Monday, June 27, 2011

Lee Raven Boy Thief

Pernahkah anda ketika membaca buku, merasakan bahwa buku itu, begitu dibuka pada halaman pertama, tiba-tiba seolah menjadi hidup? Dan selanjutnya, selama buku itu tetap terbuka, ia lantas memuntahkan kisahnya pada anda, dan berhenti setiap kali anda menutupnya? Pernahkah anda sadari, bahwa buku yang sama apabila dibaca oleh dua orang yang berbeda, akan bercerita pada kedua orang itu dengan cara yang berbeda pula?

Buku. Sebuah benda mati. Sekumpulan kertas berisi coretan (atau ketikan) yang dijilid menjadi satu. Bagaimana ia bisa menjadi hidup ketika kita membacanya? Itu karena saat kita membaca, kita mencurahkan kecintaan kita pada buku itu. Kita memegangnya dengan hati-hati, jangan sampai ia terlipat, jangan sampai ia terkena air. Kita mencurahkan perhatian pada kata demi kata yang muncul di sana dengan rasa takjub. Ketika kita dengan antusias mengikuti cerita di buku itu, maka buku itu akan dengan antusias pula memuntahkan cerita itu seperti yang kita inginkan. Bahkan, kadang-kadang, buku pun bisa bercerita kepada seorang anak yang tak dapat membaca. Tepatnya, kepada seorang remaja laki-laki penderita disleksia bernama Lee Raven. Atau kalau anda ingin, anda bisa menjulukinya Lee Raven Boy Thief. Karena memang itulah pekerjaannya, mencopet!

London, Inggris, suatu malam di bulan April tahun 2046. Di sanalah kisah ini bermula. Tepatnya di kawasan Soho, ketika seorang remaja berusia sekitar 15 tahun memutuskan untuk mencopet dompet milik seorang wanita kaya. Ia berhasil, karena memang ia telah terbiasa mencopet. Bahkan ia lahir dan hidup dalam keluarga pencopet. Lee Raven memang pencopet kecil. Sama seperti ayahnya, serta saudara-saudaranya: Finn, Billy dan Ciaran. Hanya saja, kali ini dompet itu akan membawanya ke dalam sebuah petualangan seru, menegangkan sekaligus mengasyikkan.

Menghindar dari kejaran petugas keamanan si wanita kaya, kedua kakinya membawa Lee ke pintu belakang sebuah rumah. Sang pemilik rumah yang penuh buku itu adalah Mr. Maggs, seorang penjual buku antik yang tinggal di sana bersama asisten remaja perempuan yang ia anggap anak kandungnya: Janaki. Mr. Maggs mengira Lee tamu yang ditunggunya, dan menyuruhnya masuk. Ketika Mr. Maggs meninggalkannya di ruang kerjanya, tak sengaja Lee menemukan sebuah buku tua di dalam sebuah kotak penyimpan barang berharga. Dan secara tak sengaja pula buku itu meluncur masuk ke kantong rahasia yang ada di dalam jaket Lee tempat ia biasa menyimpan hasil copetannya, ketika ia nyaris ketahuan Mr. Maggs. Meski Lee tak dapat membaca karena disleksia, ia mengenali buku itu sebagai Beano Annual. Beano Annual adalah cerita anak-anak bergambar dengan banyak karakter, yang diterbitkan setiap tahun di Inggris pada bulan yang sama (pertama diterbitkan tahun 1939, dan tahun ini edisi ke 73 akan terbit). Salah satu karakter terpopuler di situ adalah Dennis The Menace. Cerita itu sering dibacakan oleh ibunya ketika Lee kecil. Beano itu merupakan satu-satunya persentuhan Lee dengan buku selama hidupnya. Yah...sampai saat ini tentu saja. Sampai ia tak sengaja mencuri buku, dan terlibat dalam petualangan yang akan membuatnya memandang buku dengan cara yang berbeda...


Salah satu cover Beano Annual, edisi ini terbit tahun 1976. Karena kepopulerannya, tokoh Dennis The Menace selalu tampil di setiap cover sejak tahun 1979


Salah satu yang menarik dalam buku ini adalah gaya bercerita dari sudut pandang tiap karakter, secara bergantian. Gaya ini akhir-akhir ini sering kujumpai di novel-novel terjemahan. Menurutku, gaya itu akan sukses apabila ceritanya memiliki hanya beberapa tokoh utama yang sangat kental perannya. Aku teringat pada buku The Other Side Of Midnight-nya Sidney Sheldon, di mana kisah berfokus pada dua wanita yang memperebutkan seorang pria. Karakter keduanya sangat kental karena pengenalan kita kepada mereka telah dibangun sejak awal kisah, silih berganti hingga akhir. Sehingga, kalaupun nama mereka ditiadakan, kita akan tetap mengenali siapa yang sedang diceritakan. Sedangkan buku ini, memiliki terlalu banyak tokoh untuk dapat digali lebih dalam. Sehingga saat membaca kita kadang bingung, tokoh siapa yang sedang berperan, karena terasa serupa satu sama lain. Ini ditambah dengan adanya beberapa kesalahan penempatan nama (entah dari buku aslinya atau saat penerjemahan).

Kembali pada kisah Lee, ketika meninggalkan rumah Mr. Maggs, Lee baru sadar bahwa dompet yang dicopetnya tertinggal di ruang kerja Mr. Maggs. Sebaliknya, buku Beano itu yang justru terbawa olehnya di dalam jaket. Dari pencopet dompet, Lee tiba-tiba menjadi pencuri buku. Namun anehnya, buku yang terbawa olehnya itu yang justru lebih diburu orang daripada dompet milik wanita kaya yang penuh uang tunai. Buku apa sebenarnya yang dibawa oleh Lee? Dan mengapa gara-gara buku itu, pemilik sebenarnya buku itu sampai dibunuh? Jawabannya tentu saja terletak pada dan di dalam buku itu sendiri. Maka dimulailah petualangan Lee yang malang, bersama dengan buku itu, yang ternyata memang bukan buku biasa.

Tiap kali buku itu dibuka, ia akan menampilkan cerita yang berbeda. Berbeda untuk setiap orang, dan berbeda setiap waktu. Cerita yang disajikannya akan disesuaikan dengan selera atau kebutuhan pembacanya. Ketika hari ini kita membaca kisah Cinderella misalnya, dan menutup buku itu sebelum kisahnya tamat, maka keesokan paginya ketika kita membuka buku itu lagi (di halaman pertama lagi), kita akan menemukan kisah lanjutannya. Tapi, jika kita sudah menamatkan Cinderella, maka selanjutnya ketika membuka halaman pertama buku itu lagi, kita akan menemukan kisah lainnya, Harry Potter misalnya. Asyik kan? Aku membayangkan...seandainya aku memiliki buku seperti itu. Buku yang ada sejak aku kecil, yang kubawa kemana-mana, dan tiap selesai membaca satu cerita, buku itu akan memilihkan cerita baru yang pasti kusenangi ketika aku buka lagi halaman pertamanya keesokan harinya. Aahhh...alangkah bahagianya hidupku kalau itu yang terjadi! Memiliki sebuah buku yang tak ada habisnya... Bahkan Lee Raven yang disleksia pun akhirnya bersahabat dengan buku itu. Dari buku itu, ia menggali banyak cerita indah dan mempesona. Bahkan buku itu memaparkan kisah sejarah tentang dirinya sendiri! Tapi...Lee kan tidak dapat membaca? Bagaimana ia bisa menikmati buku itu? Itu adalah salah satu misteri si buku tua yang oleh Lee diberi nama lucu: Booko. Anda pun harus membuka buku Lee Raven Boy Thief ini untuk mendapatkan cerita lengkap yang jauh lebih seru dan asyik daripada reviewku ini, dan tentu saja untuk memecahkan misteri si Booko!

Aku selalu suka dengan kisah-kisah yang berkaitan dengan buku. Apalagi melihat kecintaan orang terhadap buku. Mungkin agak aneh kalau orang memperlakukan buku seperti memperlakukan harta karun. Namun kupikir, buku MEMANG merupakan harta karun yang, tak seperti emas atau berlian yang bisa berkarat atau hilang, sekali isi sebuah buku kita serap, kita takkan kehilangan makna dan pengetahuannya yang mempengaruhi cara pandang kita dalam hidup. Satu-satunya yang membuatku kurang puas pada buku ini, hanyalah sosok ke mana si Booko akan menjelma di akhir cerita. Rasanya, aku jauh lebih suka kalau Booko tetaplah sosok sebuah buku, dengan segala misterinya. Itulah sosok buku yang ingin selalu kukenang dari kisah ini.


Penulis buku ini, two in one

Kalau buku tentang buku yang bisa bercerita sudah unik, penulis buku ini juga tergolong unik. Dulu kusangka Zizou Corder adalah nama maskulin dari seorang pria. Ternyata dugaanku keliru. Zizou Corder adalah perempuan, dua orang perempuan. Mereka adalah ibu dan anak, Louisa Young dan Isabel Adomakoh Young. Karena nama mereka terlalu panjang sebagai penulis buku, maka mereka mencatut nama kadal peliharaan Isabel yang bernama Zizu. Dari situlah nama Zizou Corder diambil. Louisa, sang ibu memang seorang novelis. Hasil karya mereka yang pertama adalah trilogi Lion Boy, yang idenya berasal dari dongeng sebelum tidur ketika Isabel masih berusia 3 tahun! Lalu tujuh tahun kemudian barulah ibu dan anak ini berkolaborasi menelurkan bukan hanya 1 tapi 3 buku sekaligus. Ini salah satu bukti bahwa untuk menulis, pertama-tama anda harus: TERUS MEMBACA. Jadi, kalau belum mulai membaca, anda bisa mulai dari buku yang berkisah tentang buku ini. Semoga dengan begitu kecintaan anda akan buku makin bertambah...

Judul: Lee Raven Boy Thief (Pencopet Cilik)
Penulis: Zizou Corder
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Terbit: April 2011
Tebal: 295 hlm

9 comments:

  1. waaaaa, cerita tentang bukuuu, harus punya, harus punya, harus punya... :)

    ReplyDelete
  2. berapa bintang mba? aku punya buku ini tapi ngga pernah kusentuh, ternyata ceritanya bagus. hehehe..

    ReplyDelete
  3. wah...sama ceritnya bagus ya..
    jadi pengen punya :)

    ReplyDelete
  4. wah, saya juga baru mengunggah review saya atas buku ini. namun, berbeda dengan mbak fanda, saya nggak enjoy membacanya. anyway, ini pengalaman pertama saya dalam membaca buku dengan gaya bertutur semacam ini. jadi, meski saya tidak enjoy, saya mendapatkan pengalamannya. terima kasih

    ReplyDelete
  5. wahhh semua buku tentang buku sih wajib baca ya..hihi..beberapa kali liat buku ini di gramed tp belum ttarik beli. kayaknya jd salah satu daftar belanja di PBJ neh =D

    ReplyDelete
  6. hm..layak dikoleksi kayaknya :)

    ReplyDelete
  7. wahh..aku juga pikir Zizou itu cowok.. kemarin ga baca Lion Boy..ternyata ibu dan anak :))

    terus..buku ini idenya unik sekali..i'll give a try to Zizou deh kayaknya..hmm wishlist jadi nambah lagi T_T

    reviewnya keren btw..

    ReplyDelete
  8. Wah bolak balik liat buku ini, tertarik tapi ga sampai pengen beli karena covernya ga jelas :p Kapan-kapan beli deh, sudah masuk wishlist.

    bagus mbak reviewnya!

    ReplyDelete