Friday, October 8, 2010

Theodore Boone: Pengacara Cilik

Akhirnya terbit juga sebuah buku dari salah satu penulis favoritku: John Grisham. Meski sebenarnya yang kutunggu-tunggu adalah buku yang lain, tapi tetap kehadiran buku Theodore Boone ini cukup mengobati kerinduanku pada tulisan John Grisham. Banyak orang mengakui bahwa John Grisham adalah penulis yang bagus, namun enggan membaca bukunya karena memang genre thriller hukum tergolong “agak berat”. Ada juga beberapa karya Grisham yang agak membosankan karena terlalu banyak aspek hukumnya. Aspek hukum yang menampilkan pertarungan di pengadilan sih masih seru, tapi kalau sisi hukum itu banyak di teori hukumnya sendiri, minat baca kita bisa meluntur karenanya. Tapi tetap saja, John Grisham menjadi salah satu penulis favoritku karena aku suka pada cara ia menulis. Sulit untuk menjelaskannya karena aku bukanlah penulis fiksi, hanya penikmat karya fiksi. Tapi cara ia bercerita membuat hal yang sebenarnya membosankan menjadi menarik. Dan ia membuktikan dirinya mampu menulis dengan karakter yang berbeda. Tentang ini, aku pernah menulis di posting tentang John Grisham ini.

Anyway, begitu aku tahu buku ini terbit, langsung kuputuskan untuk membelinya (dan langsung membacanya!). Bagi anda yang tak suka bacaan “berat”, Theodore Boone ini bisa menjadi pilihan anda karena kisahnya dijalin dari pendekatan seorang anak laki-laki berusia 13 tahun. Cara Grisham bertutur pun lebih simple, teori-teori hukum yang diselipkan juga teori yang sudah kita kenal dalam hukum Amerika (saking seringnya membaca buku dan menonton film ex Hollywood). Pendek kata, Theodore Boone menjadi sebuah tulisan yang amat menarik dan menghibur untuk dibaca.

Pengacara cilik? Apakah mungkin seorang ABG berusia 13 tahun menjadi pengacara? Tentu saja tidak. Dan faktor inilah yang menjadi daya tarik buku ini. Theodore Boone adalah seorang anak yang unik. Lahir dari keluarga pengacara, ayah, ibu, bahkan paman, ia pun dibesarkan sebagai anak tunggal dalam suasana yang nyaris dipenuhi soal hukum. Bayangkan kalau ayah dan ibumu sama-sama berkarir di bidang yang sama, pasti omongan mereka sehari-hari mayoritas tentang hal-hal dalam karir itu, kan? Belum lagi jam kerja ortunya yang panjang, menyebabkan Theo paling banyak menghabiskan waktunya di luar jam sekolah, di kantor kedua ortunya dan di pengadilan.

Pengadilan? Ya, itu karena Theo sering disuruh ibunya memasukkan berkas ke pengadilan untuk didaftarkan. Dan hal-hal sepele lain yang membuat ia sering mondar-mandir di pengadilan, hingga mengenal hampir semua staff yang bekerja di sana. Termasuk juga hakim-hakimnya. Hebat bukan? Mungkin Theo adalah remaja yang paling mengerti hukum di seluruh dunia. Dan karena itu pula, ia sering dimintai bantuan oleh teman-teman sekolahnya mengenai soal hukum. Kalau ada imigran illegal yang takut soal deportasi atau penyitaan rumah karena telat membayar sewa, orang yang pertama dimintai nasihat adalah Theo. Karena itu, tak heran bahwa Theo pun memiliki kantor-tak-resmi di bagian belakang kantor ortunya. Makin asyik aja ya?

Suatu ketika terjadi kasus terheboh yang pernah terjadi di kota mereka. Pembunuhan seornang wanita yang tinggal di perumahan dekat lapangan golf. Tersangka utama adalah sang suami, meskipun tak ada bukti secuilpun yang menunjukkan keterlibatannya. Tak ada saksi, tak ada bukti. Jaksa Penuntut Umumnya sudah hampir putus asa, Pengacaranya sudah mulai jemawa karena membayangkan kemenangan di depan mata, para juri sudah siap-siap menyelesaikan tugasnya, bahkan Hakim juga sudah ingin menyelesaikan sidang secepatnya, ketika sebuah kejutan justru datang menghantam Theo si bocah pengacara cilik.

Karena aktif mengikuti jalannya sidang (kalau anak lain menghabiskan waktu di internet dengan download lagu-lagu atau game, Theo malah meng-hack notulen sidang untuk mengetahui apa saja yang terjadi saat sidang berlangsung, ketika ia harus masuk sekolah), Theo tahu semua detail tentang kasus pembunuhan itu. Dan tidak mengherankan juga kalau ternyata dia, dan hanya dia seorang yang mengetahui sekaligus memiliki sebuah bukti akurat tentang pembunuhnya.

Theo yang malang, yang hanya seorang remaja yang suka dan berminat dengan hukum, tak menyangka harus menanggung beban yang amat berat. Bila ia mengabaikan bukti itu, ia akan membiarkan seorang pembunuh bebas, namun jika ia menunjukkan bukti itu, kehidupan seseorang akan harus dikorbankan. Di titik ini, semuanya berjalan dengan wajar, tak dipaksakan. Theo memang bukanlah bocah ajaib, ia hanya dibesarkan dalam kondisi yang unik. Itu saja.

Menyenangkan juga sesekali membaca kisah yang down-to-earth. Kisah yang membuat kita tetap “menginjak bumi”, membuat kita berpikir bahwa kisah itu bisa saja terjadi pada manusia normal seperti kita semua. Ditambah dengan alur dan cara penulisan John Grisham, membuat buku ini sangat menyenangkan. Salut juga buat Gramedia yang memberikan cover yang elegan dan kertas yang bagus sehingga buku ini menjadi lain daripada buku-buku John Grisham biasanya. Sayang sekali, kali ini Gramedia tak menyisipkan sebuah pembatas buku. Padahal itu salah satu barang yang aku nantikan saat membuka pembungkus buku baru….

Bagi yang ingin mendapatkan buku ini dengan diskon 25%, segera saja ke Vixxio ya.. Di sana sedang ada promo. Setiap beli 1 buku bekas, akan dapat diskon 25% untuk 1 buku terbitan Gramedia (judul apapun). Buruan ya, karena promonya berakhir tgl. 15 Oktober 2010!

6 comments:

  1. hmm..ini toh buku yg kita gosipkan saat kopdar.

    ReplyDelete
  2. Mbak... aku penasaran nih. Bagaimana Theo bisa tahu pembunuhnya..? Dan, siapa pembunuhnya..?

    ReplyDelete
  3. Jadi penasaran pengen baca bukunya... karena tertarik dengan si Theo hehehe

    ReplyDelete
  4. (Maaf) izin mengamankan KEEMPAX dulu. Boleh, kan?!
    Jadi penasaran banget pengen baca...

    ReplyDelete