Monday, August 29, 2011

Saga No Gabai Baachan

“Sebenarnya tidaklah sulit untuk mencapai ‘kehidupan yang baik’. Kita hanya perlu menikmati apa pun yang terjadi dalam hidup, menyantap dengan bersyukur makanan apa pun yang ada di depan mata, lalu hidup dengan tawa setiap harinya.”


Itulah isi buku ini bila hendak diringkas dalam dua kalimat. Itulah juga yang telah dipelajari, dihayati dan dipraktekkan oleh Yoshichi Shimada, penulis buku ini dalam hidupnya. Berbahagialah Yoshichi karena dalam awal-awal hidupnya ia boleh tinggal bersama neneknya, Nenek Osano. Sang neneklah yang mengajarkan semua falsafah sederhana ini, dan sekarang Yoshichi hendak membaginya untuk kita dalam kisah nyata Saga No Gabai Baachan ini…


Bom atom yang jatuh ke Hiroshima saat Perang Dunia II telah memporak-porandakan kehidupan banyak keluarga. Akihiro yang saat itu berusia delapan tahun kehilangan ayahnya, sehingga ibunya harus bekerja keras. Takut perkembangan Akihiro terganggu, sang ibu memutuskan menitipkan Akihiro pada ibunya (nenek Akihiro) yang tinggal di perkampungan kecil bernama Saga.


Kalau sebelumnya keluarga Akihiro terbilang miskin, kehidupan neneknya di Saga ternyata malah jauh lebih miskin lagi. Awalnya Akihiro berkecil hati dengan keadaan ini, namun herannya, sang nenek justru terlihat santai, tenang, ceria, dan….bahagia. Bagaimana bisa? Ternyata Nenek Osano memiliki filosofi tersendiri dalam menjalani hidup ini, yang intinya terletak pada kesederhanaan.


Di sepanjang buku ini anda akan melihat bagaimana sederhananya jalan pikiran Nenek Osano, cenderung unik sehingga cucunya sendiri sering terheran-heran. Nenek Osano berani melakukan hal-hal yang sederhana namun tak pernah terpikirkan oleh orang lain, lihat saja caranya sang nenek mendapat bahan makanan sehari-hari.


Kalau anda biasa menuju ke supermarket, begitu juga Nenek Osano. Hanya saja supermarket ala Nenek Osano bukan terletak di gedung megah, melainkan berada di sungai. Kalau anda mendapatkan sayur atau buah dengan membayarkan uang atau menggesek kartu kredit, Nenek Osano tak mengeluarkan sepeser pun uang. Caranya? Anda bisa menemukannya di buku ini. Memang itu bukan cara yang “elegan” untuk mendapatkan makanan, namun cara yang cerdik bagi kehidupan super miskin seperti Akihiro dan neneknya ketika itu.


Cara sederhana bin unik lainnya bisa anda lihat di cover buku ini. Tampak ilustrasi nenek Osano berjalan sambil menyeret magnet di ujung tali yang dililitkan ke pinggangnya. Sesuatu yang janggal, namun anda akan menemukan di buku ini, bahwa alasan dan tujuan sang nenek melakukan hal itu ternyata sederhana sekaligus logis sekali...


Membaca buku ini akan terasa sekali nuansa Jepang-nya. Bukan hanya dari budaya dalam kesehariannya, namun juga penerjemahan buku ini yang langsung diambil dari versi Jepangnya. Kental sekali nuansa dialog-dialog khas Jepang yang bertebaran di mana-mana. Singkat dan sopan, dan seringkali aku bahkan seolah melihat pelakunya mengatakan dialog itu sambil membungkuk pada lawan bicaranya, khas gerak tubuh orang Jepang.


Akhirnya, buku ini adalah jenis buku yang ringan untuk dicerna, namun sekaligus mengandung filosofi hidup yang ringan juga untuk dihayati. Anda merasa sudah punya (atau hampir punya) segalanya, tapi masih tidak bahagia? Nenek Osano siap membantu anda. Tapi…beli bukunya dulu, ya…


Tiga bintang buat Nenek Osano!


Judul: Saga No Gabai Baachan (Nenek Hebat Dari Saga)
Penulis: Yoshichi Shimada
Penerjemah: Indah S. Pratidina, Koordinator: Mikihiro Moriyama
Penerbit: Mahda Books (Penerbit RedLine)
Terbit: Mei 2011
Tebal: 245 hlm

Thursday, August 25, 2011

The Palace of Illusions


Di dunia ini ada satu hal yang paling kejam, yaitu balas dendam! Kisah epik Mahabharata mungkin paling pas untuk menjelaskan kepada kita bagaimana dahsyatnya akibat dari balas dendam. Bagaimana kebencian dan cinta mampu mengubah sejarah sekaligus para pelakunya.



Di jaman patriarkis yang kuat saat itu (sekitar abad ketiga), sosok wanita bernama Dropardi terlihat menonjol. Dengan keeksotisan warna coklat kulitnya, dengan caranya “lahir” ke dunia yang tak lewat rahim seorang ibu, dengan cara berpikir yang keluar dari pakem kaum perempuan, dengan perkawinannya dengan lima lelaki sekaligus, namun terutama dengan pengaruhnya yang besar dalam menyulut perang besar antara Pandawa dan Korawa di padang Kurukshetra. Dari sudut pandang wanita macam inilah, kisah epik ini dikisahkan kembali dengan apik oleh seorang penulis wanita asal India: Chitra Banerjee Divakaruni.


Seperti cara kemunculannya ke dunia yang eksotis --yakni melalui api-- Dropadi, putri Raja Panchala memang selalu berbeda dari wanita lainnya. Semenjak kecil ia diramalkan akan menikah dengan lima pria dan akan mengubah sejarah dunia. Tak seperti perempuan pada umumnya, Dropadi lebih suka berdiskusi dengan Dre kakaknya, juga dengan Krishna, pria keturunan dewa yang selalu menjadi sahabat dan pelindung Dropadi yang sejati.


Takdir mulai berbicara ketika tiba hari Dropadi harus mencari suami lewat sayembara yang sulit. Saat itu hanya Arjuna, putra ke-3 Pandawa bersaudara, ksatria yang akan mampu memenanginya. Sayangnya Pandawa sedang berada dalam masa pengasingan akibat saudara sepupu mereka, Korawa yang jumlahnya 100 orang, merebut takhta Hastinapura. Namun banyak orang terkejut ketika seorang pemuda bernama Karna mengikuti sayembara itu dengan penuh percaya diri. Dropadi sebenarnya berharap pemuda tampan ini menjadi suaminya, namun ia terikat pada takdir yang mengharuskannya menikah dengan Arjuna (cara politis melebarkan “sayap” kerajaan adalah dengan perkawinan).


Demi menghalangi Karna yang ngotot mengikuti sayembara, terlontarlah hinaan pedas dari mulut Dropadi yang menyakitkan bagi Karna. Itulah yang kelak menjadi cikal bakal bibit kebencian, balas dendam dan akhirnya perang. Sementara itu, Arjuna yang menyamar karena berada dalam persembunyian dari para Korawa, akhirnya memenangkan sayembara dan memboyong Dropadi sebagai istrinya.


Tak dinyana, Kunti –ibu Pandawa—meminta kelima anaknya menikahi Dropadi bersama-sama, karena dari kecil mereka sudah dididik untuk sama-rata-sama-rasa. Jadi, selain menjadi istri Arjuna, Dropadi juga akan menjadi istri Yudistira –si sulung yang bijak, Bima yang impulsif, dan saudara kembar: Nakula dan Sadewa. Dropadi yang awalnya merasa terhina karena merasa bak piala bergilir, harus pasrah menerima takdirnya. Bersama Pandawa ia pernah menjadi Ratu di Indraprashta, negara baru yang dibangun Pandawa karena Korawa mengambil hak mereka atas takhta Hastinapura. Di sini Dropadi menikmati keberlimpahan hidup dalam Istana Khayalan, istana terindah di dunia yang dibangun dengan sihir, persis seperti istana yang selalu dikhayalkan Dropadi.


Namun kebahagiaan tak berumur panjang, suatu hari Duryodana –Raja Hastinapura dan putra sulung Korawa—mengundang mereka berlibur ke kediamannya. Di sini satu-satunya kelemahan Yudistira, yaitu kegemarannya berjudi, dimanfaatkan dengan cerdiknya oleh Duryodana yang selalu dibantu pamannya yang culas: Sangkuni. Pada hari menentukan itu, Yudistira yang sudah kehilangan akal sehat, terpaksa menyerahkan berturut-turut kekayaan negaranya, kerajaannya, bahkan dirinya sendiri dan saudara-saudaranya serta Dropadi, untuk menjadi budak Korawa.


Malang bagi Dropadi, Karna mengambil kesempatan ini untuk membalas dendam dengan mempermalukan Dropadi di hadapan banyak orang. Ia menghasut Dursasana –adik Duryodana—untuk membuka kain sari Dropadi dan menelanjanginya. Namun karena bantuan para dewa (Krishna?), kain sari yang melilit tubuh Dropadi tak habis-habisnya meski ditarik terus oleh Dursasana. Hingga Dursasana pingsan, Dropadi tetap berpakaian. Namun penghinaan itu adalah penghinaan terbesar bagi seorang perempuan, apalagi Dropadi adalah seorang Ratu. Maka tak heran kalau Dropadi meyakinkan suami-suaminya untuk membalaskan dendam baginya dengan mengobarkan perang. Perang yang akan membawa kehancuran besar di abad itu, perang yang membunuh banyak orang tak berdosa. Semuanya gara-gara balas dendam yang berawal dari kebencian: perang Mahabharata di padang Kurukshetra….


Sebenarnya kisah epik asli Mahabharata ini sangat panjang dan melibatkan banyak sekali tokoh. Aku ingat di masa kecilku, cergam Mahabharata (terdiri dari 4 buku) dan Bharata Yudha (terdiri dari 3 buku) menjadi favoritku, dan telah kubaca berkali-kali hingga akhirnya hafal luar dalam. Cergam itu karya RA Kosasih dan alih-alih berpakaian ala India, RA Kosasih mendandani tokoh-tokohnya ala busana adat raja-raja di Jawa. Mungkin karena kisah itu sudah terpaku demikian dalam dalam benakku selama ini, menjadikanku agak sulit membaca The Palace of Illusions ini secara obyektif. Contoh sewaktu Dropadi dipermalukan, aku terus membayangkan yang ditarik Dursasana adalah kain kemben, alih-alih sari.



salah satu contoh isi cergam Mahabharata, lihat pakaian mereka, busana khas Jawa kan?


Lagipula, terbiasa membaca cergam yang panjang dengan detil emosional yang mengagumkan dari RA Kosasih, rasanya agak hambar ketika membaca Mahabharata yang dimampatkan menjadi sebuah novel. Hal ini terasa terutama saat perang berlangsung. Anda takkan bisa merasakan kengerian perang itu hanya dari ilustrasi Dropadi yang terasa singkat di buku ini. Namun di sisi lain, sisi emosional tokoh-tokoh utama justru lebih tergali di buku ini.


Cergam Bharata Yudha (khusus tentang perangnya), dengan gambar cover Krishna saat menjadi kusir kereta Arjuna ketika berhadapan dengan Karna. Inset: gambar kakek Bisma




Anda jadi akan mengenal karakter Dropadi yang keras kepala dan selalu ingin menjadi beda, Krishna yang selalu tenang, misterius sekaligus senang bergurau. Atau Bima yang lugu, Arjuna yang mengagungkan keahliannya, dan sebagainya. Sebagai bonus, yang tak mungkin anda dapatkan di versi cergam, adalah sepercik roman. Di buku ini Divakaruni mencoba mereka-reka pria mana yang selama ini selalu mendapat tempat istimewa di hati Dropadi, sekaligus pria (-pria) mana saja yang benar-benar mencintai Dropadi, entah cinta berbalut hasrat atau cinta sejati. Mengingat kebanyakan orang sudah pernah mengenal epik Mahabharata, bisa jadi bumbu roman inilah yang menjadi kekuatan buku ini.

Bagaimanapun, Dropadi adalah seorang wanita, dan hanya seorang penulis wanita lah yang dapat menggambarkan sisi kewanitaannya dengan baik. Empat bintang untuk buku ini!



Judul: The Palace of Illusions (Istana Khayalan)
Penulis: Chitra Banerjee Divakaruni
Penerjemah: Gita Yuliani K.
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Terbit: Juli 2009
Tebal: 493 hlm

Tuesday, August 23, 2011

Suddenly Supernatural 2: Kat Si Medium Penakut

Pernah dengar tentang fenomena “orb”? Beberapa waktu lalu temanku pernah menunjukkan foto-foto hasil jepretan kamera digital canggih. Di foto itu nampak bulatan kecil warna putih seolah melayang di udara, padahal dipastikan di lokasi pemotretan tak ada benda semacam itu. Menurut temanku, itu adalah fenomena “orb” atau bisa diterjemahkan sebagai bola arwah. Aku sih tak percaya begitu saja, karena sebenarnya itu adalah refleksi optik biasa yang tertangkap kamera (baca disini). Tapi ada loh yang percaya bahwa bola arwah itu berisi arwah yang gentayangan. Mau tahu siapa orangnya? Perkenalkan deh…dialah: Kat Si Medium Penakut.


Sebenarnya Kat adalah cewek ABG biasa, yang kesepian di rumah saat libur musim semi, padahal sobatnya Jac sedang di luar kota, sementara ibunya terlalu asyik berngobrol-ria dengan bunga-bunga di tamannya. Eh…aku belum bilang ya, bahwa ibu Kat itu seorang “medium”? Medium di sini artinya bukan ukuran tubuhnya sedang (=M) loh, tapi medium artinya perantara. Lebih tepatnya perantara arwah! Putri seorang medium bukan cewek biasa dong? Memang bukan, Kat mewarisi bakat melihat dan berkomunikasi dengan arwah dari ibunya. Tapi Kat juga bukan medium biasa, ia itu medium yang penakut…


Bayangkan kalau ada nelayan yang takut naik kapal, atau pilot yang takut ketinggian, menggelikan kan? Itu sama dengan seorang medium yang takut hantu. Gimana bisa jadi medium kalau takut hantu? Nah…Kat ternyata bisa. Inilah salah satu kisahnya yang menjadi sekuel ke 2 seri Suddenly Supernatural ini.


Di tengah liburannya Kat mendapati rumah di sebelah rumahnya sepertinya akan mendapat penghuni baru. Penasaran akan calon tetangganya, ditambah penasaran akan kamera digital baru yang didapatnya sebagai hadiah ulang tahun, Kat iseng memotret-motret rumah calon tetangganya. Betapa terkejutnya ia melihat di salah satu foto ada bayangan samar anak laki-laki kecil di balik jendela. Hantukah itu? Hanya ada satu cara mengetahuinya!


Dengan semangat 45 (anggap saja begitu..), Kat masuk ke rumah sebelah hanya berbekal kamera digital dan sedikit nyali (sesedikit yang dimiliki seorang penakut!). Bertemu dengan hantu pria tua yang marah-marah sudah menciutkan nyalinya yang kecil itu. Namun ia bertekad akan mendatangi kamar si anak kecil yang memperlihatkan diri padanya lewat foto itu. Bagaimanapun Kat kan seorang medium? Dan ia pun harus membiasakan dirinya bertemu dengan arwah yang mungkin membutuhkan bantuannya.


Anak laki-laki itu (hantunya tentu saja) ternyata bernama Tank, ia ada di kamarnya, namun ia tak dapat mendengar atau melihat Kat. Anehnya, di kaca jendela kamarnya ada tulisan “TOLONG AKU” yang seolah digoreskan jari ke lapisan kaca yang berdebu. Kat pun langsung lari kencang pulang ke rumahnya!


Setiba di rumah ia menemukan bahwa dalam salah satu foto dirinya yang ia ambil untuk dikirim kepada Jac via e-mail, ternyata nampak puluhan bola arwah atau orb di latar belakang foto itu. Foto itu ia jepret ketika berada di kamarnya sendiri, berarti…kamarnya ternyata ditinggali banyak arwah! Dan Kat pun makin ketakutan…


Kat ingin minta bantuan Jac, tapi sang sobat baru saja mengambil keputusan yang penting dalam hidupnya: berhenti bermain selo. Lalu siapa dong yang bisa membantunya?


Untunglah ada pria imut berambut shaggy teman ibunya yang bernama Orin, seorang penyembuh dengan menggunakan energy. Yang jelas Orin lah yang meredakan kepanikan Kat sewaktu para arwah seolah meneror Kat ketika ia sedang berada di rumah sebelah. Pengalaman yang menakutkan bagi kat yang merasa dikejar-kejar arwah yang memaksanya membuka “saluran” komunikasi dengan mereka. Lalu bagaimana Kat bisa menyelamatkan Tank kalau ia belum-belum sudah ketakutan begitu? Dan bagaimana dengan arwah-arwah lainnya, termasuk arwah pria tua yang marah-marah waktu Kat pertama kali ke rumah sebelah? Dan siap-siaplah untuk makin penasaran karena di akhir kisah Elizabeth Cody Kimmel menyisipkan kejutan tentang jatidiri Tank….


Ini adalah buku yang ringan sekaligus bernada ceria meski temanya berkesan “gelap”. Kehidupan Kat juga identik dengan kehidupan ABG pada umumnya dengan semua permasalahannya. Perbedaannya mungkin pada bakat “medium” yang dimilikinya. Ah, tapi…bukankah semua orang memiliki bakatnya masing-masing? Yang perlu dilakukan hanyalah menyadarinya, menerimanya, dan tentu saja mengembangkannya!


Meski ini adalah bacaan remaja, tak ada kesan manja atau kekanak-kanakan. Terjemahannya juga wajar, tak berlebihan, sama seperti ceritanya sendiri. Enak saja untuk dinikmati, so… 3 bintang untuk buku ini! Dan terima kasih untuk Serambi/Atria yang telah membuntelkan buku ini untukku!


Judul: Suddenly Supernatural 2: Kat Si Medium Penakut
Penulis: Elizabeth Cody Kimmel
Penerbit: Atria (Serambi Group)
Terbit: Juli 2011
Tebal: 161 hlm

Saturday, August 20, 2011

Maya: Misteri Dunia Dan Cinta

"Diperlukan waktu bermiliar-miliar tahun untuk menciptakan seorang manusia. Dan diperlukan hanya beberapa detik untuk mati."


Di kepulauan Fiji, di sebuah resort di pulau Taveuni, secara tak sengaja bertemulah beberapa turis. Frank si ahli biologi evolusioner, John Spooke si penulis, dan pasangan eksentrik José dan Ana, wartawan TV dan penari Flamenco. Buku ini dibuka dengan narasi John, yang mengisahkan percakapannya dengan Frank yang berpisah dari istrinya Vera, setelah anak mereka Sonja meninggal akibat kecelakaan. Frank menulis surat panjang kepada Vera mengenai pengalamannya di pulau Taveuni itu, dan John akhirnya mendapat salinan surat itu lantas menuliskan kembali isinya bagi kita.


Fiji, pulau yang eksotis dengan flora dan fauna langkanya, mungkin tempat yang paling ideal untuk membicarakan evolusi. Tanpa sengaja Frank mendengar José dan Ana mendeklamasikan potongan puisi-puisi aneh tentang penciptaan manusia dan keberadaan alam semesta. Dengan sendirinya, Frank pun mulai merenungkan keberadaan manusia di dunia ini, yang menurut ilmu biologi adalah vertebrata yang berasal dari satu sel dan telah berevolusi selama milyaran tahun sehingga menjadi manusia sekarang ini. Frank juga merenungkan lahirnya alam semesta lewat Big Bang, dan ketakutannya akan kematian, akan kepunahan manusia yang tak dapat dihindari.


Bukanlah kebetulan bahwa seekor tokek besar mengganggu Frank di kamar tidurnya selama menginap di resort. Si tokek bernama Gordon, yang mungkin saja adalah nenek moyang spesies manusia, turut mengusik keyakinan Frank mengenai kehidupan semu primata yang bernama manusia. Selain itu dalam suatu makan malam bersama di resort itu, entah bagaimana, perdebatan tentang evolusi dan eksistensi manusia juga mengalir di antara para tamu dalam suatu permainan. Tampaknya masing-masing individu berperan dalam memberikan pemikiran-pemikiran filosofis kepada Frank, baik secara keilmuan maupun secara mistis, ditambah dengan puisi-puisi José dan Ana tentang Joker dan para peri. Apa makna semua ini?


Pulang dari Fiji, Frank pergi ke Spanyol untuk menghadiri konferensi. Di sana ia bertemu dengan Vera istrinya yang telah berpisah dengannya. Di sini akan jelaslah alasan sesungguhnya perpisahan mereka. Namun, bukan Vera saja yang ditemui Frank di Spanyol. José dan Ana tanpa sengaja bertemu dengannya. Di Spanyol inilah, Frank akan teringat mengapa sejak awal berjumpa Ana, ia merasa pernah melihat wajah wanita itu. Semuanya ternyata berkaitan dengan pelukis Fransisco Goya dan lukisannya yang berjudul Maja (La Maja Desnuda dan La Maja Vestida), ehm…dan mungkin juga dengan kemunculan kurcaci tua yang suka muncul begitu saja (Joker-kah itu?).


Frank lalu terbawa pada kisah Ana yang misterius, tepatnya pada kisah nenek moyang Ana yang berasal dari suku gipsi ini. Di sini anda yang pernah membaca karya Jostein Gaarder lainnya, Misteri Soliter, akan langsung mengenal si Joker yang misterius dari pulau di kisah Misteri Soliter. Joker yang sama kini bukan saja tak pernah menjadi tua, malahan mampu melintasi waktu dan masuk ke dalam kisah Ana. Terlalu fantastis? Mungkin anda akan berpikir begitu waktu tiba di bagian ini. Namun menurutku, di sini Gaarder membawa kita untuk menyadari bahwa seluruh keberadaan alam semesta dan hidup manusia sendiri selalu memiliki makna. Apa yang terjadi di masa lampau mempengaruhi keadaan masa kini, dan apa yang terjadi masa kini mempengaruhi masa depan.


"Tepuk tangan bagi Big Bang baru terdengar lima belas miliar tahun setelah ledakan itu terjadi". Baru pada saat inilah kita menyadari arti penting terjadinya Big Bang yang (kita percayai) merupakan awal lahirnya alam semesta, dari ketiadaan lalu lahirlah ruang dan waktu. Di sisi lain, sesuatu yang terjadi di sini pada saat ini hanya mendapatkan arti dari kejadian-kejadian di masa depan. Ini berarti bahwa seluruh alam semesta maupun hidup manusia bukanlah produk samping yang terjadi secara tidak sengaja. Maka perdebatan ayam dan telur tak lagi signifikan, karena keduanya berhubungan sangat erat.


"Kita tidak tahu ke mana kita akan pergi. Kita hanya tahu bahwa kita telah memulai sebuah perjalanan panjang. Baru setelah tiba di akhir perjalanan, kita akan tahu mengapa kita melakukan perjalanan besar itu, walaupun perjalanan itu mungkin telah berlangsung selama banyak generasi. Maka, kita selalu menemukan diri kita dalam tahap embrio. Banyak hal yang tidak kita ketahui artinya saat ini, mungkin akan tampak jelas tujuannya di perlintasan jalan berikutnya." ~hlm. 347.


Gaarder juga mengajak kita merenungkan bagaimana kita mengisi kehidupan kita. Ada banyak orang yang seolah hidup dalam ilusi (ingat para kurcaci yang berasal dari kartu poker di Misteri Soliter?), hanya menjalani hidup begitu saja, terpaku pada hal-hal duniawi yang semu, tanpa menyadari makna hidupnya (Joker adalah contoh makhluk yang berbeda, yang keluar dari ilusi).


Namun di sisi lain, jangan pula kita sibuk mempertanyakan asal usul alam semesta dan manusia dengan telaah ilmu pengetahuan yang canggih, sehingga akhirnya saat semua yang mampu diungkap telah terungkap, manusia baru menyadari bahwa hidup ini terlalu singkat. Sama seperti yang dialami Frank si ahli biologi evolusioner. Padahal, seberapa canggihnya ilmu pengetahuan pun, alam semesta dan penciptaan akan selamanya menjadi misteri bagi manusia.


"Karena kita adalah teka-teki yang tak teterka siapapun. Kita adalah dongeng yang terperangkap dalam khayalannya sendiri. Kita adalah apa yang terus berjalan tanpa pernah tiba pada pengertian." ~hlm. 437


Jadi, alih-alih bersibuk-sibuk diri berusaha menemukan misteri kehidupan, alangkah baiknya kalau kita menggunakan waktu yang singkat ini untuk memaknai hidup kita sendiri. Ingatlah selalu bahwa diperlukan hanya beberapa detik untuk mati !


Masih ada banyak kesadaran baru yang akan anda dapatkan dalam buku ini, yang akan lebih menarik bila anda temukan sendiri saat membacanya.


Di akhir kisah ini John sang narator akan menguak sedikit demi sedikit skenario yang telah ia persiapkan bagi Frank dan Vera. Begitu juga kemisteriusan José dan Ana dengan puisi-puisinya serta hubungannya dengan lukisan di Prado yang berjudul Maja, akan sedikit terkuak di bagian akhir kisah ini, meski tak seluruhnya menjadi jelas.


Bagi anda yang belum pernah membaca karya Jostein Gaarder, atau yang sudah pernah namun tak mampu mencerna isinya, kusarankan untuk membacanya dengan kritis. Maksudnya, jangan menganggap kisah Maya ini kisah misteri (meski ada banyak hal yang misterius), sehingga di akhir cerita anda mengharapkan sebuah kesimpulan. Misteri yang ada di sini bukan semata-mata sebuah cerita, melainkan cara Gaarder memberikan contoh atau analogi bagi pemikiran filosofis yang ingin ia jelaskan kepada kita. Ketika ada hal-hal aneh di sepanjang kisah, teruskan saja membaca sambil berpikir, apa yang ingin diungkapkan Gaarder?


Lalu perhatikan juga penjelasan-penjelasan filosofis yang ia berikan. Biasanya dari kisah fiksi dan filosofisnya, anda lambat laun akan menemukan sedikit kesamaan. Dari sana anda dapat mengolah kembali pemikiran anda hingga anda tiba pada wawasan yang ingin Gaarder buka bagi anda.


Maya: Misteri Dunia dan Cinta ini kubaca dan kureview dalam memeriahkan GaarderFest yang diadakan oleh Bukunya.com, dalam rangka memeriahkan ulang tahun Jostein Gaarder yang jatuh pada bulan Agustus ini. Meski ada begitu banyak bagian yang masih belum mampu kupahami, aku memberikan empat bintang untuk buku ini. Seperti biasa, Jostein Gaarder telah menghadirkan sesuatu yang berbeda dalam khasanah literatur kita. Buku-bukunya mampu mengubah cara pandang kita akan kehidupan ini, sekaligus termasuk buku-buku yang hanya bila telah dibaca berulang kali, maka kita akan makin memahami maknanya. Bravo Jostein Gaarder! And happy birthday to you...


Judul: Maya: Misteri Dunia dan Cinta
Penulis: Jostein Gaarder
Penerbit: Mizan
Penerjemah: Winny Prasetyowati
Terbit: Januari 2008
Tebal: 458 hlm

Friday, August 19, 2011

[Bukan Review] Rangkuman Sejarah Filsafat dari Dunia Sophie 3

Ini adalah bagian terakhir dari rangkuman sejarah filsafat yang kubuat dari buku Dunia Sophie karya Jostein Gaarder. Anda bisa membaca lebih dahulu bagian 1 dan bagian 2 sebelum melanjutkan ke bagian terakhir ini. Di bagian ini kita akan mulai dari jaman Romantisme, kemudian menutupnya dengan filosofi jaman kita sekarang, termasuk teori Big Bang, yang dipercaya menjadi awal terciptanya alam semesta kita ini.



Romantisme



Era romantisme tiba pada akhir abad 18 hingga pertengahan abad 19. Ini adalah masa puisi, seni, ilmu pengetahuan, musik, selain filsafat. Inilah era di mana seniman bermain secara bebas dengan indra kesadarannya. Salah satu seniman besar di era ini adalah Beethoven, yang mengatakan bahwa musik mengungkapkan perasaan dan kerinduannya sendiri.



Tokoh-tokoh jaman ini antara lain Schelling (1775-1854). Baginya seluruh alam (realitas fisik dan jiwa) merupakan ungkapan satu yang mutlak/roh dunia. Roh dunia ada di alam sekaligus di pikiran manusia. Bagi Hegel (1770-1831) roh/akal dunia disamakan dengan perkataan manusia, karena hanya manusia yang mempunyai roh. Menurutnya kebenaran itu subyektif, tak ada kebenaran tertinggi di atas akal manusia. Dasar kesadaran/pemikiran manusia terus berubah dari generasi ke generasi, mengalir seperti sungai, pengetahuan manusia selalu berkembang dan maju



Soren Kirkegaard (1813) adalah tokoh berikutnya. Bagi Kirkegaard manusia adalah individu unik yang hanya sekali hidup. Menurutnya agama Kristen itu luar biasa sekaligus tidak irasional, kita hanya bisa mengatakan "ya" atau "tidak" sama sekali.



Agama dan pengetahuan bagi Kirkegaard bagaikan air dan api. Karenanya harus dibedakan pertanyaan filosofis dan teoritis mengenai "apakah Tuhan ada?" dengan hubungan individu itu sendiri dengan pertanyaan tersebut, yakni melalui iman. Hal-hal yang dapat kita ketahui melalui akal tidaklah penting. Untuk memahami Tuhan harus dengan iman.
"Jika aku dapat menangkap Tuhan secara obyektif, aku tidak akan percaya, tapi justru karena aku tidak dapat melakukan inilah, maka aku harus percaya. Jika aku ingin menjaga imanku, aku harus terus menerus berpegang teguh pada ketidakpastian obyktif, agar imanku tetap lestari." ~Soren Kirkegaard (credo quia absurdum = aku mempercayainya karena ia tidak rasional).
Yang penting bukan apakah agama Kristen itu benar, tapi apakah itu benar bagimu?



Tiga tahap kehidupan menurut Kirkegaard:



1. Estetika: hidup saat ini dan menikmati setiap kesempatan (budak nafsu), hidup di dunia indra, hanya memperhatikan apakah sesuatu menyenangkan atau membosankan.



2. Etika: bertindak memperhatikan moral, memilih untuk mempunyai pendapat tentang yang benar dan salah.



3. Religius: satu-satunya jalan menuju pengampunan.



Tokoh lainnya adalah Karl Marx yang seorang ahli sejarah, sosiolog dan ekonom. Menurutnya cara berpikir kita ditentukan faktor-faktor material. Yang dimaksudnya di sini adalah kekuatan ekonomi dalam masyarakat yang akhirnya mengubah sejarah.



Berikutnya ada Charles Darwin (1809-1883) yang terkenal dengan teori evolusi dalam bukunya: The Origin of Species. Menurut Darwin semua bentuk tanaman dan hewan diturunkan dari bentuk yang sudah ada, yang kemudian mengalami evolusi biologi. Evolusi adalah hasil seleksi alam, bukti terjadinya evolusi: simpanan fosil di lapisan bebatuan dan penyebaran geografis spesies makhluk hidup.



Beberapa hal yang ditemukan Darwin selama penyelidikannya di kepulauan Galapagos adalah bahwa individu dari satu spesies yang sama ternyata berbeda-beda di tiap wilayah. Alam menghasilkan banyak variasi. Ia menemukan bahwa evolusi terjadi karena seleksi alam dalam mempertahankan hidup. Bahan mentah evolusi kehidupan adalah variasi individu yang terus berkembang ditambah keturunan dalam jumlah besar. Daya dorongnya adalah seleksi alam.



Tahun 1871 Darwin menerbitkan karya berjudul The Descent of Man yang mengungkapkan bahwa manusia dan binatang berkembang dari nenek moyang yang sama.



Selanjutnya ada yang dinamakan Neo Darwinisme yang melengkapi teori Darwin. Teori ini mengatakan bahwa dasar kehidupan dan reproduksi adalah pembagian sel. Yaitu ketika sel terbelah menjadi 2 dengan faktor keturunan yang sama, biasa terjadi kesalahan-kesalahan kecil sehingga sel-sel itu tidak sama persis dengan induknya (mutasi). Mutasi ini bisa menyebabkan penyakit atau justru ciri positif tambahan yang diperlukan untuk bertahan hidup. Akhirnya sel dengan ciri positif inilah yang akan berkembang biak sehingga satu spesies itu bisa menjadi bervariasi.



Lalu darimana asal sel primal yang pertama? Darwin membayangkan sebuah kolam kecil panas dengan segala macam garam, amoniak, fosfor, cahaya, panas, listrik dsb sehingga suatu senyawa protein dapat dibentuk secara kimiawi.



Kehidupan mungkin dimulai dengan cara seperti ini: Seluruh kehidupan di dunia terbentuk dari substansi yang sama yang bisa membelah diri jadi 2 bagian identik. Tata surya muncul 4,6 milyar tahun yang lalu, berupa massa bercahaya yang lambat laun mendingin. Kehidupan dimulai 3-4 milyar tahun lalu. Di bumi tak ada oksigen di atmosfer (untuk memungkinkan kehidupan). Dalam "kolam kecil panas" (baca: lautan) pernah terbentuk suatu makromolekul yang sangat rumit yang punya kemampuan luar biasa untuk membagi dirinya sendiri menjadi 2 bagian identik, lalu dimulailah evolusi. Sel itu ada yang mengalami transmutasi. Setelah ribuan tahun salah satu organisme bersel 1 kawin dengan yang bersel banyak, maka mulailah terjadi fotosintesis tanaman, yang mengakibatkan atmosfer mulai berisi oksigen.



Oksigen memungkinkan evolusi binatang yang dapat bernapas dengan paru-paru, sekaligus melindungi kehidupan dari radiasi kosmik yang berbahaya. Di lautan primal tadi amfibi mulai merangkak ke daratan. Dan setelah proses panjang miliaran tahun, proses panjang itu pada akhirnya sadar akan dirinya sendiri...



Tokoh yang tak kalah penting adalah Sigmund Freud (1856). Ia mengambil bagian neurologi dan mengembangkan psikoanalisis. Teori bawah sadar temuannya mengatakan bahwa terjadi ketegangan terus menerus antara manusia dan lingkungannya yang akhirnya menciptakan dorongan hati manusia. Tindakan kita tidak selalu dituntun oleh akal. Impuls irasional dapat menjadi ungkapan dorongan hati/kebutuhan yang mendasar, misalnya insting bayi untuk menyusu. Dalam psikoanalisis, kenangan lama tersimpan di benak kita, dan bisa membawa pengalaman traumatis ke alam bawah sadar.



Menurutnya ketika lahir kita memiliki "prinsip kesenangan" dalam diri yang disebut "id", yang kita bawa hingga dewasa, lalu kita belajar mengatur keinginan dan menyesuaikan diri dengan lingkungan (ego). Sementara sejak kecil kita dihadapkan pada tuntutan-tuntutan moral (superego). Sejak tahun 1920 psikoanalisis Freud berpengaruh langsung pada seni dan kesusteraan.



Filosof Jaman Kita




Dan akhirnya...tibalah kita pada jaman kita sendiri. Jaman ini ditandai dengan timbulnya fenomena new age, gaya hidup alternatif, mistisme. Hal-hal adialami seperti tarot, UFO, astrologi dll banyak digandrungi orang. Semua itu merupakan ESP (parapsikologi) yang termasuk telepati dan psikokinetik. Semua itu karena manusia butuh sesuatu yang berbeda untuk menghilangkan suasana monoton dalam hidup sehari-hari. Sebenarnya, mungkin kita sendiri bertanya-tanya, apa yang terjadi? Apakah para cenayang dan "medium" itu bohong belaka? Menilik dari teori Freud tentang alam bawah sadar, kita dapat menjadi medium alam bawah sadar kita karena manusia memiliki banya pengalaman dan kenangan bawah sadar.



Arah filsafat yang paling penting di abad 20 adalah ekofilosofi/ekosofi, yang dipelopori Arne Naess dari Norwegia. Banyak tokoh-tokoh yang menyumbangkan pemikirannya bagi kehidupan kita, 2 di antaranya:



Friederich Nietzsche
dari Jerman (1844-1900). Menurutnya kehidupan adalah imbangan berat bagi minat yang sangat kecil pada sejarah dan moralitas. "Jujurlah pada dunia. Jangan dengarkan mereka yang menawarkan padamu harapan-harapan adialamiah atau surga.", demikian katanya.



Selanjutnya ada tokoh pelopor tokoh eksistensialis: Jean-Paul Sartre (1905-1980) yang sering duduk-duduk di cafe dan bertemu sahabat wanitanya: Simone de Beauvoir. Sartre mengemukakan tentang esensi, yaitu sesuatu yang menjadi isi sesuatu (hakikat), keberadaan dari sesuatu. Manusia lahir tanpa esensi, dan harus menciptakannya sendiri, jadi mencari makna hidup tidaklah berguna.



Manusia merasa terasing dalam sebuah dunia tanpa makna. Ia dikutuk untuk bebas (ia tidak menciptakan diri, namun toh bebas), dan bertanggung jawab atas segala yang dilakukan untuk membuat pilihan-pilihan seumur hidupnya. Menurut Sartre kehidupan pasti punya arti, namun kita sendirilah yang harus menciptakannya.



Sahabatnya, Simone de Beauvoir menyumbangkan karyanya yang berjudul The Second Sex. Ia tak percaya adanya "sifat wanita" (selalu ada) atau "sifat pria" (mencari/meraih) pada manusia. Kita harus membebaskan diri dari prasangka itu.



Big Bang




Dan inilah teori paling anyar tentang terciptanya alam semesta kita, yaitu ledakan dahsyat (big bang) yang terjadi lima belas milyar tahun yang lalu. Inilah yang terjadi menurut perkiraan para ilmuwan..



Matahari adalah 1 dari 400 milyar bintang di galaksi Bima Sakti, sementara Bima Sakti sendiri merupakan salah satu dari kira-kira 100 milyar galaksi lainnya di alam semesta. Tidak ada galaksi yang tetap berada di tempat, semua saling menjauh dengan kecepatan luar biasa. Dengan kata lain alam semsesta ini terus menerus mengembang.



Lima belas milyar lalu semua substansi di alam raya menyatu dalam satu area yang relatif kecil, sangat-sangat padat sehingga gaya berat membuatnya sangat panas, sehingga akhirnya meledak. Itulah big bang, dan saat itu semua substansi terlempar ke seluruh penjuru dan lambat laun mendingin dan padat sehingga menjadi planet-planet dan bintang-bintang.



beginilah kira-kira saat big bang terjadi





Lalu apa yang akan terjadi selanjutnya? Ada dua teori: Pertama, suatu hari gaya berat akan menyebabkan alam raya menyusut lagi saat kekuatan dari big bang melemah. Hal ini akan menyebabkan ledakan ke dalam dan semua galaksi akan disatukan dalam satu nukleus padat lagi, atau..



Teori kedua mengatakan bahwa alam raya ini mengembang terus.



Lalu pertanyaannya...dari mana semua ini dimulai?



Bagi Kristen, big bang adalah saat penciptaan yang sesungguhnya >> "Jadilah terang.." (Kej 1:3).





Apakah alam semesta mengembang terus atau mengembang-menyusut dalam suatu siklus?



Apakah ia telah ada selalu ada atau tiba-tiba muncul dari ketiadaan?



...Tak ada yang tahu... dan selamanya hal itu akan menjadi misteri....




Sekian rangkuman sejarah filsafat yang kuambil dari buku Dunia Sophie. ini Aku amat bersyukur bahwa Jostein Gaarder menulis buku ini, yang membuka wawasanku tentang dunia, alam semesta dan manusia, dan yang pasti tentang Dia Sang Pencipta segalanya. Rangkuman ini aku buat untuk mengumpulkan poin-poin penting di buku ini. Semoga rangkuman ini juga bermanfaat untuk anda, dan bila ada kesalahan atau ketidaksesuain filosofi atau fakta di rangkuman ini, silakan memberitahu saja, karena ini adalah apa yang berhasil aku pahami dari buku Dunia Sophie. Dan seperti para filosof jaman dulu, aku juga bisa salah, meski benar atau salah tetaplah sebuah proses untuk memahami…



Terima kasih.


Thursday, August 18, 2011

[Bukan Review] Rangkuman Sejarah Filsafat dari Dunia Sophie 2

Melanjutkan rangkuman sejarah filsafat dari bagian pertama, sekali lagi tulisan ini tak dimaksudkan sebagai review, namun merangkum pemahaman sejarah filsafat dari buku Dunia Sophie karya Jostein Gaarder. Bagian kedua ini akan merangkum era dari Abad Pertengahan, Renaisans, Periode Barok, hingga Abad Pencerahan.



Abad Pertengahan



Abad Pertengahan yang merupakan abad pertumbuhan. Di jaman ini negara-negara Eropa mulai berdiri, dan uskup Romawi menjadi pemimpin tertinggi Gereja Katolik Roma, dengan jabatan Paus.



Ada 3 kebudayaan besar di masa ini:

- Kristen Latin (Roma), mencakup Eropa Barat, yang dipengaruhi Neoplatonisme

- Kristen Yunani (Konstantinopel atau Bizantium) mencakup Eropa Timur, dipengaruhi Plato

- Muslim (Afrika Utara dan Timur Tengah) mencakup negara-negara Selatan, dipengaruhi Aristoteles.



Setelah Muhammad wafat pada tahun 632, Timur Tengah dan Afrika direbut oleh Islam, kemudian Arab mengambil alih Alexandria.



Filosofi abad pertengahan adalah hubungan filosofi Yunani dan Kristen. Tokoh-tokoh yang terkenal:



St. Agustin (354-430) menganut pandangan dunia adalah dualisme kebaikan dan kejahatan, roh dan materi, terang dan gelap. Boleh dibilang St. Agustin berada di antara Neoplatonisme dan Kristen. Menurutnya Tuhan menciptakan dunia dari ketiadaan. Sebelum Tuhan menciptakan dunia, ide-ide itu telah ada dalam benak Ilahi (sepaham dengan Plato), dan kejahatan adalah ketiadaan Tuhan (sepaham dengan Plotinus).



Ia juga percaya bahwa manusia tidak punya hak untuk mengecam Tuhan dan tidak pantas menerima penebusan, sebab Tuhanlah yang memilih kita. Kita bergantung pada belas kasihNya. Manusia punya kehendak bebas, tapi Tuhan telah meramalkan bagaimana kita akan hidup.



Setelah itu tibalah era Gothik, di mana pengaruh Arab mulai masuk, membawa serta ajaran Aristoteles. Tokoh besar jaman ini adalah Thomas Aquinas (1225-1274) yang bisa dibilang meng”Kristen”kan Aristoteles. Menurutnya ada dua jalan menuju kehidupan moral, teologi iman dan teologi alam: kita mengenal Tuhan dari ciptaanNya tapi mengetahui Tuhan dari kitab suci. Mengikuti pandangan Aristoteles, Thomas Aquinas juga mengatakan bahwa wanita adalah pria yang tak sempurna.



Renaisans



Di akhir abad 14 masuklah jaman Renaisans yang ditandai antara lain oleh lahirnya incunabulum (buku-buku yang dicetak pada masa lahirnya percetakan sebelum 1500). Pada jaman ini juga muncul pandangan baru tentang manusia. Humanisme jaman Renaisans adalah mengenai manusia dan nilainya, pandangan-pandangan yang bertitik tolak pada manusia (individualisme), bahwa manusia ada bukan semata-mata karena Tuhan, dan bahwa meninggalkan sifat kesederhanaan itu dianggap berlebihan.



Di jaman ini timbul pandangan-pandangan baru tentang alam. Metode ilmiah baru muncul, yaitu metode empiris: mendasarkan pengetahuan pada pengalaman, pengamatan dan percobaan sistematis. Pada masa ini juga terjadi pembakaran terhadap wanita penyihir, penganut bidah, sihir dsb, perang keagamaan dan penaklukan atas Amerika.



Tokoh-tokoh jaman Renaisans mencakup Francis Bacon (Inggris) yang menyatakan pengetahuan adalah kekuasaan, dan manusia mulai ikut campur terhadap alam dan mengontrolnya. Nicolaus Copernicus, sang astronomi Polandia, menerbitkan buku On The Revolutions of the Celestial Spheres th 1543 yang mengungkap bahwa bumi mengelilingi matahari, bukan sebaliknya, dan bumi berputar pada porosnya. Matahari adalah pusat alam raya yang bergerak dan berputar (heliosentris).



Ahli astronomi lain dari Jerman, Johannes Kepler (awal 1600), menemukan bahwa planet bergerak dalam orbit elips dengan matahari sebagai pusat, dan kecepatan planet yang paling dekat dengan matahari, paling besar. Sementara Galileo Galilei (awal 1600) menemukan hukum kelembaman, di mana benda tetap berada dalam keadaannya (diam ataupun bergerak) selama tidak ada kekuatan luar yang memaksanya berubah. Ia juga menolak ide bahwa kekuatan gaya tarik dapat menjangkau jarak jauh.



Kemudian Isaac Newton (1642-1727) memperkenalkan dunia mekanistik di mana segala sesuatu dapat dijelaskan dengan prinsip gravitasi universal dan gerak benda-benda. Ia menemukan Hukum Gravitasi Universal, bahwa setiap objek menarik objek lainnya dengan kekuatan semakin meningkat/sebanding dengan ukuran objek dan menurun sebanding dengan jarak antar objek.



Di jaman Renaisans hubungan pribadi individu dengan Tuhan mulai tampak, bukan lagi dengan gereja. Ini ditandai dengan diterjemahkannya bible ke bahasa-bahasa nasional.



Di masa itu juga Martin Luther memisahkan diri dari Gereja Katolik karena merasa manusia tidak butuh campur tangan Gereja/imam untuk menerima ampunan Tuhan. Ia menolak adat/dogma Gereja Katolik dan menurutnya: "Cukup Kitab Suci saja", maksudnya orang harus mampu membaca bible dan menjadi pendeta bagi dirinya sendiri. Menurut Luther, manusia menerima penebusan lewat iman, maka tak perlu lewat ritual Gereja.



Periode Barok



Periode ini timbul di abad 17. Ciri khasnya: ketidak-beraturan, kepalsuan, sikap yang dibuat-buat, kesementaraan. Di masa ini terjadi perang selama 30 tahun di Eropa yang merugikan Jerman dan menjadikan Prancis kekuatan dominan Eropa. Pada abad ini terjadi perbedaan kelas mencolok, dengan aristokrasi Prancis dan Istana Versailles-nya. Teater modern lahir di abad ini juga, di mana William Shakespeare menulis sandiwara-sandiwara terbesarnya (sebenarnya ia separuh Renaisans dan separuh Barok). Saat itu juga timbul filsafat idealisme: semua yang ada bersifat spiritualisme, yang menentang materialisme.



Tokoh-tokoh Periode Barok antara lain Thomas Hobbes yang mengatakan bahwa semua makhluk terdiri dari partikel materi, termasuk jiwa, yang menurutnya merupakan partikel-partikel kecil di otak. Ada pula ahli fisika dan filosof Prancis bernama La Mestrie yang memperkenalkan "L'homme Machine" atau "manusia mesin" di mana menurutnya otak memiliki otot. Sementara ahli matematika Prancis, Laplace memperkenalkan determinisme, bahwa segala sesuatu yang terjadi sudah ditetapkan sebelumnya.



Rene Descartes (1596-1650) merupakan bapak filosof modern sekaligus ahli matematika. Menurutnya akal adalah satu-satunya jalan menuju pengetahuan. Ia meragukan segala sesuatu (tidak ada yang pasti kecuali pikiran, cogito, ergo sum (aku berpikir, karena itu aku ada). Menurutnya manusia memiliki gagasan (yang sudah ada/bawaan sejak lahir) mengenai wujud yang sempurna, yang berasal dari wujud yang sempurna itu sendiri, yaitu Tuhan. Sementara realitas luar (tentang alam) itu merupakan kenyataan karena Tuhan tidak menipu.



Menurut Descartes ada 2 realitas: gagasan (tidak dalam ruang, tidak dapat dibagi-bagi) dan perluasan/materi (dalam ruang, dapat dibagi menjadi lebih kecil). Kedua realitas dtang dari Tuhan karena Tuhan saja yang ada tanpa bergantung pada apapun. Proses badaniah (materi) manusia tidak punya kebebasan, sementara pikiran (gagasan) bekerja secara mandiri dari badan, namun antara keduanya ada interaksi konstan di kelenjar otak. Pikiran lebih unggul dari badan dan bisa mengatasi kebutuhan-kebutuhan badan.



Baruch Spinoza (1632-1677) adalah seorang Yahudi yang dibuang karena tuduhan bidah. Spinoza menyangkal bahwa bible diwahyukan Tuhan. Ia melihat segala sesuatu dari perspektif keabadian (sub specie aeternitas). Tuhan itu segalanya dan segalanya ada dalam Tuhan. Tuhan tidak berada di luar dunia, Tuhan adalah dunia dan dunia ada dalam Tuhan. Tuhan merupakan penyebab batiniah dari segala sesuatu yang terjadi. Ia mengontrol dunia melalui hukum alam, dan segala sesuatu di dunia material terjadi karena harus terjadi. Dengan demikian manusia menjalani kehidupan sesuai hukum alam.



Menurutnya kita harus membebaskan diri dari perasaan dan nafsu untuk menemukan kepuasan dan kebahagiaan. Manusia dapat berjuang untuk meraih kebebasan untuk hidup tanpa kendala lahiriah, tapi tidak akan meraih kehendak bebas.



Empirisme



Menurut kaum empiris, pikiran kita tidak memiliki ingatan akan hal-hal yang belum pernah kita alami melalui indra.



Tokoh-tokoh empiris ini adalah John Locke (1632-1704). "Darimana gagasan-gagasan kita berasal?", tantangnya, yang ia jawab: dari sesuatu yang telah kita dapatkan melalui indra. Sebelum itu pikiran kita kosong. Gagasan dari indra itu kemudian diolah dengan permenungan. Dalam mengenali sebuah benda misalnya, Locke akan melihat benda itu dari 2 kualitas: 1). kualitas primer: luas, berat, gerakan (persepsi ini sama bagi semua orang). 2). Kualitas sekunder: manis/asam, panas/dingin (selera, karenanya berbeda antara 1 orang dengan lainnya).



Pada titik tertentu Locke juga rasionalis seperti Descartes, misalnya dia mengatakan bahwa akal manusia mampu mengetahui bahwa Tuhan ada, karena gagasan tentang Tuhan lahir dari akal manusia. Locke memiliki prinsip tertentu mengenai persamaan kekuatan antara wanita dan pria, juga mengenai pembagia kekuasaan, di mana menurutnya legislatif dan eksekutif harus dipisahkan.



George Berkeley (1685-1753) adalah uskup Irlandia. Menurutnya, apa yang kita lihat berarti ada, meski materinya sendiri tidak pasti. Kita dapat mengatakan bahwa keberadaan Tuhan dapat dilihat jauh lebih jelas daripada keberadaan manusia. Apa yang kita lihat/rasakan adalah akibat kekuasaan Tuhan, Tuhan hadir dekat dengan keberadaan kita. Kita ini ada hanya dalam pikiran Tuhan.



David Hume (1711-1776) adalah seorang agnostik. Menurutnya persepsi manusia bisa dibagi menjadi 2: 1). kesan (pengindraan langsung atau realitas lahiriah), 2). gagasan (ingatan akan kesan-kesan). Ajaran Hume mirip dengan Buddha, yaitu bahwa kehidupan adalah rangkaian proses mental dan fisik tak terputus yang membuat seseorang terus menerus berubah. Menurut Hume, iman dan pengetahuan tidak berkaitan satu sama lain.



Abad Pencerahan



Dan tibalah kita pada abad pencerahan, abad lahirnya ilmu pendidikan dan optimisme kebudayaan. Abad ini ditandai pula dengan terbitnya Ensiklopedi 28 jilid selama tahun 1751-1772. Pada abad ini para filosof mempercayai adanya Tuhan dan keabadian jiwa. Deisme juga lahir di abad ini, yaitu kepercayaan bahwa Tuhan menciptakan dunia, lalu tak pernah menampakkan diri ke dunia lagi. Selain itu ada Deklarasi Hak Asasi Manusia pada 1789 yang menjadi dasar konstitusi Norwegia (kebebasan, kesetaraan, persaudaraan).



Tokoh besar abad ini antara lain Immanuel Kant (1724-1804). Menurut Kant ada kondisi-kondisi tertentu yang mengatur cara kerja pikirand an mempengaruhi cara kita memandang dunia. Menurutnya waktu dan ruang adalah cara pandang dan bukan atribut fisik. Cara persepsi kita menyesuaikan diri dengan bentuk-bentuk intuisi kita.



Masih menurut Kant, pada manusia ada keinginan mendasar untuk bertanya tentang alam semesta, tapi kita sendiri merupakan bagian sangat kecil dari totalitas alam. Kita takkan pernah dapat mengenal alam, karena indra kita tak dapat menangkapnya sehingga akal tak memiliki sesuatu untuk diolah. Kekosongan itu akhirnya diisi dengan iman, yaitu jiwa abadi, bahwa Tuhan itu ada, begitu juga kehendak bebas. Semua ini harus diterima secara moral, karena tak dapat dibuktikan.



"Jika otak manusia itu cukup sederhana untuk dapat kita pahami, tentunya kita masih demikian bodoh sehingga kita tidak dapat memahaminya." ~Immanuel Kant


Jadi kita tidak mungkin berharap memahami siapakah kita sebenarnya atau alam raya. Selain itu kemampuan membedakan yang benar dan yang salah adalah bawaan sejak lahir (hukum moral), dan hukum ini berlaku bagi semua orang untuk setiap situasi, dan memiliki kewenangan mutlak. Hukum moral itu adalah hati nurani.



Kant juga melahirkan istilah etika niat baik, bahwa niat baik lah yang menentukan tindakan itu benar atau tidak secara moral, bukan akibat tindakan itu sendiri. Manusia adalah makhluk material (bergantung pada hukum kausalitas -- apa yang kita lihat) sekaligus makhluk rasional (kehendak bebas untuk menjalankan hukum moral -- apa yang kita putuskan).



"Dua hal memenuhi pikiranku dengan keheranan dan ketakjuban yang semakin besar, semakin sering dan semakin kuat aku merengkuhnya: langit berbintang di atasku dan hukum moral di dalam diriku." ~Immanuel Kant.



Immanuel Kant akhirnya dijadikan Bapak PBB, dan terkenal dengan motto: das Ding an sich (dunia sebagaimana ia ada dalam dirinya sendiri).





Bersambung ke bagian 3...



Wednesday, August 17, 2011

[Bukan Review] Rangkuman Sejarah Filsafat dari Dunia Sophie 1

Kali ini aku tak hendak mereview buku. Lebih tepat kukatakan aku ingin membedah buku Dunia Sophie karya Jostein Gaarder yang merupakan pelajaran dasar filsafat yang dibungkus ke dalam kisah fiksi. Review buku ini sendiri bisa anda intip di: Review Dunia Sophie. Rangkuman ini akan dibagi menjadi 3 posting, bagian pertama mencakup filosofi Yunani awal hingga berakhirnya jaman Yunani kuno.



Dalam Dunia Sophie, Gaarder mengajak kita menelusuri filsafat mulai jaman Yunani kuno hingga masa sekarang. Yunani semenjak dulu sudah lebih maju dalam peradaban. Namun sebelum muncul pemikiran filosofis, kita mengenal banyak mitos atau mitologi tentang dewa-dewi yang mengatur alam sekaligus berhubungan erat dengan manusia. Salah satu kisah mitologi Yunani itu bisa anda baca di: Kehancuran Troy. Sejarah filsafat boleh dibilang bermula di Yunani setelah era mitos-mitos itu.



Filosofi Yunani Awal



Sering disebut filosofi alam karena orang memfokuskan perhatian pada alam dan proses-prosesnya. Para filosof berpendapat bahwa ada zat dasar yang selalu ada (kekal), dan darinyalah segala sesuatu berasal.



Thales berpendapat bahwa sumber segala sesuatu adalah air, sementara Anaximenes (575-526 SM) meyakini udara/uap adalah asal segala sesuatu. Kemudian muncul Parmenides (540-480 SM) yang percaya bahwa segala sesuatu yang ada telah ada dan tak ada perubahan. Heraclitus berpendapat sebaliknya, bahwa ciri alam yang paling mendasar adalah adanya perubahan terus menerus. Segala sesuatu terus mengalir, tak pernah sama. Ia juga meyakini adanya akal universal (logos = Tuhan) yang ada dalam diri manusia.



Lalu muncullah Empedocles (490-430 SM) menyempurnakan pendapat Parmenides dan Heraclitus. Menurutnya alam terdiri dari 4 unsur: tanah - udara - api - air. Keempat unsur itu tak berubah, dan proses alam adalah menyatu/terpisahnya keempat unsur itu. Yang menggerakkan proses itu adalah 2 kekuatan yang bekerja di alam: cinta dan perselisihan.



Pendapat lain datang dari Anaxapora (500-428 SM) dari Athena, yang tidak menyetujui baik pendapat tentang 1 zat dasar atau 4 unsur dasar. Baginya alam terbuat dari partikel tak kasat mata yang tak terhingga jumlahnya dan tak dapat dibagi menjadi bagian lebih kecil (ada sesuatu dari segala sesuatu). Anaxapora memiliki minat pada astronomi dan percaya bahwa mungkin ada kehidupan lain di planet lain.



Filosof alam besar yang terakhir adalah Democritus (460-370 SM). Ia meyakini bahwa segala sesuatu tidak berubah, melainkan terbuat dari balok-balok tak terlihat yang sangat kecil dan tak dapat dibagi-bagi, yakni atom. Atom bersifat kekal, tak ada sesuatu yang muncul dari ketiadaan. Ketika benda mati/hancur, atom itu terurai dan membentuk benda-benda baru. Democritus tak percaya pada kekuatan jiwa, maka ia disebut materialis. Jiwa menurutnya tersusun dari atom-atom jiwa, dan segala di alam terjadi secara mekanis dan alamiah.



Filosofi Klasik Besar




Socrates
(470-399 SM) adalah filosof besar dari era ini yang berasal dari Athena. Ia tak banyak memiliki karya tulis, namun untungnya memiliki murid, yakni Plato, yang kelak menuliskan ide-ide Socrates (Apologi, Epistles, dsb). Socrates lebih senang berdikusi dan mengajar, dan akhirnya dihukum mati karena menolak memberi info kepada musuh politik. Socrates adalah seorang rasionalis, terbukti dari mottonya: "Hanya satu yang aku tahu, yaitu bahwa aku tidak tahu apa-apa". Ia meyakini bahwa dalam akal manusia terletak kemampuan (norma yang abadi) untuk membedakan benar dan salah, dan tak mungkin seseorang bahagia jika bertindak menentang penilaian mereka yang lebih baik.



Di jaman Socrates, muncul juga kaum Sophis yang disebut filosof keliling karena suka mencari uang dengan berkeliling mengajar. Karena tak dapat memecahkan misteri alam, mereka fokus pada manusia. Kaum Sophis ini agnostik (tidak mampu tegas menyatakan Tuhan ada/tidak ada).



Setelah
Socrates, muncullah muridnya Plato (428-347 SM) yang mendirikan sekolah filsafat, Academus, yang menjadi cikal bakal akademi. Menurut Plato segala sesuatu yang nyata sifatnya mengalir, dibuat dari materi yang terkikis waktu, namun dibuat sesuai dengan "cetakan" (bentuk yang kekal dan abadi). Pola-pola kekal ini bersifat spiritual, abstrak, dari mana segala sesuatu diciptakan. Pola itu disebut juga "ide", yang akhirnya melahirkan istilah "Teori Ide Plato".



Menurut Plato, realitas manusia terdiri dari dua: dunia indra (pengetahuan yang tidak sempurna tentang hal-hal yang selalu berubah), dan dunia ide (pengetahuan sejati yang dipahami dengan akal). Manusia adalah makhluk ganda yang memiliki tubuh (dunia indra) dan jiwa (dunia ide). Jiwa sudah ada sebelum mendiami tubuh, namun begitu mendiami tubuh ia lalu melupakan ide sempurna. Ketika manusia menemukan berbagai bentuk di dunia alamiah, jiwanya bergerak dengan kerinduan untuk kembali ke tempatnya yang sejati. Kerinduan ini disebut "eros" (cinta). Hidup yang ideal mernurut Plato adalah ketika manusia mempertanyakan dari mana ia berasal.




Negara ideal menurut pandangan Plato dibangun seperti tubuh yang terdiri dari 3 bagian:

1. Kepala : akal (kebijaksanaan) = pemimpin

2. Dada: kehendak (keberanian) = pembantu


3. Perut: nafsu (kesopanan) = pekerja




Bila tiap orang bekerja sesuai tugas dan tempatnya, maka akan ada keselarasan dalam negara, atau negara totaliter.




Mengenai kesetaraan gender, Plato termasuk pro-perempuan. Kaum wanita menurutnya bisa menjadi pemimpin karena memiliki nalar yang sama dengan pria, a
sal dibebaskan dari kewajiban membesarkan anak dan mengurus rumah tangga. Ia juga berpendapat bahwa pendidikan anak harus diserahkan pada negara. Ia pula yang pertama menggagas sekolah yang diorganisir negara dan pendidikan full-time.



Setelah Plato, tibalah era Aristoteles (384-322 SM) yang merupakan murid Akademi Plato. Aristoteles adalah ahli biologi besar Eropa yang pertama dan sangat memperhatikan proses alam. Ia-lah yang menulis semua bidang ilmu dan mengklasifikasikannya. Ia juga yang mendirikan ilmu logika.




Dalam beberapa hal pendapat Aristoteles bertentangan dengan Plato, namun ada juga idenya yang merupakan pengembangan dari ide Plato. Bagi Plato ada ide kekal dibalik benda-benda (terpisah dari benda itu seperti cetakan dan kue) dan ada sebelum benda itu. Bagi Aristoteles ide adalah sesuatu yang sama yang dimiliki benda-benda, ide itu ada dalam benda dan merupakan ciri khas benda (spesies). Maka menurut Aristoteles, ide dan benda tak dapat dipisahkan.




Selain itu Aristoteles meyakini realitas tertinggi adalah apa yang kita lihat, sementara Plato berpendapat apa yang kita pikirkan lah realitas tertinggi itu. Seperti telah disebutkan di atas, Plato meyakini ide itu adalah bawaan, sementara bagi Aristoteles pada manusia ada kekuatan bawaan untuk mengorganisasi kesan indrawi kita terhadap segala sesuatu ke kategori-kategori. Ide bawaan memang ada, tapi sebenarnya kosong hingga kita menjalani/mengala
mi sesuatu. Aristoteles juga meyakini bahwa selalu ada tujuan di balik segala sesuatu di alam ini. Contoh bila hujan turun, tujuannya adalah untuk memberikan kehidupan bagi dunia.



Aristoteles membagi alam menjadi:


- benda mati >> tidak berubah kecuali karena pengaruh alam


- benda hidup >> mencakup tanaman dan makhluk (hewan dan manusia)

- di puncak paling atas tangga alam, ada Tuhan, Tuhanlah penggerak pertama alam yang tidak bergerak.



Mengenai etika, untuk menjalani kehidupan yang bahagia, segala sesuatu harus bergerak selaras dan keseimbangan harus dijaga (jangan terlalu banyak dan jangan terlalu sedikit dalam segala hal).




Mengenai politik, Aristoteles berpendapat tanpa ada masyarakat/negara, kita bukanlah manusia sejati. Negara ideal bagi Aristoteles mencakup 3 hal ini:


- Monarki : harus dijaga agar jangan melenceng menjadi tirani


- Aristokrasi (sekelompok pemimpin): harus dijaga agar jangan menjadi oligarki (hanya beberapa pemimpin, mis: junta)

- Demokrasi: kalau tidak dijaga bisa menjadi mob rule (kawanan).




Beda dengan Plato, Aristoteles kurang berpihak pada perempuan. Baginya, wanita adalah pria yang belum lengkap. Wanita adalah penerima, sedang pria adalah pemberi.



Setelah era Aristoteles, tibalah Jaman Yunani Kuno Akhir, di mana kebudayaan Yunani makin berkembang di Macedonia, Siria dan Mesir. Kemudian Roma mulai berkuasa di sekitar 50 S
M dengan kerajaan Romawi dan Latinnya. Saat itu Alexandria memiliki peran besar sebagai pusat ilmu pengetahuan, maka filsafat pun membaur dengan agama. Periode ini disebut periode Helenisme.



Di luar para filosof besar, ada beberapa kelompok yang juga menyumbangkan ide-idenya.




Pertama, Kaum Sinis dengan tokoh Antisthenes (400 SM) yang mengatakan bahwa kebahagiaan sejati adalah ketidaktergantungan pada segala sesuatu yang acak dan mengambang. Ada pula Diogenes tokoh yang unik, hidup dalam tong dengan mantel, tongkat dan kantong rotinya, dan yang tidak memikirkan penderitaan sendiri maupun orang lain.




Kedua, Kaum Stoik (300 SM), dengan tokoh filosof Zeno yang percaya bahwa semua orang adalah bagian dari satu “logos” (akal) yang sama (dalam hal ini ia sejalan dengan Socrates). Lalu ada satu kebenaran universal (hukum alam) yang mengatur semua manusia. Berbeda dengan dualisme (roh dan materi) ala Plato, Zeno adalah monois. Tokoh lain Kaum Stoik adalah Cicero (106 – 43 SM) yang adalah pembentuk konsep humanisme, serta Seneca (4 SM – 65 M). Bagi kaum Stoik, segala sesuatu terjadi karena ada penyebabnya, bukan kebetulan (atau disebut “takdir”).




Ketiga, Kaum Epicurean. 2 tokoh di antaranya: Aristippus yang percaya bahwa kebaikan tertinggi adalah kenikmatan, untuk itu mereka menghindari penderitaan. Lalu ada Epicurus (341 – 270) yang menggabungkan etika kenikmatan Aristippus dan teori atom Democritus. Secara garis besar mer
eka hidup untuk saat ini, dan kenikmatan juga harus diimbangi kontrol diri, harus mempertimbangkan efek samping, dan mengatasi rasa takut mati.



Neoplatonisme




Ajaran yang, dari namanya bisa ditebak, merupakan pengembangan dari ide-ide Plato. Tokoh masa ini adalah Plotinus (205 – 270) yang melahirkan doktrin “keselamatan” yang bersaing dengan ajaran Kristen, sekaligus memberi pengaruh kuat dalam teologi Kristen. Menurut Plotinus dunia terdiri dari 2 kutub: Yang Esa dan kegelapan mutlak (tidak eksis). Jiwa disinari oleh Yang Esa, sementara materi oleh kegelapan. Segala sesuatu menyimpan sepercik misteri Ilahi, yang paling dekat dengan Tuhan adalah makhluk hidup, yang terjauh adalah tanah, air, batu dll. Jiwa manusia merupakan sepercik cahaya, dan segala sesuatu itu satu, sebab segala sesuatu berasal dari Tuhan.
"Kita paling dekat dengan Tuhan dalam jiwa kita. Hanya di sana kita dapat menjadi satu dengan misteri terbesar kehidupan. Sesungguhnya jarang sekali kita dapat merasakan bahwa kita sendirilah misteri itu" ~Plotinus.
Bangsa Semit



Bangsa Semit mempengaruhi banyak agama. Yahudi, Kristen dan Islam berasal dari bangsa Semit, dan memiliki 1 gagasan yang sama: hanya ada 1 Tuhan. Kristen sendiri kemudian diengaruhi pula oleh budaya Yunani dan Romawi, itu sebabnya mereka mengenal penggambaran Tuhan, yang tidak ditemukan pada Islam dan Yahudi.



Israel pernah memiliki 3 raja besar: Saul, Daud, Sulaiman. Kekuasaan akhirnya terbagi menjadi 2: Utara (Israel) dan Selatan (Judea). Yang perlu dicatat pada saat itu adalah kaum Yahudi tidak mengenal keabadian jiwa, tidak ada apapun yang abadi. Lalu datanglah Yesus yang mengubah pandangan itu. Gereja Kristen terbentuk ketika Yesus bangkit.



Paulus
adalah tokoh penyebar Kristen dari Yun
ani hingga Romawi sehingga membuatnya agama dunia. Ia pernah muncul di Athena dan berbicara juga dengan kaum Epicurean dan kaum Stoik. Sifat Tuhan dalam ajarannya tidak lagi filosofis, bukan sekedar citra, namun Tuhan ikut campur dalam sejarah. Kristen bukan hanya milik Yahudi, tetapi menjadi agama universal ketika Perjanjian Lama antara Tuhan dan Israel diganti dengan Perjanjian Baru antara Tuhan dan seluruh umat manusia. Masuknya Kristen ke Yunani dan Romawi merupakan revolusi besar, karena dengan demikian berakhirlah Jaman Yunani Kuno.



Tahun-tahun dan peristiwa penting jaman ini:



Th 330 – Konstantin Agung memindahkan kekaisaran dari Roma ke Konstantinopel

Th 380 – Kristen jadi agama resmi di Romawi

Th 395 – Romawi terbagi menjadi 2: Barat dengan ibukota Roma, dan Timur dengan ibukota Konst
aninopel

Th 410 – Roma direbut kaum Barbar


Th 453 – Konstantinopel ditaklukkan Turki


Th 476 – Kekaisaran Barat hancur


Th 529 – Gereja menutup Akademi Plato, yang menjadi lambang Kristen menolak filsafat Yunani.






Bersambung ke bagian 2...



Friday, August 12, 2011

Letters To Sam

Aku sebel sama cewek autis satu itu!”, kalimat itu pernah terlontar dari mulut seorang kawan. Aku selalu merasa terganggu tiap kali ada yang mengumpat seseorang dengan kata “autis”, seolah autis adalah suatu aib. Namun kenyataannya, banyak orang di sekitar kita –bahkan mungkin kita sendiri, sadar maupun tak sadar-- yang menjadikan “autis”, “cacat” sebagai cara me-label-i orang lain, mengelompokkan orang lain di luar diri kita. Buku yang ditulis oleh Daniel Gottlieb ini akan kembali menyadarkan kita tentang kelemahan dan perbedaan kita sendiri. Autis memang kelemahan, tapi kelemahan bukanlah aib!


Letters to Sam merupakan surat-surat seorang kakek yang lumpuh kepada cucu lelakinya yang autis. Si kakek ingin membekali Sam, sang cucu, dengan pemahaman akan hidup dan cara menjalaninya. Tentu saja bukan hidup pada umumnya, namun hidup sebagai manusia yang “berbeda”, karena itulah kesamaan antara Sam dan kakeknya. Mereka sama-sama berbeda dari manusia lain. Kakek Sam membagikan pengalaman hidupnya sebagai orang yang tunadaksa akibat kecelakaan, sebab ia tahu benar rasanya menjadi berbeda dan tak berdaya, kecewa dan marah. Perasaan-perasaan yang, ia tahu, suatu hari akan dialami Sam pula sebagai penderita autis. Hinaan, pengabaian, bahkan gencetan [baca: bullying] kerap dialami anak autis. Ia ingin sang cucu memandang hidup ini dari sudut yang lain, dan menjalaninya dalam kebahagiaan.


Begitu banyak pelajaran hidup yang akan anda temukan di sini, sekaligus pemahaman-pemahaman baru yang seringkali menohok, tentang sikap kita selama ini. Kakek Sam telah mewariskan pelajaran hidup yang hanya akan bisa kita dapatkan dari seorang psikolog yang telah menjalani hidup yang penuh tantangan, dan menyembuhkan luka batin banyak orang. Aku menemukan banyak kalimat-kalimat yang menginspirasi di buku ini. Dan kupikir, alangkah baiknya (sekaligus indahnya) bila kita semua, anda dan aku, bisa sama-sama berusaha mengubah cara berpikir dan bersikap kita dari semua kalimat-kalimat itu. Semoga kumpulan kalimat inspiratif ini akan secara otomatis menjelaskan pada anda, buku macam apa Letters to Sam ini.




Menerima bahwa kita “berbeda”


Sang kakek mengajarkan kepada Sam untuk dapat menerima bahwa dirinya berbeda, dan menghargai perbedaan itu. Karena diri kita adalah jiwa kita. Tubuh bisa mengalami cacat, sakit atau bahkan autis. Tapi di dalam jiwa kita, kita tetaplah orang yang sama.


"Menjadi berbeda bukanlah masalah, ini sekedar menjadi berbeda. Tapi merasa berbeda bisa menjadi masalah. Ketika kau merasa berbeda, perasaan ini bisa benar-benar mengubah caramu melihat dunia." ~hlm. 20.


“Air kehidupan membasuh kita sehingga menghilangkan sudut-sudut tajam dalam diri kita. Itu bisa saja bagus; kita bisa menerima bentuk-bentuk baru yang mengejutkan dan memuaskan. Kita juga bisa kehilangan kebijaksanaan yang menyertai kita ketika lahir. Namun, bukti dari kebijaksanaan itu tak akan lenyap dari diri kita.” ~hlm. 13.




Sembuh dari luka (batin)


Dengan menjadi berbeda, kakeknya mengingatkan Sam, resiko untuk merasa kecewa, terhina, malu, marah, kehilangan dalam hidup sangatlah besar. Sang kakek memberikan kiat-kiat untuk Sam untuk menyembuhkan luka batin itu –alih-alih menghindar atau marah--, sekaligus menjadikannya dasar untuk dapat bermanfaat bagi orang lain dan dunia:


“Saat kau merasakan sakitnya kehilangan, kumohon jangan menyambar apa saja untuk menghilangkan rasa sakitnya. Yakinlah bahwa rasa sakit itu, seperti halnya segala sesuatu yang lain, sifatnya transisional.” ~hlm. 129.


“Sam, aku tahu, berjuang untuk mendapatkan keadilan bagi diri sendiri adalah sifat dasar manusia. Tapi lebih daripada itu aku berharap kau sanggup mengubah kemarahanmu menjadi energi untuk berjuang demi keadilan bagi orang lain.” ~hlm. 82.




Mencintai itu juga menyembuhkan


Mampu mencintai ternyata juga merupakan senjata ampuh untuk menyembuhkan luka batin.


“Memberi kepada yang lain adalah hal yang paling berharga ketika dilakukan dalam diam dan tanpa pamrih.” ~hlm. 34.


“Menjadi orang yang penuh belas kasih itu tidak sekedar menyenangkan, sekedar menolong kita, tetapi juga akan membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik dan lebih aman.” ~hlm. 179.




Bagaimana menjalani hidup yang bahagia…


…meskipun kita tetap harus mengalami derita, sakit, kecewa yang tak dapat kita hindarkan..


“Banyak dari kita menderita karena mencoba menjalani kehidupan yang pernah kita miliki atau kehidupan yang kita dambakan. (Padahal) hidup terasa sangat manis ketika kita menjalani kehidupan yang kita miliki.” ~hlm. 202.


Akhirnya, dengan membaca buku ini anda dan aku akan sama-sama belajar untuk saling menerima satu sama lain, dalam segala kekurangan dan kelemahan kita. Ingatlah, tak ada satupun manusia yang berbeda. Kita memang unik dari yang lainnya, namun pada hakikatnya kita adalah sama-sama manusia. Alangkah indahnya kalau kita bisa mengatakan itu, dan saling memberi dan menerima cinta. Karena itulah sesungguhnya cara kita untuk mengatasi penderitaan dan hidup bahagia.


Empat bintang untuk buku yang menginspirasi ini! Satu bintang untuk Daniel, satu untuk Sam, satu untuk semua anak autistik di luar sana, dan satu lagi untuk Gagas Media yang menghadirkan buku ini untuk kita!


Judul: Letters to Sam
Penulis: Daniel Gottlieb
Penerbit: Gagas Media
Terbit: 2011
Tebal: 217 hlm