Thursday, October 1, 2009

The Murder Game

Waktu membeli buku ini aku agak gambling. Karena pengarangnya bukan pengarang yang aku kenal, meskipun menurut buku ini, Beverly Barton adalah ‘The International Bestselling Author’. Mungkin karena bukunya belum pernah diterbitkan di Indonesia, atau aku saja yang belum pernah baca. Anyway, melihat genrenya yang ‘Fiction-Romantic Suspense’, kayaknya asyik juga ini buku. Dan setelah aku selesai membaca, memang tak salah pilihanku. Kalau karya Sandra Brown yang bergenre sama biasanya lebih dominan romance-nya daripada suspensenya, maka The Murder Game ini benar-benar sebuah thriller-suspense yang mencekam, hanya saja ada bumbu romancenya sehingga alur ceritanya jadi lebih hidup.

Cerita dibuka oleh seorang wanita bernama Kendall Moore, seorang wanita bertubuh atletis yang juga seorang atlet lari jarak jauh. Ia sedang tersiksa, berada dalam penguasaan seorang pria gila yang menculiknya dan membawanya ke sebuah rumah di dalam hutan, jauh dari peradaban. Pria itu suka melepaskannya di tengah hutan, lalu beberapa saat kemudian pria itu mengejarnya dengan sepeda motor lalu menangkapnya lagi. Bila Kendall sulit ditemukan, pria itu malah senang, dan akan menghadiahkan makan malam. Namun kalau Kendall lemah dan gampang ditemukan, ia menghukum Kendal dengan mengurungnya di kurungan kecil dan tak memberinya makanan.

Pada akhir hari ke 21, saat Kendall sudah lemas mengikuti permainan itu, pria itu akan menangkapnya untuk yang terakhir kali, dan menembaknya sampai mati, menguliti kepalanya dan menggantungkan mayatnya terbalik di sebuah pohon di area di mana Kendall tinggal.

Pria itu bernama Pudge, dan ia memang seorang psikopat. Sejak muda ia bersama sepupunya Pinkie menemukan bahwa mereka berdua menyenangi hal-hal berbau sadis. Lalu setelah dewasa mereka melakukan permainan maut dengan pembunuhan sebagai klimaksnya. Saat itu beberapa wanita peserta kontes kecantikan terbunuh sebagai korban, yang dikenal sebagai kasus The Beauty Queen Killer. Pinkie akhirnya tertangkap oleh polisi dan FBI dan mati kena tembakan.

Hanya Griffin Powell dan Nicole Baxter yang mencurigai bahwa Pinkie sebenarnya memiliki partner dalam kejahatan itu, karena tubuh Pinkie terkena 2 tembakan dengan 2 peluru berbeda, padahal polisi hanya menembak 1 kali. Namun karena jejak si partner tak ditemukan, kasus itu ditutup. Namun kini, sang partner mulai beraksi kembali. Dan kini ia melibatkan Griff (panggilan Griffin), seorang bujangan kaya, ganteng dan playboy yang memiliki biro penyelidikan swasta yang sering bentrok dengan FBI, dan Nic (panggilan Nicole), seorang wanita cantik agen FBI yang dingin, pembenci pria dan selalu ingin disamakan dengan pria.

Pudge menelpon Griff dan Nic secara terpisah, untuk mengikut sertakan mereka ke dalam permainan barunya dengan memberikan masing-masing 2 petunjuk yang berbeda. Petunjuknya singkat saja, Stillwater-Texas-4 minggu lalu, dan Ballinger-Arkansa-kemarin. Dengan begitu, Griff dan Nic terpaksa harus bergabung untuk bersama-sama memecahkan petunjuk itu demi menemukan sang partner yang selama ini tak ditemukan. Masalahnya…Griff dan Nic saling membenci satu sama lain! Jelas dong, mana mungkin seorang feminis disatukan dengan playboy?

Setelah bergerak menyelidiki, Griff dan Nic menemukan kesamaan pada kedua kasus pembunuhan di Stillwater dan Ballinger (Kendall), yakni keduanya adalah wanita, dan atlet. Dan sementara kedua tokoh kita menyibukkan diri dengan penyelidikan, Pudge sudah mulai merencanakan aksinya lagi. Kali ini korbannya seorang pemain basket bernama Amber Kirby. Amber ternyata adalah calon korban keenam. Sebelum 2 pembunuhan yang diselidiki Griff dan Nic, sudah ada 3 pembunuhan serupa.

Mengapa korban selalu dalam keadaan tanpa kulit kepala (scalp)? Itu karena Pudge menyimpan scalp korban seolah sebagai piala. Dan ternyata, ia punya ambisi untuk mendapatkan piala yang sangat istimewa, yaitu scalp milik Nicole Baxter!

36 jam sebelum Pudge akan menculik Amber Kirby, ia menelpon Griff dan Nic untuk memberi mereka petunjuk. Petunjuk itu bila digabungkan: pirang, Debbie Glover, ruby dan permen lemon. Petunjuk yang kelihatannya mustahil disatukan, namun akhirnya mereka berdua berhasil menelusuri jejak hingga sampai pada Amber. Sayangnya mereka terlambat 3 jam. Amber Kirby sudah diculik!

Karena Griff dan Nic bekerja untuk dua instansi yang berbeda, maka baik FBI dan biro investigasi Griffin bisa bekerja dengan cara masing-masing, sementara Griff dan Nic selalu menunggu-nunggu Pudge menelpon mereka untuk menebarkan petunjuk. Dan dalam kerja sama itu, diam-diam tumbuhlah ketertarikan mereka satu sama lain, ketika mereka dapat melihat karakter sebenarnya masing-masing pihak.

Sementara itu The Hunter (begitu Pudge menjuluki dirinya sendiri) menelpon Nic dan menghubungkan Nic pada Amber yang sempat mengatakan : ‘hutan di mana-mana, air dan sungai’ sebelum telepon itu ditutup. Griff ditelponnya juga dengan tambahan pesan: Amber akan dibunuh dua setengah minggu kemudian. Meski ditunjang oleh FBI, penyelidikan mereka tak membuahkan hasil hingga mayat Amber ditemukan tergantung di pohon seperti korban-korban sebelumnya.

Permainan itu berlangsung terus, dan Griff serta Nic pun menghadapi kasus ini bersama-sama. Perlahan-lahan sisi pribadi keduanya yang misterius pun makin terkuak. Dan ketika Griff dan Nic baru saja menjadi sepasang kekasih, Pudge pun menculik korbannya yang paling tidak diduga pasangan kekasih itu: Nic!

Griff langsung panic begitu tahu Nic menghilang, dan menyadari bahwa ‘wanita spesial’ yang sebelumnya diberikan The Hunter sebagai petunjuk kepada dirinya, adalah Nicki-nya tersayang (panggilan sayang Griff terhadap Nic).

Sekarang Nic tahu mengapa Pudge selalu memilih korban yang bertubuh atletis. Karena The Hunter akan memburu mereka bagaikan hewan buruan. Diberi makan, lalu dilepaskan untuk dikejar, ditangkap lagi hingga suatu saat dibunuh! The Hunter tak suka pada wanita yang lemah dan mudah menyerah, maka tepatlah kalau ia memilih Nic sebagai buruan spesialnya. Nic yang pantang menyerah dan cerdas. Masalahnya, cukupkah itu semua untuk menghadapi seorang pembunuh psikopat yang gila dan sadis itu?

Apakah Griff akan menemukan Nic sebelum masa 21 hari itu lewat? Ataukah Nic akan bisa melarikan diri sebelum dibunuh? Ataukah the Hunter akan berhasil membunuhnya? Lalu siapakah Pudge itu sebenarnya? Akan dapat ditemukankah jejaknya? Setengah bagian ke belakang dari buku ini semuanya membawa kita dari ketegangan ke kengerian ke kejutan berikutnya. Pantaslah kalo aku mengatakan gaya berceritanya lebih memukau daripada Sandra Brown, dan memang Beverly Barton layak juga mendapat gelar The International Best Seller Author!

Mau beli bukunya? Beli aja di toko buku ya…

Judul: The Murder Game (edisi terjemahan bahasa Indonesia)
Pengarang: Beverly Barton
Penerbit: Dastan Books
Cetakan: Juni 2009 (I)
Harga: 47.200 (diskon 20% dari harga asli 59.000)




21 comments:

  1. Baca disini, hm...mencekam. Benar-benar sebuah "Fiction-Romantic Suspense". Review mantap mbak Fanda.

    ReplyDelete
  2. Bisa dapat cerita menarik di sini

    ReplyDelete
  3. Lagi lagi ..aku terpesona dengan reviewnya.
    Sekali-sekali pengen nyoba ngereciew juga akh...

    nice sharing

    ReplyDelete
  4. menurutku, endingnya hepi dnegan sebuah petualangan seru wkwkkw. setelah membaca ripiuw mbak fanda, aku jadi ga kepingin beli, soale uda spoiler duluan. wkwkkw

    ReplyDelete
  5. (maaf) izin mau KELIMAAAXXZ duluan. Boleh kan?!
    Baca reviewnya keliatannya seru sekaleeee.
    Jadi pengen ikutan baca

    ReplyDelete
  6. pernah denger namanya tapi blm baca karyanya nih.

    ReplyDelete
  7. Sebuah "Fiction-Romantic Suspense".
    Kebetulan aku pernah baca bukunya, saya ingat kembali setelah membaca ulasan Mbak yang mantap. Kisah romantis dalam novel ini membuat ceritanya lebih menegangkan.

    ReplyDelete
  8. Penjelasan untuk pengambilan hadiah kontes dindasmart.com :

    Update yg itu adalah dari Mas Purba, yg bertugas memberikan hadiah berupa hosting, sedangkan untuk hadiah domain dan uang adalah tugasnya dinda. (sampai skrg, blm saya terima)

    Maksud dari update itu adalah, bagi yg sudah mendapatkan domain, silakan teruskan dnsnya ke bla.. bla.. bla..

    nah kalo blm ya mana bisa diteruskan, hehe... dns darimana?

    sabar aja Mbak fanda, yg kebagian ngasih hadian domain blm bisa dihubungi, kata Mas Purba.

    nanti kita akan dapat email pemberitahuan, untuk lebih jelasnya silakan nanya langsung ke Mas Purba, liat contact di websitenya http://rahasiawebsite.net

    ReplyDelete
  9. kayaknya lebih bagus baca resensi ini dari bukunya I Like Fiction

    ReplyDelete
  10. Wiiih ... baca refiewnya aja udah seru, Fan. Kamu memang jago bikin kayak ginian.
    Jadi pengen beli bukunya nih.

    Terima kasih infonya, yaaaa!

    ReplyDelete
  11. reviewnya manteb, dari puluahan lembar halaman bisa di review dalam satu halaman posting dengan deskriptif. Makin hebat ajah nih si kutu buku, hihuiiiii

    ReplyDelete
  12. serem ceritanya mbak..
    tapi kok nggak di selesaikan sekalian mbak? jadi nggak perlu baca bukunya. hehe..
    Endingnya gimana mbak? Nic terbunuh atau tidak mbak? :)

    ReplyDelete
  13. Reviewnya seru mbak... Tapi aku gak mau ah belu bukunya, habis serem gitu.
    Buku Hanibal aja gak sanggup aku selesaikan, gak tahan sih dg ceritanya yg serem itu.. ^_^

    ReplyDelete
  14. Wuihh... bagus novelnya. Mencekam ! Jadi pengen beli ? Thank's reviewnya ....

    ReplyDelete
  15. Mbak Fanda.... miss u.. :) lama gak ke rumah mbak. Wah, abis baca buku lagi yah mbak? ini pasti yang di ceritain di FB mbak Fanny nih.. :) salut! sekarang, mo ke rumah mbak yang pake baju batik :)

    ReplyDelete
  16. Baca review-nya, aku jadi ikutan lelah, Mbak. Cuma mau tanya, Nic akhirnya masuk second base nggak sama Griff-nya?

    *pertanyaan nggak penting banget*

    ReplyDelete
  17. Pa kabar mbak fanda....masih eksis dengan bacaanya?wah seneng deh.....salut buat mbak ya.......ini misteris mbak........maaf lahir batin!

    ReplyDelete