Wednesday, July 18, 2012

[Short Story] Perjalanan Berdarah (Blood Drive) by John Grisham


[Conclusion in English is at the bottom of the pos]

Cerita ini adalah salah satu dari tujuh cerita pendek karya John Grisham yang dikemas dalam buku berjudul “Ford County”. Karena ini adalah pertama kalinya Grisham menulis dalam bentuk cerita pendek, tentu saja Ford County menjadi ‘wajib baca’ bagi fans John Grisham sepertiku. Dan kali ini pertama kalinya pula bagiku untuk mengulas cerita pendek secara terpisah (bukan review buku kumpulan ceritanya secara utuh). Mengapa? Karena menurutku cara terbaik untuk menikmati kumpulan cerpen seperti ini—yang memiliki tema berbeda meski masih dalam satu topik—adalah membaca masing-masing cerpen seolah-olah mereka berdiri sendiri [baca: tidak membacanya secara simultan]. Jadi nantinya aku akan menerbitkan ulasan ke-7 cerpen secara terpisah, dan pada akhirnya aku akan tetap mereview buku ini sebagai sebuah kumpulan cerita-cerita menarik tentang Ford County, sebuah kota kecil di negara bagian Mississippi. Baiklah, sekarang aku akan mengulas cerita pertama: Perjalanan Berdarah, yang diterjemahkan dari judul aslinya: Blood Drive.

Seperti halnya yang sering terjadi di pedesaan di mana penduduknya saling mengenal akrab, demikian juga yang terjadi di Box Hill, sebuah desa di Ford County. Ketika Bailey—seorang putra daerah mereka—mendapatkan kecelakaan tertimpa perancah di sebuah lokasi konstruksi di Memphis, seluruh desa menjadi gempar. Pertama, berita kejadian itu menjadi simpang siur, dan karenanya tak ada seorang pun yang memiliki data yang akurat tentang kejadian sebenarnya.

Kedua, setelah pihak Rumah Sakit yang merawat Bailey mengabarkan bahwa si pemuda membutuhkan donor darah, kegemparan berikutnya pun terjadi. Kali ini mereka semua berusaha agar bukan dirinya yang harus berangkat ke Memphis untuk menyumbangkan darahnya, karena—lagi-lagi seperti yang biasa terjadi di pedesaan—mereka membayangkan donor darah sebagai hal yang menakutkan. Namun akhirnya dua pemuda mengajukan diri sebagai pahlawan, yaitu Aggie dan Calvin, ditemani seroang pemuda pemabuk dan pemakai narkoba bernama Robert. Bertiga mereka memulai perjalanan ke Memphis demi menyelamatkan nyawa teman mereka Bailey.

Ternyata di perjalanan banyak sekali rintangan yang menghadang. Mulai dari minuman keras, dikejar polisi, dicurigai pemilik sebuah rumah, salah masuk rumah sakit karena mereka ternyata tak tahu di rumah sakit mana Bailey dirawat (di Memphis ada 7 Rumah Sakit!), hingga yang terparah, hasrat mereka untuk bersenang-senang di stripping club hingga terlibat perkelahian missal di sana. Padahal di sebuah tempat tidur di sebuah rumah sakit entah di mana, si malang Bailey mungkin sedang membutuhkan pertolongan mereka….

Aku melihat kisah ini sebagai sebuah absurditas. Ingin rasanya aku berteriak pada penduduk Box Hill dan ketiga pemuda yang berangkat untuk menyumbangkan darah: ‘Cepatlah..cepatlah! ni masalah genting, tahu!’. Lebih jengkel lagi aku pada Aggie, Calvin dan Robert yang dengan gampangnya mengesampingkan urusan yang amat serius hanya gara-gara mereka menginginkan kesenangan! Dari sini sedikit banyak aku belajar bahwa sangat-sangat-sangat sulit untuk berkorban bagi orang lain. Aggie dan Calvin paling tidak sudah memiliki niat baik untuk pergi menyumbangkan darah (meski mau tak mau aku berpikir, apakah niat mereka murni untuk menolong, ataukah hanya agar dianggap sebagai pahlawan)? Dan kalaupun niat sudah ada (dan ingat, dari sekian banyak penduduk hanya Aggie dan Calvin yang memiliki paling tidak sedikit niat itu), kita masih dihadapkan pada perjalanan panjang untuk mengeksekusi niat baik kita. Dan di sini kita membutuhkan persistensi dan fokus pada apa yang kita niatkan. Dua hal yang tak dimiliki Aggie maupun Calvin; mereka berdua mengumpat Robert si pembuat onar, padahal mereka sendiri juga sama bersalahnya.

Hal kedua yang menarik adalah benang merah yang juga menjadi bagian dari judul kisah ini, yaitu “darah”. Menarik bahwa elemen darah menjadi titik pusat kisah ini. Bailey membutuhkan donor darah. Tiga orang berniat menyumbangkan darah. Pada akhirnya merekalah (terutama Aggie dan Calvin) yang berdarah-darah. Ketika uang mereka habis, apa yang ingin mereka lakukan? Menjual.. darah! Tak heran bila John Grisham memberi judul kisah ini ‘Perjalanan Berdarah’. Adakah anda merasakan paradox di sini? Jadi dapat kita golongkan sebagai apa kisah ini? Paradox yang absurd? Hmm….

Untung saja kisah ini ditulis oleh John Grisham, yang memang terbukti sebagai seorang pencerita yang hebat, sebab sesuatu yang sebenarnya sering kita alami (baca: kehebohan yang tak perlu sehingga mengabaikan hal yang penting, niat baik yang pupus karena godaan) mampu dianyam menjadi kisah yang cukup seru oleh Grisham. Tiga bintang aku hadiahkan untuk kisah ini, semoga aku akan menemukan kisah-kisah lain yang lebih “dalam” dari Perjalanan Berdarah ini.

Conclusion:

This story is in: Ford County, John Grisham’s first stories collection. It’s about three young men from a small village in Ford County who volunteered to donate their blood for a wounded friend called Bailey in Memphis. One of them (the bad boy, we can say) is a drunkard, and during the journey has been poisoning the two other with both dozen cans of beer and talking about stripping clubs they ought to visit. With all the distraction, it was obvious that the journey would soon become a disaster, and they would hardly come in time for rescuing the wounded friend with their blood.

I see this story as an absurdity. How could the three young men pleased themselves with beer and women, while their friend might have been dying in need of blood donor? And the most absurd here is that instead of giving their blood to rescue life, it was THEIR blood that must be shed in the end.

Yes, this story is an absurdity, yet Grisham has written it beautifully, that I can’t stop reading to get to know the ending.

5 comments:

  1. hehehe iya bener, absurd abis mba, tapi seru yah, tegangnya kerasa...favoritku ada 2 di buku ini, nanti kita compare yah =) *jadi pengen baca ulang deeeh*

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sabar yaa...bakal lama baru bisa nuntasin, aku bacanya 1 per 1 dis ela buku2 lain

      Delete
  2. John Grisham, belum pernah baca novel dari dia lo mbak.. :p
    Baca postingannya juga berapi-api. (api = merah = darah) :)
    Memang susah banget berkorban demi orang lain. Syukurnya saya memiliki golongan darah yg berbeda sama ayah ibu, kalo2 saya besok *mudah2an tidak* kehabisan darah. Biar saya pulang aja deh.. ke rumah Tuhan.
    Mbakkk, serem baca comment policynyaahhh.. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. kapan hari sempat diteror para spammer, makanya aku pasang comment policy. Nanti kalo udah mereda bakal aku cabut deh :)

      Delete
  3. Thanks again, Fanda, for joining "Short Stories on Wednesdays"! I was a crime/thriller fiction addict once in my reading life, so John Grisham easily became one of my favorite authors. He still is, but I haven't read one of his recent works for a while. With your help, I'll start with his short stories. I'm happy to know he's in your list as well.

    ReplyDelete