! Mau lihat-lihat aja boleh, mau kasih kritik dan saran tidak dilarang, apalagi kalo mau jadi Anggota Vixxio dan melakukan transaksi…ditanggung pasti puas deh!


O ya, di Vixxio Buku Bekas Online, aku juga bikin Bursa Buku Bekas yang mirip pasar dalam dunia nyata. Di sana anda bisa berinteraksi dengan para anggota lainnya untuk menjual/mencari/membeli buku-buku koleksi masing-masing anggota. Lihat aja disini. Asyik deh pokoknya!

Aku tunggu ya kedatangannya di Vixxio Buku Bekas Online! Dan nantikan beberapa hari lagi akan ada program menarik buat teman-teman blogger!


P.S. Kalo mau tahu cerita selengkapnya tentang berdirinya Vixxio Buku Bekas Online, baca aja di Curhat Fanda hari ini juga…

Monday, October 12, 2009

Bumi Yang Subur

Sejak membaca novel Maharani, aku jadi ketagihan membaca karya-karya Pearl S. Buck lainnya. Bumi Yang Subur ini adalah bagian pertama dari sebuah trilogy, yang mengisahkan suka duka kehidupan Wang Lung, seorang petani di China pada awal abad keduapuluh yang begitu mencintai tanah miliknya. Dalam Bumi Yang Subur ini dikisahkan liku-liku perjalanan hidup Wang Lung dari hidup melarat sebagai petani hingga akhirnya menjadi tuan tanah yang kaya raya.

Membaca buku ini, kita menyadari bahwa manusia itu begitu gampangnya berubah. Tak ada manusia di muka bumi ini yang tak ingin menjadi kaya dan sukses, meski tanpa disadarinya bahwa kekayaan itu juga turut mengubah sikap dan pandangan hidupnya. Kehidupan Wang Lung adalah cermin siklus kehidupan manusia yang selama ini kita jalani tanpa kesadaran dan mungkin juga tanpa makna. Dari Wang Lung, kita belajar untuk menghargai hidup, baik itu dalam kemiskinan maupun dalam kemewahan, karena pada akhirnya kebahagiaan itu selalu ada dalam hati kita dan merupakan kekayaan yang tak ternilai harganya…

----

Wang Lung adalah seorang petani yang amat mencintai tanahnya, ladangnya, gandum dan jagungnya. Seluruh hidupnya berkaitan dengan tanahnya itu. Ia hidup miskin bersama dengan ayahnya yang sudah tua. Bahkan minum teh pun dianggap sebagai kemewahan. Pagi itu Wang Lung akan menikah, maka sedikit pemborosan boleh lah. Ia membelanjakan uangnya dengan begitu irit dan hati-hati.

Calon istrinya adalah seorang budak di rumah keluarga Hwang, seorang tuan tanah kaya yang rumahnya bak istana, namun anggota keluarganya tidak ada yang beres. Istrinya pengkonsumsi candu yang berat, putra-putranya suka selingkuh dengan para budaknya. Orang kaya pada jaman itu bisa membeli budak perempuan, yakni anak perempuan dari keluarga miskin. Karena anak perempuan pada jaman itu tidak dihargai sama sekali, maka sejak kecil dijual kepada orang kaya. Para budak itu (terutama yang cantik) harus melayani tuan tanah dan para putranya, sedang yang tidak cantik biasa bekerja keras di dapur atau di ladang.

Wang Lung akan menebus calon istrinya dengan dua cincin perak dan sepasang subang perak sebagai tanda pertunangan. Ia memasuki rumah besar keluarga Hwang dengan takut-takut dan minder. Di sana ia diejek dan dibentak-bentak bahkan oleh penjaga pintu.

O-Lan nama wanita itu. Parasnya jauh daripada cantik, kakinya juga tidak kecil karena diikat (begitulah adat bagi anak perempuan jaman itu). Badannya kekar dan ia biasa bekerja keras. Maka begitu mengikuti Wang Lung dan menjadi istrinya, O-Lan langsung mengerjakan seluruh pekerjaan rumah tangga, dan membantu Wang Lung berladang. Ia benar-benar wanita pekerja keras, pintar memasak, tak banyak omong (pendiam malah) dan taat pada suaminya. Benar-benar tipe istri yang dibutuhkan oleh seorang petani yang miskin dan pekerja keras.

Tak lama kemudian O-Lan pun hamil, dan melahirkan putra pertama bagi Wang Lung, yang amat girang (semua orang pasti menantikan anak laki-laki saat menunggui sang istri melahirkan). Untuk melahirkan bayinya, O-Lan melakukannya sendiri tanpa bantuan siapapun. Bahkan setelah beristirahat sebentar ia langsung kembali bekerja di ladang seperti tak ada kejadian besar apapun sebelumnya.

Ternyata O –Lan punya impian terpendam. Ia ingin membawa anak laki-lakinya yang akan ia dandani dengan baik dan ia pamerkan ke rumah keluarga Hwang, untuk menunjukkan bahwa hidupnya sekarang telah makin makmur (pasti seperti itu juga keinginan kita kepada orang yang pernah mengejek dan merendahkan kita). Wang Lung pun membeli telur yang dicelup cairan warna merah untuk dibagi-bagikan kepada para tetangga, yang melambangkan bahwa ia baru memiliki anak laki-laki.

Pada saat-saat bahagia itu Wang Lung selalu pergi ke kuil dan menancapkan dupa di depan patung Dewa Bumi, sambil berpikir alangkah besar kekuasaan Dewa itu yang telah memberinya rejeki yang berlimpah. Bahkan setahun kemudian, ketika keluarga Hwang mulai jatuh dan mereka menjual tanah-tanahnya, Wang Lung pun mengambil keputusan untuk membeli tanah itu. Ya, Wang Lung adalah petani yang cerdik. Ketika para tetangganya menghambur-hamburkan uang saat panen mereka berhasil, Wang Lung tetap hidup sederhana, dan menggunakan uangnya untuk berinvestasi. Kini ia, Wang Lung, mampu membeli tanah keluarga besar yang dulu sangat ia takuti dan segani. Wang Lung dan O-Lan begitu bahagia.

Namun, kebahagiaan itu tak berlangsung lama. Suatu kali datang kekeringan yang berkepanjangan hingga seluruh persediaan uang Wang Lung habis. Begitulah hidup petani, mereka amat bergantung pada kesuburan tanahnya. Air kering, sehingga tanamannya tak dapat air, dan merekapun kesulitan untuk minum. Tak ada toko yang menjual makanan, dan kalaupun ada, tak ada petani yang memiliki uang untuk membelinya, karena panenan mereka gagal dan tabungan mereka telah habis. Dan O-Lan kini mengandung anaknya yang ketiga. Dalam keadaan terpepet ketika mereka sudah berhari-hari tak makan, akhirnya mereka mencoba pindah ke kota di sebelah Selatan dan mendirikan gubuk di pinggir jalan.

Wang Lung menarik andong, sedang O-Lan dan putranya menjadi pengemis. Di sana mereka semua bisa makan kenyang. Tapi, uang yang didapat selalu habis untuk makan, sehingga kehidupan mereka hanya seperti itu saja dari hari ke hari. Yang miskin tetap miskin, dan kaya tetap dapat menikmati hidup di balik rumah gedongnya. Jurang yang selalu tampak, seperti di kota-kota besar di negara kita. Akhirnya, Wang Lung mulai memikirkan kembali tanahnya, dan ia memutuskan untuk memboyong keluarganya kembali ke desa. Saat itu ada kejadian menghebohkan. Karena perang, sebuah keluarga kaya terpaksa meninggalkan rumah megahnya yang mirip istana, dan melarikan diri. Banyak orang miskin, termasuk Wang Lung dan O-Lan masuk ke rumah itu dan mengambil benda-benda berharga. Wang Lung mendapat beberapa keeping uang emas, dan O-Lan mendapat sepasang giwang mutiara yang amat ia sayangi bagaikan harta yang sangat berarti baginya.

Kembali ke kampung halaman, mereka mulai menggarap tanahnya kembali, dan bumi yang subur kembali memberikan kemakmuran pada keluarga Wang Lung. Karena kejeliannya, ia sedikit demi sedikit menjadi orang kaya raya, salah seorang tuan tanah sama seperti keluarga Hwang. Makin banyak tanah subur yang ia beli, makin berlimpah uang tabungan dari panennya. Ia dapat menyekolahkan putra-putranya, sedang putri sulungnya tinggal di rumah. Anak itu idiot karena kurang gizi ketika terjadi bencana kekeringan. Meski tak ada yang mempedulikan anak itu, Wang Lung dan istrinya mencintai dan memeliharanya dengan sepenuh hati.

Hingga saat itu Wang Lung tak tahu apa-apa tentang menikmati hidup. Namun pada suatu hari ketika Wang Lung telah dapat menyerahkan pengerjaan sawah-sawahnya kepada pegawainya dan ia banyak menganggur, maka terlihatlah banyak kekurangan dalam hidupnya yang dulu tak ia sadari. Ia memandang istrinya, dan tiba-tiba sadar betapa jelek wajahnya, rambutnya yang kusut, kulitnya yang kasar, kakinya yang besar dan jelek, bajunya yang kusam. Tiba-tiba ia muak melihat istrinya sendiri, yang yelah memberinya banyak anak, yang mengikutinya dengan pasrah sewaktu miskin, dan yang mendampinginya bekerja keras. Istrinya hanya dapat menyembunyikan kakinya dan menatap Wang Lung dengan sorot mata pedih…

Sekarang Wang Lung malu bila masuk ke kedai minum yang murahan. Ia mulai mencoba kedai minum baru untuk orang-orang kaya yang juga menyediakan wanita. Di sanalah ia bertemu Lotus, wanita penghibur yang cantik jelita, kulitnya mulus, tubuhnya ramping dan kakinya kecil mungil. Wang Lung pun semakin tergila-gila pada Lotus, dan sering menghabiskan malam di kedai minum di kota itu. Wang Lung lalu mengambil Lotus sebagai istri keduanya, dan bahkan mencuri giwang mutiara yang amat disayangi O-Lan kepada Lotus. Betapa pedih hati O-Lan, namun ia diam saja.

Begitulah tahun demi tahun berlalu dalam kehidupan Wang Lung yang rupanya sudah lupa pada keadaannya saat miskin dulu. Dewa-dewi yang dulu disembahnya, sekarang tak ia pedulikan lagi karena ia telah jadi tuan tanah yang kaya. Apakah ia bahagia? Rupanya, baik dalam kemiskinan maupun kemewahan, yang namanya kesulitan dan konflik selalu datang silih berganti dalam hidup manusia. Suatu saat karena teguran anaknya, Wang Lung sadar dan menyesal atas kelakuan buruknya terhadap O-Lan. Saat itu O-Lan menderita komplikasi beberapa penyakit, dan pada akhir hayatnya Wang Lung selalu bersikap baik padanya.

Wang Lung kini menempati rumah besar bekas keluarga Hwang. Ia sekarang dipusingkan oleh ulah putra-putranya yang banyak ulah, para menantunya yang saling membenci, dan keluarga pamannya yang menggerogoti hartanya. Bahkan Lotus yang sudah mulai menua pun tak dapat menghiburnya. Wang Lung justru tertarik pada seorang budak muda bernama Pear Blossom.

Itulah sekilas kehidupan Wang Lung, sang petani dan tuan tanah. Pearl S. Buck mampu menuangkannya dengan apik dan enak dibaca. Tak salah bila karyanya ini dihadiahi Pulitzer di 1932. Membaca buku ini seolah melihat kehidupan banyak orang di dunia ini,. Kita hanya dapat belajar dari Wang Lung, bahwa hidup selalu ada pasang surut, dan bahwa dalam hidup ini tak ada yang sempurna. Namun karena keserakahannya, manusia itu selalu menuntut lebih. Padahal di akhir hayatnya, semua kemewahan itu takkan ada lagi artinya, kecuali kebahagiaan….

Judul buku: Bumi Yang Subur (The Good Earth)
Pengarang: Pearl S. Buck
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Halaman: 507
Harga: 45.000,- (toko buku online)



Thursday, October 1, 2009

The Murder Game

Waktu membeli buku ini aku agak gambling. Karena pengarangnya bukan pengarang yang aku kenal, meskipun menurut buku ini, Beverly Barton adalah ‘The International Bestselling Author’. Mungkin karena bukunya belum pernah diterbitkan di Indonesia, atau aku saja yang belum pernah baca. Anyway, melihat genrenya yang ‘Fiction-Romantic Suspense’, kayaknya asyik juga ini buku. Dan setelah aku selesai membaca, memang tak salah pilihanku. Kalau karya Sandra Brown yang bergenre sama biasanya lebih dominan romance-nya daripada suspensenya, maka The Murder Game ini benar-benar sebuah thriller-suspense yang mencekam, hanya saja ada bumbu romancenya sehingga alur ceritanya jadi lebih hidup.

Cerita dibuka oleh seorang wanita bernama Kendall Moore, seorang wanita bertubuh atletis yang juga seorang atlet lari jarak jauh. Ia sedang tersiksa, berada dalam penguasaan seorang pria gila yang menculiknya dan membawanya ke sebuah rumah di dalam hutan, jauh dari peradaban. Pria itu suka melepaskannya di tengah hutan, lalu beberapa saat kemudian pria itu mengejarnya dengan sepeda motor lalu menangkapnya lagi. Bila Kendall sulit ditemukan, pria itu malah senang, dan akan menghadiahkan makan malam. Namun kalau Kendall lemah dan gampang ditemukan, ia menghukum Kendal dengan mengurungnya di kurungan kecil dan tak memberinya makanan.

Pada akhir hari ke 21, saat Kendall sudah lemas mengikuti permainan itu, pria itu akan menangkapnya untuk yang terakhir kali, dan menembaknya sampai mati, menguliti kepalanya dan menggantungkan mayatnya terbalik di sebuah pohon di area di mana Kendall tinggal.

Pria itu bernama Pudge, dan ia memang seorang psikopat. Sejak muda ia bersama sepupunya Pinkie menemukan bahwa mereka berdua menyenangi hal-hal berbau sadis. Lalu setelah dewasa mereka melakukan permainan maut dengan pembunuhan sebagai klimaksnya. Saat itu beberapa wanita peserta kontes kecantikan terbunuh sebagai korban, yang dikenal sebagai kasus The Beauty Queen Killer. Pinkie akhirnya tertangkap oleh polisi dan FBI dan mati kena tembakan.

Hanya Griffin Powell dan Nicole Baxter yang mencurigai bahwa Pinkie sebenarnya memiliki partner dalam kejahatan itu, karena tubuh Pinkie terkena 2 tembakan dengan 2 peluru berbeda, padahal polisi hanya menembak 1 kali. Namun karena jejak si partner tak ditemukan, kasus itu ditutup. Namun kini, sang partner mulai beraksi kembali. Dan kini ia melibatkan Griff (panggilan Griffin), seorang bujangan kaya, ganteng dan playboy yang memiliki biro penyelidikan swasta yang sering bentrok dengan FBI, dan Nic (panggilan Nicole), seorang wanita cantik agen FBI yang dingin, pembenci pria dan selalu ingin disamakan dengan pria.

Pudge menelpon Griff dan Nic secara terpisah, untuk mengikut sertakan mereka ke dalam permainan barunya dengan memberikan masing-masing 2 petunjuk yang berbeda. Petunjuknya singkat saja, Stillwater-Texas-4 minggu lalu, dan Ballinger-Arkansa-kemarin. Dengan begitu, Griff dan Nic terpaksa harus bergabung untuk bersama-sama memecahkan petunjuk itu demi menemukan sang partner yang selama ini tak ditemukan. Masalahnya…Griff dan Nic saling membenci satu sama lain! Jelas dong, mana mungkin seorang feminis disatukan dengan playboy?

Setelah bergerak menyelidiki, Griff dan Nic menemukan kesamaan pada kedua kasus pembunuhan di Stillwater dan Ballinger (Kendall), yakni keduanya adalah wanita, dan atlet. Dan sementara kedua tokoh kita menyibukkan diri dengan penyelidikan, Pudge sudah mulai merencanakan aksinya lagi. Kali ini korbannya seorang pemain basket bernama Amber Kirby. Amber ternyata adalah calon korban keenam. Sebelum 2 pembunuhan yang diselidiki Griff dan Nic, sudah ada 3 pembunuhan serupa.

Mengapa korban selalu dalam keadaan tanpa kulit kepala (scalp)? Itu karena Pudge menyimpan scalp korban seolah sebagai piala. Dan ternyata, ia punya ambisi untuk mendapatkan piala yang sangat istimewa, yaitu scalp milik Nicole Baxter!

36 jam sebelum Pudge akan menculik Amber Kirby, ia menelpon Griff dan Nic untuk memberi mereka petunjuk. Petunjuk itu bila digabungkan: pirang, Debbie Glover, ruby dan permen lemon. Petunjuk yang kelihatannya mustahil disatukan, namun akhirnya mereka berdua berhasil menelusuri jejak hingga sampai pada Amber. Sayangnya mereka terlambat 3 jam. Amber Kirby sudah diculik!

Karena Griff dan Nic bekerja untuk dua instansi yang berbeda, maka baik FBI dan biro investigasi Griffin bisa bekerja dengan cara masing-masing, sementara Griff dan Nic selalu menunggu-nunggu Pudge menelpon mereka untuk menebarkan petunjuk. Dan dalam kerja sama itu, diam-diam tumbuhlah ketertarikan mereka satu sama lain, ketika mereka dapat melihat karakter sebenarnya masing-masing pihak.

Sementara itu The Hunter (begitu Pudge menjuluki dirinya sendiri) menelpon Nic dan menghubungkan Nic pada Amber yang sempat mengatakan : ‘hutan di mana-mana, air dan sungai’ sebelum telepon itu ditutup. Griff ditelponnya juga dengan tambahan pesan: Amber akan dibunuh dua setengah minggu kemudian. Meski ditunjang oleh FBI, penyelidikan mereka tak membuahkan hasil hingga mayat Amber ditemukan tergantung di pohon seperti korban-korban sebelumnya.

Permainan itu berlangsung terus, dan Griff serta Nic pun menghadapi kasus ini bersama-sama. Perlahan-lahan sisi pribadi keduanya yang misterius pun makin terkuak. Dan ketika Griff dan Nic baru saja menjadi sepasang kekasih, Pudge pun menculik korbannya yang paling tidak diduga pasangan kekasih itu: Nic!

Griff langsung panic begitu tahu Nic menghilang, dan menyadari bahwa ‘wanita spesial’ yang sebelumnya diberikan The Hunter sebagai petunjuk kepada dirinya, adalah Nicki-nya tersayang (panggilan sayang Griff terhadap Nic).

Sekarang Nic tahu mengapa Pudge selalu memilih korban yang bertubuh atletis. Karena The Hunter akan memburu mereka bagaikan hewan buruan. Diberi makan, lalu dilepaskan untuk dikejar, ditangkap lagi hingga suatu saat dibunuh! The Hunter tak suka pada wanita yang lemah dan mudah menyerah, maka tepatlah kalau ia memilih Nic sebagai buruan spesialnya. Nic yang pantang menyerah dan cerdas. Masalahnya, cukupkah itu semua untuk menghadapi seorang pembunuh psikopat yang gila dan sadis itu?

Apakah Griff akan menemukan Nic sebelum masa 21 hari itu lewat? Ataukah Nic akan bisa melarikan diri sebelum dibunuh? Ataukah the Hunter akan berhasil membunuhnya? Lalu siapakah Pudge itu sebenarnya? Akan dapat ditemukankah jejaknya? Setengah bagian ke belakang dari buku ini semuanya membawa kita dari ketegangan ke kengerian ke kejutan berikutnya. Pantaslah kalo aku mengatakan gaya berceritanya lebih memukau daripada Sandra Brown, dan memang Beverly Barton layak juga mendapat gelar The International Best Seller Author!

Mau beli bukunya? Beli aja di toko buku ya…

Judul: The Murder Game (edisi terjemahan bahasa Indonesia)
Pengarang: Beverly Barton
Penerbit: Dastan Books
Cetakan: Juni 2009 (I)
Harga: 47.200 (diskon 20% dari harga asli 59.000)