Dewey adalah seekor kucing. Bukan kucing liar yang suka keluyuran di jalanan, bukan juga kucing peliharaan keluarga di sebuah rumah sederhana. Dewey adalah kucing perpustakaan kota kecil yang bikin dunia jatuh hati! Berlebihan? Tidak kalau anda sudah membaca ulasan kisah nyata ini hingga usai…
Pada suatu pagi paling dingin di bulan Januari, di sebuah kota kecil di Iowa yang bernama Spencer, para pegawai perpustakaan kota itu dikejutkan oleh sebuah suara lirih dari arah kotak pengembalian buku. Perpustakaan di sana biasanya menyediakan kotak besar yang bertutup di luar dinding perpustakaan, dan berpintu di dalam dinding itu. Gunanya adalah untuk masyarakat yang hendak mengembalikan buku di luar jam buka perpustakaan. Mereka tinggal memasukkan buku-buku ke dalam kotak itu, dan keesokan paginya pegawai perpustakaan akan mengambilnya.
Namun di pagi yang bersejarah itu, selain tumpukan buku, mereka menemukan seekor anak kucing yang gemetar kedinginan dan kurus kering meringkuk di antara buku-buku. Warna bulunya jingga, usianya baru delapan minggu. Rupanya ada orang yang memasukkan anak kucing itu ke kotak pengembalian semalam!
Yang menemukannya pertama kali adalah Vicky Myron, direktur perpustakaan Spencer. Dan pada detik ketika Vicky menggendongnya, anak kucing itu pun langsung menganggapnya sebagai ibu, yang menyelamatkannya, yang memberinya kehangatan dalam dekapannya, dan yang menyayanginya. Sejak saat itu, Vicky langsung memutuskan bahwa perpustakaan yang dipimpinnya akan memelihara kucing itu. Apalagi setelah melihat semua pustakawan (orang yang bekerja di perpustakaan) mencintai kucing itu, dan dewan kota akhirnya mengijinkan perpustakaan untuk memelihara seekor kucing.
Kucing itu tumbuh sebagai kucing yang ramah pada semua orang, senang dibelai, dan benar-benar menganggap perpustakaan sebagai rumahnya. Kucing itu diberi nama Dewey Readmore Books (Dewey dari penemu system desimal Dewey, Readmore Books… yah… maksudnya mendorong orang untuk membaca lebih banyak buku pastinya). Meski Dewey bukan ikon resmi perpustakaan, namun banyak pengunjung yang mencintainya. Bagaimana mereka bisa tidak mencintainya, kalau Dewey sudah mengembangkan kebiasaan ini:
1. Menyambut ketika Vicky datang ke perpustakaan di pagi hari. Bahkan ketika Vicky mengalami hal terberat dalam hidupnya, Dewey bahkan mengembangkan kebiasaan untuk melambai pada Vicky. Ya! Kucing melambai! Tak bisa aku membayangkannya.
2. Menyambut para karyawan perpustakaan, menghampiri mereka satu persatu, dan kalau ada yang membutuhkan penghiburan, ia akan meringkuk di pangkuan orang itu lebih lama.
3. Duduk di depan pintu masuk untuk menyambut para pengunjung. Berpindah dari pangkuan satu ke pangkuan lainnya. Menyapa mereka, maupun sekedar mencerahkan hari mereka.
4. Nongkrong di atas kereta buku yang didorong di sepanjang lorong perpustakaan untuk mengembalikan buku-buku ke rak masing-masing.
5. Bahkan Dewey hanya mau digendong dengan 1 cara khusus: digendong di pundak kiri (harus pundak kiri, kalau tidak dia akan ngambek!), dengan kepala menyembul dari bahu.
Dan banyak lagi kebiasaan-kebiasaan lainnya.
Dan Dewey bisa dikatakan sudah menjadi bagian dari perpustakaan Spencer. Bahkan tak berlebihan jika ia misalnya dianugerahi dengan jabatan: Direktur Hubungan Masyarakat. Karena, Dewey seekor kucing yang sangat peduli kepada manusia. Ia tahu bagaimana bersikap terhadap macam-macam tipe pengunjung yang datang. Saat ada orang yang sedang memiliki masalah, Dewey dapat merasakannya. Ia akan duduk manis di pangkuan orang itu, membiarkan orang itu membelai bulunya sambil mendengkur, hingga orang itu akan lebih terhibur. Sesudah tugasnya selesai, ia akan mencari pangkuan lain untuk dihibur. Dan kebetulan pada saat Dewey memulai hidupnya di perpustakaan, Amerika dan Iowa khususnya sedang memasuki masa resesi. Banyak orang yang hidupnya porak poranda karena kehilangan pekerjaan atau terjerat utang.
Memang Dewey bukan pahlawan yang tiba-tiba dapat menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang banyak, namun kehadirannya di perpustakaan, dan hal-hal yang sederhana yang dilakukannya bisa membuat orang paling tidak sedikit terhibur. Dan terutama, cintanya yang tulus pada manusia membuat para pengunjung perpustakaan merasa diterima dan dicintai, sehingga bangkitlah harapan dan semangat mereka di tengah masa sulit itu.
Dan ternyata Dewey bukan hanya milik warga kota Spencer saja. Berkat cerita dari mulut ke mulut dan surat kabar lokal yang mempublikasikan Dewey, si kucing perpustakaan ini tiba-tiba jadi beken ke banyak negara bagian Amerika. Bahkan ada keluarga yang rela menempuh 9 jam perjalanan pulang balik hanya demi menghabiskan beberapa saat bersama Dewey, dan mereka pun pulang dengan perasaan bahagia. Tampaknya….seekor kucing pun dapat menumbuhkan kebersamaan dan cinta pada manusia!
Itulah keunikan buku ini. Meski diselingi juga dengan kisah kehidupan Vicky sendiri, yang bagiku agak membosankan, namun secara keseluruhan membayangkan keimutan dan tingkah polah Dewey yang menggemaskan, cukup menghibur juga. Selain itu, ada hal-hal menyentuh yang bisa kupetik sebagai pelajaran.
Yang pertama bahwa untuk melakukan hal yang baik bagi dunia kita tak perlu menjadi pahlawan, seperti yang dikatakan Vicky tentang Dewey: “Dewey terasa istimewa bukan karena dia pernah melakukan sesuatu yang luar biasa, melainkan karena dia sendiri memang istimewa. Dia seperti orang yang kelihatannya biasa saja yang, begitu kau mengenalnya lebih dekat, ternyata menonjol dari kalangannya.” Dalam artian, ketika kita mencintai pekerjaan kita, sekecil dan seremeh apapun itu, mau melakukan lebih dari yang dituntut dari kita, bekerja sepenuh hati dan tak pernah mengeluh, sesungguhnya kita adalah manusia-manusia yang istimewa. Atau bisa dibilang istimewa dalam kesahajaan kita, melalui semua yang kita lakukan bagi orang lain.
Kedua, bahwa seringkali kita hanya menghargai sesuatu yang indah dan menyenangkan bagi kita saja. Ketika Dewey mulai memasuki usia tuanya (18 tahun), ia menjadi makin lemah, bulunya kusam, tubuh makin kurus, tak bergairah lagi untuk menghibur orang, dewan kota hendak ‘menendangnya’ dari perpustakaan. Persis seperti yang banyak dilakukan masyarakat kepada para manula. Ketika mereka sudah tak dapat memberikan sumbangsih, mereka seakan-akan jadi tak berharga dan berguna lagi. Dari buku ini kita diingatkan bahwa justru di masa tua itulah, baik manusia maupun kucing, membutuhkan perhatian dan kasih sayang yang lebih besar, yang sudah selayaknya mereka dapatkan dari kita mengingat kasih yang telah mereka curahkan bagi kita selama ini.
Dan terakhir, aku disadarkan kembali akan kekuatan cinta. Cukup berikanlah cintamu bagi orang lain dan dirimu sendiri untuk dicintai orang lain, maka pasti dunia di sekitarmu akan menjadi lebih indah. Dan tak menutup kemungkinan, pusaran cinta itu bahkan menjangkau radius yang lebih luas lagi tanpa sepengetahuanmu. Seperti halnya Dewey yang akhirnya tenar dan dikenal bukan hanya di Amerika, namun di Jepang dan negara-negara lain di dunia (bahkan Dewey pernah ditampilkan di stasiun TV kenamaan Jepang NHK loh!). Dan semuanya hanya karena sosok dirinya yang penuh cinta…
Bagaimana? Sudahkah anda jatuh cinta pada kucing jantan yang lucu dan cerdik ini? Baca aja detailnya di buku ini…
Judul : Dewey
Pengarang : Vicky Myron dan Bret Witter
Penerbit : Serambi
Jumlah Halaman : 393
Harga : Rp 49.000,-
Pada suatu pagi paling dingin di bulan Januari, di sebuah kota kecil di Iowa yang bernama Spencer, para pegawai perpustakaan kota itu dikejutkan oleh sebuah suara lirih dari arah kotak pengembalian buku. Perpustakaan di sana biasanya menyediakan kotak besar yang bertutup di luar dinding perpustakaan, dan berpintu di dalam dinding itu. Gunanya adalah untuk masyarakat yang hendak mengembalikan buku di luar jam buka perpustakaan. Mereka tinggal memasukkan buku-buku ke dalam kotak itu, dan keesokan paginya pegawai perpustakaan akan mengambilnya.
Namun di pagi yang bersejarah itu, selain tumpukan buku, mereka menemukan seekor anak kucing yang gemetar kedinginan dan kurus kering meringkuk di antara buku-buku. Warna bulunya jingga, usianya baru delapan minggu. Rupanya ada orang yang memasukkan anak kucing itu ke kotak pengembalian semalam!
Yang menemukannya pertama kali adalah Vicky Myron, direktur perpustakaan Spencer. Dan pada detik ketika Vicky menggendongnya, anak kucing itu pun langsung menganggapnya sebagai ibu, yang menyelamatkannya, yang memberinya kehangatan dalam dekapannya, dan yang menyayanginya. Sejak saat itu, Vicky langsung memutuskan bahwa perpustakaan yang dipimpinnya akan memelihara kucing itu. Apalagi setelah melihat semua pustakawan (orang yang bekerja di perpustakaan) mencintai kucing itu, dan dewan kota akhirnya mengijinkan perpustakaan untuk memelihara seekor kucing.
Kucing itu tumbuh sebagai kucing yang ramah pada semua orang, senang dibelai, dan benar-benar menganggap perpustakaan sebagai rumahnya. Kucing itu diberi nama Dewey Readmore Books (Dewey dari penemu system desimal Dewey, Readmore Books… yah… maksudnya mendorong orang untuk membaca lebih banyak buku pastinya). Meski Dewey bukan ikon resmi perpustakaan, namun banyak pengunjung yang mencintainya. Bagaimana mereka bisa tidak mencintainya, kalau Dewey sudah mengembangkan kebiasaan ini:
1. Menyambut ketika Vicky datang ke perpustakaan di pagi hari. Bahkan ketika Vicky mengalami hal terberat dalam hidupnya, Dewey bahkan mengembangkan kebiasaan untuk melambai pada Vicky. Ya! Kucing melambai! Tak bisa aku membayangkannya.
2. Menyambut para karyawan perpustakaan, menghampiri mereka satu persatu, dan kalau ada yang membutuhkan penghiburan, ia akan meringkuk di pangkuan orang itu lebih lama.
3. Duduk di depan pintu masuk untuk menyambut para pengunjung. Berpindah dari pangkuan satu ke pangkuan lainnya. Menyapa mereka, maupun sekedar mencerahkan hari mereka.
4. Nongkrong di atas kereta buku yang didorong di sepanjang lorong perpustakaan untuk mengembalikan buku-buku ke rak masing-masing.
5. Bahkan Dewey hanya mau digendong dengan 1 cara khusus: digendong di pundak kiri (harus pundak kiri, kalau tidak dia akan ngambek!), dengan kepala menyembul dari bahu.
Dan banyak lagi kebiasaan-kebiasaan lainnya.
Dan Dewey bisa dikatakan sudah menjadi bagian dari perpustakaan Spencer. Bahkan tak berlebihan jika ia misalnya dianugerahi dengan jabatan: Direktur Hubungan Masyarakat. Karena, Dewey seekor kucing yang sangat peduli kepada manusia. Ia tahu bagaimana bersikap terhadap macam-macam tipe pengunjung yang datang. Saat ada orang yang sedang memiliki masalah, Dewey dapat merasakannya. Ia akan duduk manis di pangkuan orang itu, membiarkan orang itu membelai bulunya sambil mendengkur, hingga orang itu akan lebih terhibur. Sesudah tugasnya selesai, ia akan mencari pangkuan lain untuk dihibur. Dan kebetulan pada saat Dewey memulai hidupnya di perpustakaan, Amerika dan Iowa khususnya sedang memasuki masa resesi. Banyak orang yang hidupnya porak poranda karena kehilangan pekerjaan atau terjerat utang.
Memang Dewey bukan pahlawan yang tiba-tiba dapat menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang banyak, namun kehadirannya di perpustakaan, dan hal-hal yang sederhana yang dilakukannya bisa membuat orang paling tidak sedikit terhibur. Dan terutama, cintanya yang tulus pada manusia membuat para pengunjung perpustakaan merasa diterima dan dicintai, sehingga bangkitlah harapan dan semangat mereka di tengah masa sulit itu.
Dan ternyata Dewey bukan hanya milik warga kota Spencer saja. Berkat cerita dari mulut ke mulut dan surat kabar lokal yang mempublikasikan Dewey, si kucing perpustakaan ini tiba-tiba jadi beken ke banyak negara bagian Amerika. Bahkan ada keluarga yang rela menempuh 9 jam perjalanan pulang balik hanya demi menghabiskan beberapa saat bersama Dewey, dan mereka pun pulang dengan perasaan bahagia. Tampaknya….seekor kucing pun dapat menumbuhkan kebersamaan dan cinta pada manusia!
Itulah keunikan buku ini. Meski diselingi juga dengan kisah kehidupan Vicky sendiri, yang bagiku agak membosankan, namun secara keseluruhan membayangkan keimutan dan tingkah polah Dewey yang menggemaskan, cukup menghibur juga. Selain itu, ada hal-hal menyentuh yang bisa kupetik sebagai pelajaran.
Yang pertama bahwa untuk melakukan hal yang baik bagi dunia kita tak perlu menjadi pahlawan, seperti yang dikatakan Vicky tentang Dewey: “Dewey terasa istimewa bukan karena dia pernah melakukan sesuatu yang luar biasa, melainkan karena dia sendiri memang istimewa. Dia seperti orang yang kelihatannya biasa saja yang, begitu kau mengenalnya lebih dekat, ternyata menonjol dari kalangannya.” Dalam artian, ketika kita mencintai pekerjaan kita, sekecil dan seremeh apapun itu, mau melakukan lebih dari yang dituntut dari kita, bekerja sepenuh hati dan tak pernah mengeluh, sesungguhnya kita adalah manusia-manusia yang istimewa. Atau bisa dibilang istimewa dalam kesahajaan kita, melalui semua yang kita lakukan bagi orang lain.
Kedua, bahwa seringkali kita hanya menghargai sesuatu yang indah dan menyenangkan bagi kita saja. Ketika Dewey mulai memasuki usia tuanya (18 tahun), ia menjadi makin lemah, bulunya kusam, tubuh makin kurus, tak bergairah lagi untuk menghibur orang, dewan kota hendak ‘menendangnya’ dari perpustakaan. Persis seperti yang banyak dilakukan masyarakat kepada para manula. Ketika mereka sudah tak dapat memberikan sumbangsih, mereka seakan-akan jadi tak berharga dan berguna lagi. Dari buku ini kita diingatkan bahwa justru di masa tua itulah, baik manusia maupun kucing, membutuhkan perhatian dan kasih sayang yang lebih besar, yang sudah selayaknya mereka dapatkan dari kita mengingat kasih yang telah mereka curahkan bagi kita selama ini.
Dan terakhir, aku disadarkan kembali akan kekuatan cinta. Cukup berikanlah cintamu bagi orang lain dan dirimu sendiri untuk dicintai orang lain, maka pasti dunia di sekitarmu akan menjadi lebih indah. Dan tak menutup kemungkinan, pusaran cinta itu bahkan menjangkau radius yang lebih luas lagi tanpa sepengetahuanmu. Seperti halnya Dewey yang akhirnya tenar dan dikenal bukan hanya di Amerika, namun di Jepang dan negara-negara lain di dunia (bahkan Dewey pernah ditampilkan di stasiun TV kenamaan Jepang NHK loh!). Dan semuanya hanya karena sosok dirinya yang penuh cinta…
Bagaimana? Sudahkah anda jatuh cinta pada kucing jantan yang lucu dan cerdik ini? Baca aja detailnya di buku ini…
Judul : Dewey
Pengarang : Vicky Myron dan Bret Witter
Penerbit : Serambi
Jumlah Halaman : 393
Harga : Rp 49.000,-
Mbak, buku yang kemaren aja blom kebeli, ini udah ada buku bagus lagi hiks..hiks.. *padahal lagi miskin nih*
ReplyDeleteReviewnya keren, saking lengkapnya, berasa sedang baca sendiri hehehe
Twenks infonya :D
Kehadiran Dewey jadi berkah ya Fan di perpustakaan itu. Begitulah, kebahagaiaan dan kasih bisa muncul darimana saja, dari seluruh mahluk. Nice post.
ReplyDeleteKucing memang ga ada matinya.. :)
ReplyDeleteGreat Review. dan Great conclusion pula..
Mbak Fanda emang supa dupa jago deh!
kucing!
ReplyDeleteSayang, saya nggak suka kucing, Fan:)
ReplyDeleteAda seorang pendeta bilang,
"kucing menganggap dirinya sebagai tuan, dan manusia sebagai hambanya yang senantiasa memberi dia persembahan (makan minum dll.)"
Hahaha... jangan dianggap serius deh
kucing hebat nih,,,bisa mengerti keadaan manusia
ReplyDeletewah bagus sekali... penulis bukunya cerdas sekali dalam menganalogikan kehidupan manusia ke kucing.
ReplyDeletejatuh cinta banget...
ReplyDeletemau punya kucing kayak gitu...
Tampang kucingnya mirip banget ama kucing di rumah mbak , kebetulan namanya bbt "Demon"..
ReplyDeleteSiapa yah? yang telah menyelamatkan kucing itu dengan memasukkannya ke kotak pengembalian?
Kupikir itu tak lepas dari didikan Vicky, salah didikan dapat membuat keributan, tidak jarang ada kucing yang naik meja makan (ngomong2 ayam gorengku pernah hilang). Tapi Dewey tidak seperti itu, bahkan menyenangkan orang2 di perpustakaan.
ReplyDeleteBuku yg membicarakan tentang seekor kucing istimewa ya..?
ReplyDeleteTernyata manusia bisa belajar juga dari seekor kucing.
wah... kucingnya benar-benar istimewa mbak... aku langsung jatuh cinta nich... oh ya makasih juga untuk pencerahannya... salam terkasih...
ReplyDelete"ketika kita mencintai pekerjaan kita, sekecil dan seremeh apapun itu, mau melakukan lebih dari yang dituntut dari kita, bekerja sepenuh hati dan tak pernah mengeluh, sesungguhnya kita adalah manusia-manusia yang istimewa."
ReplyDeleteTak harus melakukan HAL BESAR untuk menjadi ISTIMEWA. Tapi lakukan segalanya dengan segenap hati dan kemampuan.
aiihh,, beneran ada kucing kayak gituh?? pengeenn juga deehh membelainya :D
ReplyDeleteaku juga seneng kucing, aduh jadi pengen mangku dewey juga ni aku ;)), kucing hebat, pemberi motivasi, seperti yang nulis di blog ini, tapi beda ini bukan kucing, tapi Mba fanda, hehehhe
ReplyDeletemba, Ebooknya blom masuk mba :(
minta terus ni aku kyknya :D
berarti buku ini diinspirasi dari kisah nyata dong? wuih, pasti menarik. membaca ulasannya aja udah menarik.
ReplyDeleteKucing ya hebat mbak , kapan ya aku punya kucing seperti itu
ReplyDeleteHehe... Dewey lucu banget. Mungkin kalau kucing melambai itu kalau dia angkat satu tangannya ke atas.
ReplyDeletewow... keren banget ya Mbak andai bisa punya kucing pintar macam itu
ReplyDelete