Monday, February 28, 2011

Ice Shock: The Joshua Files #2

Siapa bilang sekuel sebuah buku itu biasanya tak lebih bagus dari buku pertamanya? (Mungkin aku yang sering bilang begitu, karena memang dari beberapa pengalaman buku yang dibuat sequel, aku mendapati buku kedua dst. biasanya tak sebagus buku pertama. *Harry Potter bisa dikecualikan dari list ini!). Nyatanya, aku tak mendapati kenyataan itu di buku The Joshua Files karya M.G. Harris. Buku keduanya, Ice Shock malah lebih 'manusiawi' menurutku, karena lebih banyak sisi emosionalnya dibanding buku pertama.

Masih ingatkah anda pada petualangan Josh, putra seorang arkeolog yang memiliki keturunan bangsa Maya di Ek Naab? Setelah berhasil menemukan Codex Ix di kisah bagian pertama: Kota Yang Hilang, kali ini kisah dibuka saat Benicio (sepupu Josh di Ek Naab) menjemput Josh di rumahnya, Oxford untuk menyampaikan sebuah berita: musuh bebuyutan Josh, Simon Madison si Nissan Biru (yang telah membunuh Camilla, kakak tiri Josh pada buku pertama) telah kembali! Ia dilaporkan mencuri sebuah artefak Mesopotamia kuno, dan Montoyo (pimpinan Dewan di Ek Naab) meminta Josh untuk berhati-hati. Maka ketenangan hidup Josh akan sekali lagi diganggu oleh hasrat Madison, dan siapapun yang mengirimnya, untuk mencuri teknologi yang dimiliki suku Maya.

Lalu terjadilah sesuatu yang aneh. Salah seorang sahabat ayah Josh, seorang musisi bernama Rodrigo bercerita bahwa ia pernah bertemu ayah Josh di kota kecil di Inggris: Saffron Walden. Bukan tempatnya yang menjadi masalah, namun waktunya. Waktu pertemuan itu adalah tgl. 16 Juni, hari kematian ayah Josh di Meksiko! Bagaimana mungkin? Fakta itu berhasil membuat keinginan Josh untuk mengetahui rahasia kematian ayahnya --yang masih terus menghantuinya selama ini-- makin besar. Ia membulatkan tekad untuk pergi menyelidiki dengan mengajak Tyler, sobatnya yang saat petualangan pertamanya ke Meksiko juga sempat terlibat bersama teman cewek mereka: Ollie.

Anehnya, si Nissan Biru Simon Madison selalu mampu mencium setiap rencana Josh, termasuk kunjungannya ke rumah seorang bekas arkeolog di Saffron Walden, tempat yang mungkin telah disinggahi ayah Josh tgl 16 Juni itu. Di sana Josh nyaris tertangkap oleh Madison, meski akhirnya mampu lolos sambil membawa beberapa dokumen penting yang diminati Madison di sana. Namun kejadian itu disusul oleh kejadian lainnya, membuat Josh sadar bahaya yang tengah mengintainya. Ia bahkan merasa curiga bahwa satu dari kedua sahabatnya (atau bahkan keduanya) bukan benar-benar sahabatnya, dan justru menjadi mata-mata bagi pihak musuh. Di pihak lain, ia menerima secara beruntun kartu pos-kartu pos dari Veracruz, Meksiko yang hanya berisi beberapa patah kata. Ia sadar bahwa ada seseorang di sana yang tengah berusaha mengirimkan pesan kepadanya. Namun apakah maksudnya?

Akhirnya Josh bertekad untuk berusaha menjauhkan ibunya dari bahaya dengan membujuknya mengikuti sebuah retret di tempat yang jauh dari Oxford. Setelah itu ia mencoba (dan berhasil) memecahkan sandi yang terdapat dalam dokumen yang dicurinya dari Saffron Walden. Namun sebelum ia sempat kembali ke Ek Naab untuk melaporkannya, dokumen itu ternyata dicuri oleh...siapa lagi kalau bukan Madison. Sampai disini dimulailah kembali petualangan Josh yang jauh lebih berbahaya dibanding petualangan pertamanya dulu. Kini ia telah menyadari bahwa salah satu sahabatnya ternyata adalah musuhnya, dan mereka semua tidak main-main lagi. Tapi apa sih sebenarnya yang diperebutkan? Teknlogi rahasia macam apa yang bisa menyelamatkan umat manusia dari kehancuran peradaban akibat gelombang super-elektromagnetik yang akan melanda bumi di tahun 2012? Kalau Ek Naab selama ini berusaha memecahkan rahasia teknologi itu demi menyelamatkan umat manusia, lalu apakah tujuan dari musuh mereka?

Dalam misi menemukan kebenaran tentang ayahnya, Josh akan menemukan banyak kejutan, juga mengalami banyak tantangan dan bahaya. Tak heran bahwa kali ini Josh memandang perlunya tetap memberi kabar kepada ibunya lewat blog yang ia buat khusus, dengan password yang hanya dapat dibaca ibunya (atau begitulah sangkanya). Cukup mengharukan juga membaca pesan Josh kepada ibunya, yang apabila Josh tak pernah kembali dari misinya dengan selamat, akan menjadi ucapan perpisahan pada sang ibu. Di titik ini kita bisa memandang Josh sebagai benar-benar remaja biasa, yang mencintai keluarganya, sebelum keberadaan ayahnya dan dirinya sebagai pewaris Bakab Ix memisahkan mereka semua. Isi blog kepada ibunya itu benar-benar menyentuh dan membuat kita melihat sisi manusiawi seorang remaja yang harus memikul beban tanggung jawab berat.

Di bagian kedua ini pula, Josh akan kembali dipertemukan cewek Ek Naab yang seharusnya dijodohkan dengannya oleh suku Maya: Ixchel. Pertemanan dan petualangan mereka berdua juga memberi nuansa keceriaan remaja di sela-sela misi berbahaya yang harus mereka hadapi. Pada akhir kisah ini, di antara dinginnya salju di ketinggian puncak gunung Orizaba teka-teki sebenarnya tentang kematian ayah Josh akhirnya terungkap, dan sekali lagi anda akan disuguhi pengalaman emosional yang akan dirasakan Josh, yang akan memberinya kedewasaan baru, jika saja tanggung jawab beratnya selama ini masih belum membuatnya makin dewasa...

Tulisan M.G, Harris ini patut diacungi jempol. Ia mampu menyuguhkan kisah petualangan-fantasi, namun tetap terasa nyata. Ditambah dengan proses penerjemahan yang sangat mulus oleh penerbit Gramedia, yang mampu mempertahankan kesan 'remaja' dalam kalimat-kalimat yang singkat, juga berhasil menyuguhkannya tanpa kesalahan ejaan satupun! Hanya saja yang membuatku agak heran adalah kualitas cover buku ini. Seingatku buku pertamanya (bukuku sudah berpindah tangan) berbahan cover lebih tebal. Cover buku kedua ini agak lembek, sehingga agak menyebabkan kesulitan untuk membawanya dalam keadaaan terbuka saat dibaca, karena kalau kita tak hati-hati, cover sebelah dalam (yang bergambar motif suku Maya) akan menjadi kusut.

Bagaimanapun juga, The Joshua Files #2 ini, Ice Shock akan cukup memberi kejutan-kejutan manis yang pasti sangat cocok untuk melepas ketegangan sebagai bacaan akhir pekanmu!

Judul: Ice Shock - The Joshua Files #2 (Kejutan Di Gunung Es)
Pengarang: M.G, Harris
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: Desember 2010
Tebal: 367 hlm

Wednesday, February 23, 2011

Misteri Kematian Poe

Edgar Allan Poe, bagi yang (mungkin) belum mengenalnya, adalah seorang sastrawan besar Amerika. Beliau meninggal di Baltimore pada tahun 1849, dan sebab kematiannya hingga saat ini masihlah merupakan misteri. Dari sekian banyak sumber, dapat diambil kesimpulan bahwa Poe meninggal di Rumah Sakit Baltimore, empat hari setelah ditemukan dalam keadaan mabuk dan mengenaskan di hotel/kedai minum Ryan tepat pada hari diadakan sebuah pemungutan suara. Setelah itu segera diadakan sebuah pemakaman sangat sederhana, bahkan tanpa sebuah nisanpun, dan hanya dihadiri 4 orang kerabat dan teman lama Poe. Pemakaman itu begitu dingin, hambar, dan berkesan seadanya saja. Dan justru kesan itulah yang melekat di sanubari Quentin Clark, seorang pengacara tampan dan cerdas yang tepat saat pemakaman itu sedang melintas di depan makam.

Quentin adalah salah seorang dari sedikit saja pengagum karya-karya Poe pada saat itu. Pemikiran Poe yang tajam dan kritis, yang mengungkapkan kejeniusannya, tampaknya tak disukai oleh kebanyakan orang, termasuk media cetak yang pada masa itu sangat besar pengaruhnya dalam mempengaruhi opini massa. Media-media itu berlomba-lomba mencela Poe, menyebutnya memiliki moral dan mental yang buruk serta suka bermabuk-mabukan. Quentin sendiri telah beberapa saat berkorespondensi dengan sastrawan pujaannya ini, dan mengetahui bahwa Poe sedang berencana menerbitkan semacam jurnal sastra bertajuk The Stylus, yang akan menampilkan karya-karya sastra 'tingkat tinggi'. Hal itu memancing kebencian para pengarang ‘biasa’ karena membuat karya mereka jadi tampak picisan. Dari surat-menyurat itu, Quentin juga menyadari kegalauan hati Poe karena penolakan dunia terhadapnya, ditambah kondisi keuangannya yang buruk sehingga ia harus mencari dana kesana kemari demi terbitnya The Stylus.

Dari hubungannya dengan Poe, Quentin yakin bahwa Poe tidaklah sejelek yang dibicarakan orang saat itu, dan ini membuatnya termotivasi untuk membersihkan nama baik Poe sebagai sastrawan besar dunia. Hasrat Quentin untuk bertindak sebagai pengacara Poe yang sudah mati ini begitu besar hingga terpaksa mengorbankan kedudukannya di biro hukum yang diwarisi dari ayahnya dan dijalankan bersama Peter, saudara tirinya, juga hubungannya dengan seorang gadis yang dicintainya, Hattie Blum.

Lalu datanglah sebuah artikel yang menyebutkan bahwa karakter detektif dalam tiga kisah detektif yang ditulis Poe diambil dari sosok nyata seseorang yang tinggal di Paris. Nama detektif itu adalah C. Auguste Dupin, seorang jenius dengan kemampuan rasiosinasi (penalaran dengan menggunakan logika dan imajinasi tinggi). Maka Quentin pun pergi ke Paris untuk mencari dan menyeleksi sosok model itu, dan akhirnya menjatuhkan pilihan pada seorang Auguste Duponte.

Auguste Duponte, dengan kemampuan penalarannya yang hebat, telah sering membantu kepolisian Prancis menemukan kebenaran dalam kasus-kasus yang tak terpecahkan. Hal ini membuatnya mendapat banyak musuh yang membencinya, orang-orang yang tak ingin perbuatannya diketahui. Quentin menemukan Duponte dalam keadaan depresi karena hal itu. Dan setelah beberapa bulan merayu Duponte, akhirnya Quentin berhasil membawanya ke Baltimore untuk tinggal bersamanya di rumahnya, Glen Eliza, dan bersama mencari kebenaran dalam misteri kematian Poe.

Di sisi lain, datanglah seorang pengacara bernama Claude Dupin, atau biasa dipanggil Baron Dupin, yang muncul di Baltimore dan mengklaim dirinya sebagai sosok Dupin yang asli. Maka terjadilah sebuah kompetisi antara Duponte bersama Quentin, melawan si Baron bersama Bonjour, seorang wanita pencuri yang jadi asistennya. Banyak hal mencengangkan terjadi selama penyelidikan itu, dan bahaya pun beberapa kali mengancam jiwa Quentin. Sementara itu, pertunangan Quentin dengan Hattie terancam batal karena bibi Hattie dan nenek Quentin marah besar karena menganggap Quentin menodai nama besar keluarga dengan mangkir dari biro hukumnya dan malah mengurusi penyair dengan reputasi jelek yang sudah meninggal. Namun Quentin, dengan semangat berkobar untuk memulihkan nama baik Poe dan keberaniannya tetap melanjutkan penyelidikan bersama Duponte.

Di tengah penyelidikan yang berjalan bak siput, karena banyak orang dekat Poe sendiri tidak mau bersikap terbuka, Quentin mulai terombang-ambing kepercayaannya terhadap August Duponte. Ia bahkan sempat yakin bahwa mungkin Baron Dupin adalah sosok asli darimana karakter Dupin diambil. Baron Dupin sendiri adalah sosok yang menarik. Ia adalah pengacara yang kharismatik, mampu menyihir audience dengan caranya memaparkan kebenaran saat sidang. Namun ia juga tengah dililit utang sehingga akhirnya ikut menyelidiki kasus kematian Poe dengan harapan untuk mendapatkan uang. Ia malah ‘menjual’ acara di mana ia akan membuka kebenaran seputar rahasia kematian Poe.

Dan ceritapun makin bergulir dengan makin cepat dan makin menegangkan. Siapakah sosok detektif yang menjadi role-model Dupin dalam novel Poe? Auguste Duponte yang introvert dan tak banyak omong? Atau Baron Dupin yang flamboyan dan senang dihormati? Berhasilkah Quentin mengembalikan nama baik Poe? Oh….agaknya anda harus mengikuti langkah demi langkah, aksi demi aksi hingga ke halaman terakhir untuk dapatkan semua jawabannya. Di akhir novel ini, salah satu “Dupin” akan membeberkan analisisnya tentang apa yang dilakukan Poe saat ia bepergian dan akhirnya tiba di Baltimore, hingga saat kematiannya. Namun yang jelas, misteri sesungguhnya kematian Edgar Allan Poe masih tetap akan terselimut kabut tebal. Semua orang bisa menduga-duga, berspekulasi, menyusun kronologis, namun kebenaran yang sejati hanya Tuhan dan almarhum Edgar Allan Poe sendiri yang tahu….

Novel ini layak dibaca karena beberapa alasan…

Pertama, dengan membaca novel ini kita akan mendapat wawasan seputar kehidupan pribadi Poe di luar karya sastranya. Kisah cintanya, keluarganya, cita-cita dan idealismenya, juga kelainan kesehatan yang diidapnya. Kita juga akan melihat sikap terpuji Poe yang menolak perbudakan dengan rela menyisihkan sejumlah besar uang demi memberikan kemerdekaan pada seorang budak berkulit hitamnya: Edwin, padahal saat itu kondisi keuangannya sedang sulit. Hal-hal yang manusiawi inilah yang mungkin tak kita dapatkan dengan hanya mencari di Google…

Kedua, kita akan disuguhi banyak petikan dari ranah sastra karya Poe, puisi maupun kisah detektifnya. Bahkan karakter kisah detektifnya juga dipakai untuk menganalisis cara berpikir dan bertindak Poe sehubungan dengan penyelidikan kematiannya. Membaca The Poe Shadow--judul asli buku ini-- seolah mengapresiasi Edgar Allan Poe secara keseluruhan, ya tulisannya, ya pribadinya.

Ketiga, adanya unsur historis bercampur dengan fiksi menambah kenikmatan membaca buku ini. Matthew Pearl telah membingkainya dengan apik sehingga fakta dan fiksi itu mengabur tanpa batas, dan memberi kita sebuah nuansa kisah yang baru. Pearl sendiri mengklaim bukunya ini sebagai analisa misteri kematian Poe yang paling mendekati otentik, karena selain dari data-data yang telah ada hingga kini, ia juga memasukkan data-data baru yang belum pernah terungkap sebelumnya (lihat/dengar di videonya di: sini). Dan jangan khawatir, di catatan pengarang, Pearl akan memilah-milah mana fakta dan mana fiksi dari kisah ini, juga data-data baru yang ia dapatkan. Pendeknya, membaca kisah ini puas deh!

Catatan untuk penerbit Q-Press >> Sayang sekali buku seindah ini tidak diterjemahkan dengan lebih serius. Masih banyak salah ejaan yang tertebar di sana-sini. Cukup mengganggu meski akhirnya menjadi biasa karena ceritanya sendiri mampu mencengkeram gairah bacaku. Semoga Q-Press dapat lebih baik lagi di masa mendatang, karena saat ini terus terang aku jadi ragu untuk membeli buku terjemahan lainnya kalau tidak amat terpaksa. Dalam hal Misteri Kematian Poe, belum ada penerbit lain yang mau melirik buku ini untuk diterjemahkan….

Judul: Misteri Kematian Poe
Judul asli: The Poe Shadow
Penulis: Matthew Pearl
Penerbit: Q-Press
Cetakan: Juli 2007
Tebal: 796 hlm

Monday, February 14, 2011

Bagi-Bagi Buku Di Valentine's Day

Hai para pecinta buku dan Vixxers tercinta!

Di bulan kasih sayang ini (dan menyambut HUT pemilik blog ini..), Vixxio kembali menggelar kuis yang oke punya buat kamu-kamu. Kuis apa tuh? Apa lagi kalo bukan kuis berhadiah buku yang bertutur tentang cinta. Tapi, hadiahnya bukan novel lho. Melainkan sebuah buku KUMCER berjudul JERAWAT CINTA karya Fanny Fredlina.


Wah.. judulnya aja JERAWAT CINTA, pas banget deh dengan hari valentine. Tetapi, cinta yang ada di buku Kumcer ini bukan hanya cinta muda mudi yang lagi seru-serunya pacaran lho. Ada berbagai tema cinta yang dikupas di dalam 12 cerpen karya Fanny. Salah satunya adalah cerpen yang berjudul MAWAR KASIH SAYANG.

Nah, kuis Vixxio kali ini adalah :

1. COBA TEBAK SOSOK SEPERTI APAKAH TOKOH MAWAR dalam cerpen MAWAR KASIH SAYANG?
2. Jawaban diposting di blog peserta dan cantumkan link Vixxio (http://vixxio.com).
3. Bagi yang gak punya blog, bisa posting sebagai notes di Facebook dengan men-tag Vixxio di http://www.facebook.com/vixxio.
4. Bagi yang mau posting di Twitter boleh juga, silakan twit jawabannya dengan mention @vixxio dan sebutkan hashtag #KuisJerawatCinta.
5. Jawaban yang paling mendekati jawaban yang benar, akan diundi.
6. Tersedia 2 buku KUMCER JERAWAT CINTA bagi 2 orang pemenang.
7. Peserta harus berdomisili atau memiliki alamat pengiriman di Indonesia.
8. Kuis berlangsung dari tgl 14 Pebruari 2011 s/d tgl 28 Pebruari 2011.

Gimana tebaknya? Kan gak punya bukunya. Sabaarr..jangan protes dulu! Sebagai petunjuk, Vixxio tampilkan 2 paragraf dari cerpen tersebut di bawah ini.

Dengan wajah muram, Mawar memandangi cewek-cewek yang sedang sibuk ngerumpiin hari valentine yang sebentar lagi tiba. Pake baju apa? Kadonya apa? Mau ngerayain dimana? Sama cowok yang mana? Stok lama? Atau… gebetan baru? Bla bla bla bla…Ugh! Semua percakapan itu bikin Mawar sediiih banget. Gimana nggak sedih, coba? Kayaknya semua murid di kelasnya punya pujaan hati yang bakal nemenin mereka ber-valentine ria. Even, Mimi kutu buku yang bertampang ngepas udah janjian mau dinner bareng sama Viko, si genius yang culun berat. Bisa dibilang, hari valentine yang bakal jatuh dua hari lagi itu milik semua murid di kelas IX kecuali…. Mawar.

Akh, Mawar jadi pengin nangis deh. Kenapa sih harus ada hari Valentine? Kenapa cewek-cewek di kelasnya norak banget ngomongin acara valentine keras-keras sampai kedengaran di telinga Mawar? Kenapa dia nggak bisa seperti mereka?

Kenapa nggak ada seorangpun cowok yang mengajaknya ngerayain valentine? Kurang menarikkah dirinya? Kurang cantikkah?

Oke, Vixxers dan teman-teman semua…selamat mengikuti kuis ini. Semoga beruntung. Happy Valentine's day!

Monday, February 7, 2011

Yang Kulahap Selama Januari 2011...

Lumayan juga semangat membacaku di bulan pertama tahun ini. Intip yuk daftar buku-buku yang telah kubaca bulan Januari lalu...

1. Kembar Keempat by Sekar Ayu Asmara -
2. Water For Elephants by Sara Gruen -
3. The First Day by Marc Levy
7. Kumcer:Jerawat Cinta by Fanny Fredlina
8. Sam's Letters To Jennifer by James Patterson
9. Perjalanan Ajaib Edward Tulane by Kate Di Camillo
10. The Constant Gardener by John le Carre
11. The Railway Children by Edith Nesbit
13. Betsy & The Emperor by Staton Rabin

Ada 14! Kalau aku mentargetkan menamatkan 101 buku dalam setahun (ikutan 100+ Reading Challenge, yang berarti 101 sudah memenuhi target kan?), maka bulan ini aku sudah melampaui 10% dari target itu. Lumayan sebagai celengan siapa tahu bulan-bulan lain kecepatan bacaku agak menurun.

Dari ke 14 buku itu, ternyata genrenya variatif sekali.

Dari segi cerita asli vs terjemahan, ada 2 cerita asli penulis lokal, Sekar Ayu Asmara dan Fanny Fredlina; dan 12 lainnya karya terjemahan.

Dari bentuk buku, ada 1 serial komik yang aku baca: Winnetou-Old Shatterhand. Karena komiknya tipis-tipis, dan kulahap dalam sekejap, maka meski ada 5 seri, tetap aku anggap 1 buku. Sisanya (13 buku) adalah novel fiksi.

Dari genrenya sendiri, ada 2 teenlit. Tumben aku membaca teenlit, tapi memang kedua teenlit yang aku baca ini istimewa. Yang 1: Kumcer Jerawat Cinta adalah karya sahabatku, Fanny. Sedang Betsy & The Emperor adalah teenlit yang merupakan kisah sejarah Napoleon Bonaparte. Sayang aku tak sempat membuatkan ulasannya, mungkin review singkat ini bisa membantu:...).

Selain itu ada 2 fiksi anak-anak, Perjalanan Ajaib Edward Tulane dan Ullyses Moore #1. Untuk yang terakhir, aku berencana membuat ulasannya sekaligus saat sudah menamatkan hingga buku ke-3.

Ada 1 kisah klasik yang aku baca: The Railway Children, 2 novel roman: Kembar Keempat dan Sam's Letters To Jennifer, serta 5 novel thriller: The Associate by John Grisham, The Einstein Girl, The First Day, Treasure of Genghis Khan, serta The Constant Gardener yang terbaca hanya separuh sebelum akhirnya aku letakkan karena sangat membosankan…

Tak sabar menunggu, buku-buku apa saja yang akan kulahap bulan Februari ini…

Friday, February 4, 2011

Pemenang Cadangan Book Challenge Giveaway

Seperti telah kuumumkan di sini, peserta giveaway yang memilih buku di kategori travel/movement untuk book challenge yang kuikuti, tidak mencantumkan link pada komentarnya. Sudah aku tunggu hingga 2 hari dari tanggal pengumuman, dan ternyata masih belum ada kabar darinya. Apa boleh buat, aku harus mencari pemenang cadangan. Bingung juga memilihnya, karena buku-buku yang diusulkan teman-teman memang bagus dan menantang, karena banyak yang berasal dari genre yang selama ini jarang kusentuh. Tapi 1 pemenang harus didapat, maka inilah keputusanku (hehe…berasa kayak jadi juri Piala Oscar aja ya..).
Buku (cadangan) yang kupilih untuk kategori:

A book with travel or movement in the title: Neverwhere by Neil Gaimann

(meski agak kurang mencerminkan movement, tapi mungkin agak cocok lah untuk mencerminkan travel ya?). Anyway, sudah agak lama aku ingin sekali membaca karya Neil Gaimann, dan kayaknya buku ini cocok untuk menjadi startnya…


Dan buku ini telah diusulkan oleh:

Yang berarti telah memenangkan giveaway kategori ini. Mohon bersabar aja ya buat Ana, soalnya harus pesan dulu bukunya, dan harus menyelipkannya ke tumpukan bacaanku, jadi kamu tak bisa menerima hadiahnya dalam waktu singkat. Sabar yaa…

The Associate

Seringkali keliaran masa muda mendatangkan kesulitan pada masa tua. Seperti yang dialami Kyle McAvoy, tokoh sentral novel thriller-hukum karangan John Grisham yang terbaru: The Associate. Bayangkan seorang Kyle muda: salah seorang lulusan terbaik sekolah hukum Yale, mantan pemimpin redaksi Yale Law Journal yang menjadi bacaan banyak pengacara dan hakim, dilirik oleh biro-biro hukum terbesar di New York. Masa depan yang cerah sudah terpampang di depannya. Ia hanya harus menentukan satu di antara banyak pilihan yang menggiurkan. Namun, satu malam yang liar di apartemen mahasiswa telah menutup semua pilihan baginya, dan memberinya hanya satu pilihan yang justru tak disukainya: menjadi mata-mata bagi pemerasnya!

Definisi pemerkosaan seringkali rancu antara pelaku dan korban, terutama ketika si korban adalah wanita tipe penggoda yang suka bergonta-ganti pasangan seksual. Kyle yang tinggal bersama 3 sahabat di apartmennya mengalami ekses dari keliaran seorang mahasiswi kawan mereka. 2 dari mereka, Baxter dan Joey berhubungan seks dengan si gadis ketika si gadis berada di antara kondisi sadar-tak sadar akibat mabuk. Meski si gadis berteriak bahwa itu pemerkosaan, namun kasus itu dipeti-eskan karena tak ada bukti. Setidaknya saat itu…

Ketika Kyle sedang menghadapi ujian pengacaranya, datanglah sekelompok pria misterius yang menyodorkan video pesta liar bersejarah itu, sebuah bukti dari masa lalu kelam yang dapat menghancurkan karier Kyle. Ia diperas, dan dipaksa untuk masuk ke sebuah biro hukum terbesar di New York, lalu menjadi mata-mata bagi biro hukum pesaingnya yang kini sedang berseteru di pengadilan dalam kasus berskala besar. Kyle, meski tak ikut melakukan perkosaan, tetap merasa bahwa ancaman tersebarnya video itu ke pengadilan dapat menghancurkan karir dan hidupnya. Maka ia pun terpaksa masuk ke dalam jaring mata-mata di dunia hukum litigasi yang melibatkan bisnis, politik dan kekuasaan tingkat tinggi.

Meski mungkin thriller yang disuguhkan John Grisham kali ini tidak terlalu se-menggigit The Broker, namun aku justru menyukai karakter Kyle yang manusiawi. Kita bisa saja mengatakan, Kyle sebagai mahasiswa hukum tentu paham resiko mengadakan pesta liar selama beberapa hari. Tapi…hei.. kalau saja kita tahu bagaimana kuliah hukum (selain kedokteran) bisa membuat seorang mahasiswa stress dan depresi, maka kita mungkin akan mengerti bagaimana sebuah pesta liar dibutuhkan untuk mengurai depresi itu. Salah memang, tapi siapa sih yang tak pernah melakukan kesalahan dalam hidup? Meski kau adalah mahasiswa terpandai dan terbaik di fakultasmu? ‘Kesalahan’ seperti itu bisa dilakukan siapa saja, dan manusiawi. Lalu saat kau menyadari bahwa kesalahan itu akan menghancurkan masa depanmu, apa yang akan kau perbuat? Kalau tiba-tiba ada orang yang mengatakan bahwa ia dari FBI dan memiliki semua aspek kehidupanmu serta mampu membuka tiap jengkal rahasiamu, apa yang akan kau lakukan?

Pasti sama seperti Kyle, mengikuti ‘permainan’ itu, pura-pura pasrah padahal di saat yang sama memutar otak untuk mengetahui identitas pemerasnya sekaligus keluar dari situasi itu. Dengan bantuan novel spionase yang sering ia beli dan baca, ia sedikit demi sedikit berhasil mengelabui para penguntitnya. Namun, keadaan menjadi runyam ketika salah seorang pelaku pemerkosa, Baxter tiba-tiba menjadi religius dan ingin ‘mengaku dosa’ pada si gadis. Keadaan menjadi super berat bagi Kyle, karena di satu sisi ia harus mengingkari nuraninya dengan berkhianat pada perusahaan yang merekrutnya, meski ia tak senang bekerja disana. Di sisi lain, ia terus memikirkan video yang akan menghancurkan bukan saja hidupnya, namun juga teman-temannya. Mana yang akan dipilihnya? Ah…seperti biasa John Grisham telah menyiapkan plot yang menegangkan. Dan seperti biasa juga, endingnya tidak biasa. Sebelum anda menamatkan hingga halaman terakhir, sulit menebak ending macam apa yang akan dipakai Grisham.

Sekali lagi harus kuakui, John Grisham memang penulis yang andal. Apapun cerita yang ia tulis, hampir selalu akan memukau kita dengan keunikannya. Khusus di buku ini, kita akan diajak melihat keserakahan yang mengakar di biro hukum besar. Jam kerja panjang dan tekanan berat akhirnya dikompensasi dengan kelicikan menagihkan jumlah yang besar ke perusahaan besar yang merekrut mereka. Pada akhirnya, hanya mereka yang serakah, tahan banting dan tak memiliki moral yang kuat, yang memang akan benar-benar naik ke tingkat tertinggi dunia hukum. Sementara mereka yang memilih dunia hukum sebagai sarana untuk membantu sesama dan membuat dunia lebih baik, akan biasa-biasa saja karirnya (seperti jalan yang dipilih ayah Kyle, dan sebenarnya diimpikan Kyle sendiri). Namun demikian, kita dapat melihat bahwa sebenarnya merekalah hamba-hamba hukum yang paling sukses. Karena mereka memiliki kebebasan penuh untuk melakukan apa yang mereka sukai dan percayai, dan menjadi diri mereka sendiri.

Catatan untuk penerbit Gramedia, novel ini ‘hanya’ mengandung 2 typo. Semoga Gramedia makin meningkatkan kualitas novel-novelnya dengan meniadakan kesalahan sekecil apapun. Dan aku sedang menunggu novel-novel Grisham berikutnya untuk diterjemahkan: The Appeal.

Judul: The Associate
Pengarang: John Grisham
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Tuesday, February 1, 2011

Siapa Pemenangnya?

Posting ini berkaitan dengan giveaway yang diadakan di blog ini dalam rangka book challenge: What's In A Name 4. Setelah selama sebulan teman-teman bergantian memberikan ide buku yang pantas dimasukkan ke dalam book challenge, maka kini tibalah saatnya pemilihan pemenang.

To refresh your memory, pertanyaan giveaway book challenge ini adalah:

Buku apa yang menurut anda bagus dan sesuai dengan tugas nomor 2 dan 4 dalam book challenge?

Dan inilah kedua buku yang akhirnya aku pilih untuk 2 pertanyaan di book challenge ini.

No. 2: A book with jewelry or a gem in the title

Girl With A Pearl Earring by Tracy Chevalier

diusulkan oleh:

DeYa

Sebenarnya buku ini direkomendasi oleh 2 orang, selain oleh DeYa juga oleh Ria. Tapi berhubung Ria kelihatannya malah udah baca buku ini, dan tidak ada tanda-tanda dia ikutan giveaway (hanya merekomendasi buku saja), maka pemenangnya jatuh ke DeYa.


No. 4: A book with travel or movement in the title

The Time Traveler's Wife by Audrey Niffenegger

diusulkan oleh:

Adeline

Nah, ada sedikit masalah nih. Adeline tidak mencantumkan link apapun di komentarnya sehingga aku tidak bisa menghubunginya. Jadi, bagi Adeline, aku memberikan waktu hingga tgl. 2 Februari malam untuk menghubungi aku dan memberikan e-mail atau link FB/blog/Twitter yang bisa aku hubungi. Kalau selewat tanggal itu tidak ada kabar, maka terpaksa aku akan menentukan pemenang yang lain.

Selamat untuk DeYa (eh, bukunya ditunggu dulu yah, harus aku tamatkan dulu soalnya...). Tolong kirim nama dan alamat lengkapmu via e-mail ke mail@vixxio.com untuk pengiriman bukunya.

Fiuh...lega akhirnya calon buku untuk book challenge What's In A Name 4 sudah terpilih semua. Kalau mau lihat daftar lengkapku, intip saja di sini.

What's In A Name 4 - Book Challenge (Updated)

Inilah daftar lengkap 6 buku yang aku ikutkan di book challenge What's In A Name 4 (updated):



1. A book with a number in the title - Kembar Keempat by Sekar Ayu Asmara
READ



2. A book with jewelry or a gem in the title - Girl With A Pearl Earring by Tracy Chevalier
READ




3. A book with a size in the title - 60.000 Mil Di Bawah Laut by Jules Verne
READ





4. A book with travel or movement in the title - Quo Vadis? by Henryk Sienkiewicz
READ




5. A book with evil in the title - The Wizard Of Oz by L. Frank Baum
READ



6. A book with a life stage in the title - The Einstein Girl - by Philip Sington
READ



Kalau ada yang belum ikutan, ikutan aja. Ini bukan kompetisi kok, tak mau mendaftar resmi juga tak masalah. Ikut saja hanya untuk menantang diri sendiri, dan hanya diri sendiri yang menilai hasilnya nanti. Yuuuk!!