Siapa bilang sekuel sebuah buku itu biasanya tak lebih bagus dari buku pertamanya? (Mungkin aku yang sering bilang begitu, karena memang dari beberapa pengalaman buku yang dibuat sequel, aku mendapati buku kedua dst. biasanya tak sebagus buku pertama. *Harry Potter bisa dikecualikan dari list ini!). Nyatanya, aku tak mendapati kenyataan itu di buku The Joshua Files karya M.G. Harris. Buku keduanya, Ice Shock malah lebih 'manusiawi' menurutku, karena lebih banyak sisi emosionalnya dibanding buku pertama.
Masih ingatkah anda pada petualangan Josh, putra seorang arkeolog yang memiliki keturunan bangsa Maya di Ek Naab? Setelah berhasil menemukan Codex Ix di kisah bagian pertama: Kota Yang Hilang, kali ini kisah dibuka saat Benicio (sepupu Josh di Ek Naab) menjemput Josh di rumahnya, Oxford untuk menyampaikan sebuah berita: musuh bebuyutan Josh, Simon Madison si Nissan Biru (yang telah membunuh Camilla, kakak tiri Josh pada buku pertama) telah kembali! Ia dilaporkan mencuri sebuah artefak Mesopotamia kuno, dan Montoyo (pimpinan Dewan di Ek Naab) meminta Josh untuk berhati-hati. Maka ketenangan hidup Josh akan sekali lagi diganggu oleh hasrat Madison, dan siapapun yang mengirimnya, untuk mencuri teknologi yang dimiliki suku Maya.
Lalu terjadilah sesuatu yang aneh. Salah seorang sahabat ayah Josh, seorang musisi bernama Rodrigo bercerita bahwa ia pernah bertemu ayah Josh di kota kecil di Inggris: Saffron Walden. Bukan tempatnya yang menjadi masalah, namun waktunya. Waktu pertemuan itu adalah tgl. 16 Juni, hari kematian ayah Josh di Meksiko! Bagaimana mungkin? Fakta itu berhasil membuat keinginan Josh untuk mengetahui rahasia kematian ayahnya --yang masih terus menghantuinya selama ini-- makin besar. Ia membulatkan tekad untuk pergi menyelidiki dengan mengajak Tyler, sobatnya yang saat petualangan pertamanya ke Meksiko juga sempat terlibat bersama teman cewek mereka: Ollie.
Anehnya, si Nissan Biru Simon Madison selalu mampu mencium setiap rencana Josh, termasuk kunjungannya ke rumah seorang bekas arkeolog di Saffron Walden, tempat yang mungkin telah disinggahi ayah Josh tgl 16 Juni itu. Di sana Josh nyaris tertangkap oleh Madison, meski akhirnya mampu lolos sambil membawa beberapa dokumen penting yang diminati Madison di sana. Namun kejadian itu disusul oleh kejadian lainnya, membuat Josh sadar bahaya yang tengah mengintainya. Ia bahkan merasa curiga bahwa satu dari kedua sahabatnya (atau bahkan keduanya) bukan benar-benar sahabatnya, dan justru menjadi mata-mata bagi pihak musuh. Di pihak lain, ia menerima secara beruntun kartu pos-kartu pos dari Veracruz, Meksiko yang hanya berisi beberapa patah kata. Ia sadar bahwa ada seseorang di sana yang tengah berusaha mengirimkan pesan kepadanya. Namun apakah maksudnya?
Akhirnya Josh bertekad untuk berusaha menjauhkan ibunya dari bahaya dengan membujuknya mengikuti sebuah retret di tempat yang jauh dari Oxford. Setelah itu ia mencoba (dan berhasil) memecahkan sandi yang terdapat dalam dokumen yang dicurinya dari Saffron Walden. Namun sebelum ia sempat kembali ke Ek Naab untuk melaporkannya, dokumen itu ternyata dicuri oleh...siapa lagi kalau bukan Madison. Sampai disini dimulailah kembali petualangan Josh yang jauh lebih berbahaya dibanding petualangan pertamanya dulu. Kini ia telah menyadari bahwa salah satu sahabatnya ternyata adalah musuhnya, dan mereka semua tidak main-main lagi. Tapi apa sih sebenarnya yang diperebutkan? Teknlogi rahasia macam apa yang bisa menyelamatkan umat manusia dari kehancuran peradaban akibat gelombang super-elektromagnetik yang akan melanda bumi di tahun 2012? Kalau Ek Naab selama ini berusaha memecahkan rahasia teknologi itu demi menyelamatkan umat manusia, lalu apakah tujuan dari musuh mereka?
Dalam misi menemukan kebenaran tentang ayahnya, Josh akan menemukan banyak kejutan, juga mengalami banyak tantangan dan bahaya. Tak heran bahwa kali ini Josh memandang perlunya tetap memberi kabar kepada ibunya lewat blog yang ia buat khusus, dengan password yang hanya dapat dibaca ibunya (atau begitulah sangkanya). Cukup mengharukan juga membaca pesan Josh kepada ibunya, yang apabila Josh tak pernah kembali dari misinya dengan selamat, akan menjadi ucapan perpisahan pada sang ibu. Di titik ini kita bisa memandang Josh sebagai benar-benar remaja biasa, yang mencintai keluarganya, sebelum keberadaan ayahnya dan dirinya sebagai pewaris Bakab Ix memisahkan mereka semua. Isi blog kepada ibunya itu benar-benar menyentuh dan membuat kita melihat sisi manusiawi seorang remaja yang harus memikul beban tanggung jawab berat.
Di bagian kedua ini pula, Josh akan kembali dipertemukan cewek Ek Naab yang seharusnya dijodohkan dengannya oleh suku Maya: Ixchel. Pertemanan dan petualangan mereka berdua juga memberi nuansa keceriaan remaja di sela-sela misi berbahaya yang harus mereka hadapi. Pada akhir kisah ini, di antara dinginnya salju di ketinggian puncak gunung Orizaba teka-teki sebenarnya tentang kematian ayah Josh akhirnya terungkap, dan sekali lagi anda akan disuguhi pengalaman emosional yang akan dirasakan Josh, yang akan memberinya kedewasaan baru, jika saja tanggung jawab beratnya selama ini masih belum membuatnya makin dewasa...
Tulisan M.G, Harris ini patut diacungi jempol. Ia mampu menyuguhkan kisah petualangan-fantasi, namun tetap terasa nyata. Ditambah dengan proses penerjemahan yang sangat mulus oleh penerbit Gramedia, yang mampu mempertahankan kesan 'remaja' dalam kalimat-kalimat yang singkat, juga berhasil menyuguhkannya tanpa kesalahan ejaan satupun! Hanya saja yang membuatku agak heran adalah kualitas cover buku ini. Seingatku buku pertamanya (bukuku sudah berpindah tangan) berbahan cover lebih tebal. Cover buku kedua ini agak lembek, sehingga agak menyebabkan kesulitan untuk membawanya dalam keadaaan terbuka saat dibaca, karena kalau kita tak hati-hati, cover sebelah dalam (yang bergambar motif suku Maya) akan menjadi kusut.
Bagaimanapun juga, The Joshua Files #2 ini, Ice Shock akan cukup memberi kejutan-kejutan manis yang pasti sangat cocok untuk melepas ketegangan sebagai bacaan akhir pekanmu!
Judul: Ice Shock - The Joshua Files #2 (Kejutan Di Gunung Es)
Pengarang: M.G, Harris
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: Desember 2010
Tebal: 367 hlm