Melihat ukuran buku ini ketika terpajang di rak toko buku, aku jadi ragu-ragu untuk membelinya. Alasannya, aku takut kalau aku sudah bosan duluan sebelum menghabiskan buku itu, padahal harganya lumayan mahal. Apalagi temanya bukan thriller, sehingga alurnya kemungkinan datar. Tapi karena banyak orang yang merekomendasikan buku ini, aku jadi tertarik untuk membaca. Dan ternyata kesan pertamaku salah total. Buku ini jauh dari membosankan.
Doctors, karangan Erich Segal adalah buku tentang liku-liku kehidupan para dokter, dari semenjak mereka menuntut ilmu, menjadi residen, mengambil spesialisasi, hingga benar-benar berpraktik atau berkiprah di dunia edukasi dan penelitian. Banyak suka-duka yang tersirat, ambisi dan dedikasi yang terungkap. Semuanya tergambar dengan begitu detil di kisah yang mengambil setting sekitar tahun....., di mana orang kulit hitam dan wanita tak mendapatkan tempat yang setara di dunia medis.
Barney Livingston dan Laura Castelano adalah tokoh sentral yang menjadi benang merah keseluruhan kisah ini. Tumbuh bersama sebagai tetangga, mereka berdua menempuh pendidikan di Harvard Medical School. Di sini kita akan disuguhi betapa kerasnya perjuangan Barney, Laura dan teman-temannya untuk dapat menyerap seluruh teori yang harus mereka kuasai. Tak sedikit calon dokter yang mengalami gangguan psikis. Kasus bunuh diri pun bukanlah hal yang aneh, dan hampir pada tiap angkatan selalu ada korban.
Di luar perjuangan untuk lulus sekolah kedokteran, Erich Segal juga mengajak kita mengikuti problematika pribadi para calon dokter ini. Mulai anak yang ditekan ayahnya hingga sahabat karib Barney yang keturunan negro namun diangkat anak oleh pasangan Yahudi, yang membuatnya makin terkucil.
Dan problematika makin meluas ketika mereka semua telah lulus dan layak menyandang gelar 'dokter' di depan nama mereka. Dari kisah cinta, etika, hingga moral. Kasus-kasus yang pasti diambil dari kehidupan nyata, seperti mengakui karya ilmiah sebagai miliknya dan menghapus nama rekan yang lebih banyak kontribusi, atau kasus euthanasia dengan dalih 'kasihan', juga akan kita jumpai di buku ini.
Akhirnya, dengan membaca buku ini, selain kita akan mendapat banyak wawasan baru mengenai dunia medis dan kehidupan para dokternya, kita juga akan menyadari bahwa bagaimanapun dokter tetaplah makhluk yang bernama manusia. Dokter bukanlah dewa, apalagi Tuhan. Sebanyak apapun teori di kepalanya dan setinggi apapun jam terbangnya dalam menangani orang sakit, kesembuhan, kematian dan kehidupan tetap menjadi misteri agung Sang Pencipta. Tugas para dokter adalah menjadi fasilitator kesembuhan itu apabila memang Tuhan menghendakinya.
Salut pada Erich Segal yang telah membawa kisah menyentuh ini ke dunia literatur kita. Rasanya membayar 75 ribu untuk menikmatinya tidaklah sia-sia...
O ya..buku ini adalah terbitan Gramedia. Kalau ada yang berminat membeli, bisa lewat Vixxio, kalian akan mendapat 15% diskon.
Doctors, karangan Erich Segal adalah buku tentang liku-liku kehidupan para dokter, dari semenjak mereka menuntut ilmu, menjadi residen, mengambil spesialisasi, hingga benar-benar berpraktik atau berkiprah di dunia edukasi dan penelitian. Banyak suka-duka yang tersirat, ambisi dan dedikasi yang terungkap. Semuanya tergambar dengan begitu detil di kisah yang mengambil setting sekitar tahun....., di mana orang kulit hitam dan wanita tak mendapatkan tempat yang setara di dunia medis.
Barney Livingston dan Laura Castelano adalah tokoh sentral yang menjadi benang merah keseluruhan kisah ini. Tumbuh bersama sebagai tetangga, mereka berdua menempuh pendidikan di Harvard Medical School. Di sini kita akan disuguhi betapa kerasnya perjuangan Barney, Laura dan teman-temannya untuk dapat menyerap seluruh teori yang harus mereka kuasai. Tak sedikit calon dokter yang mengalami gangguan psikis. Kasus bunuh diri pun bukanlah hal yang aneh, dan hampir pada tiap angkatan selalu ada korban.
Di luar perjuangan untuk lulus sekolah kedokteran, Erich Segal juga mengajak kita mengikuti problematika pribadi para calon dokter ini. Mulai anak yang ditekan ayahnya hingga sahabat karib Barney yang keturunan negro namun diangkat anak oleh pasangan Yahudi, yang membuatnya makin terkucil.
Dan problematika makin meluas ketika mereka semua telah lulus dan layak menyandang gelar 'dokter' di depan nama mereka. Dari kisah cinta, etika, hingga moral. Kasus-kasus yang pasti diambil dari kehidupan nyata, seperti mengakui karya ilmiah sebagai miliknya dan menghapus nama rekan yang lebih banyak kontribusi, atau kasus euthanasia dengan dalih 'kasihan', juga akan kita jumpai di buku ini.
Akhirnya, dengan membaca buku ini, selain kita akan mendapat banyak wawasan baru mengenai dunia medis dan kehidupan para dokternya, kita juga akan menyadari bahwa bagaimanapun dokter tetaplah makhluk yang bernama manusia. Dokter bukanlah dewa, apalagi Tuhan. Sebanyak apapun teori di kepalanya dan setinggi apapun jam terbangnya dalam menangani orang sakit, kesembuhan, kematian dan kehidupan tetap menjadi misteri agung Sang Pencipta. Tugas para dokter adalah menjadi fasilitator kesembuhan itu apabila memang Tuhan menghendakinya.
Salut pada Erich Segal yang telah membawa kisah menyentuh ini ke dunia literatur kita. Rasanya membayar 75 ribu untuk menikmatinya tidaklah sia-sia...
O ya..buku ini adalah terbitan Gramedia. Kalau ada yang berminat membeli, bisa lewat Vixxio, kalian akan mendapat 15% diskon.