Tuesday, July 14, 2009

The Curious Case of Benjamin Button

Pernahkah anda bayangkan, bagaimana kalo jarum sebuah jam berputar ke arah yang yang sebaliknya? Apa yang akan terjadi seandainya kehidupan ini berjalan mundur, bukannya maju? Film yang masuk nominasi Oscar ini akan membuka mata kita bahwa banyak hal yang tak pernah kita pikirkan bisa saja terjadi, dan hanya dengan kedewasaan dan cinta-lah kita akan sanggup menghadapinya.

Kisah yang amat unik ini tertoreh pada sebuah diary tua berwarna coklat yang disimpan oleh seorang wanita tua renta yang sedang mendekati ajal di sebuah ranjang rumah sakit, ditemani oleh anak perempuan semata wayangnya. Pada saat-saat terakhir itu si wanita tua tampaknya ingin membuka sebuah rahasia yang selama ini ia simpan rapat-rapat pada anaknya. Maka si anak disuruhnya membacakan isi diary itu. Inilah isi diary Benjamin Button...

Tepat pada hari berakhirnya Perang Dunia II pada thn 1918, seorang ibu meninggal dunia setelah melahirkan anak lelakinya ke dunia. Si ibu berpesan pada suaminya untuk ‘memberi anak mereka tempat (dalam hidup)’. Aku awalnya bingung, apa maksudnya? Namun pertanyaanku langsung terjawab begitu si suami melongok ke box bayi. Ia spontan meloncat menjauh sambil berteriak, kaget setengah mati melihat bayinya yang mirip monster! Maaf, kata jelek saja tidak cukup untuk mendeskripsikan kondisi si bayi. Wajah dan kulit di sekujur tubuhnya penuh kerut persis seperti milik seorang berusia 80 tahun! Ya, bayi ini terkena suatu kelainan gen. Si ayah yang panik (mungkin karena sangat kecewa dan tak dapat menerima kenyataan) langsung menggendong bayi itu dan membawanya pergi. Ia letakkan bayi yang terbungkus selimut itu di anak tangga sebuah rumah, lalu pergi begitu saja...

Rumah itu ternyata adalah sebuah Panti Jompo. Adalah seorang wanita muda keturunan kulit hitam bernama yang menemukan bayi itu. Ia kaget melihat kondisi si bayi, namun bertekad untuk merawatnya, meski sang tunangan tak setuju. Si wanita berkata: ‘Ia mungkin seperti monster, tapi ia tetap makhluk ciptaan Tuhan’. Bayi itu ia beri nama Benjamin. Benjamin kecil (namun berwajah dan bertubuh tua) dibesarkan di lingkungan panti jompo bersama penghuni lainnya. Wajar saja kalo Benjamin kesepian, karena banyak orang menganggapnya berbeda. Ia agak terhibur ketika ada cucu seorang penghuni panti itu yang sedang mengunjungi neneknya. Seorang anak perempuan yang manis bernama Daisy, yang suka berteman dengan Benjamin, dan tidak menganggapnya aneh.

Kelainan yang diderita Benjamin itu ternyata membuatnya semakin hari justru menjadi semakin muda. Maka saat telah berusia 17 thn, tubuh Benjamin sudah makin muda dan kuat. Ia lalu meninggalkan rumah ibunya untuk hidup mandiri, dengan bekerja sebagai kelasi di sebuah kapal. Ia meninggalkan Daisy meski benih-benih cinta mulai tumbuh. Pernah pada suatu masa Benjamin terlibat asmara dengan wanita lain, dan ini ia tuliskan di kartu pos-kartu pos yang rutin ia kirimkan untuk Daisy. Hal itu membuat Daisy memutuskan untuk pindah ke New York fokus untuk belajar menari. Meski mereka berdua mengambil jalan yang berbeda, namun takdir toh mempertemukan mereka kembali saat usia keduanya sudah dewasa.

Saat Daisy hamil, yang dipikirkan oleh Benjamin adalah, bagaimana kelak ia harus membesarkan anaknya dengan kelainan fisik yang akan membuatnya menjadi semakin muda. Kan ga lucu kalo saat si anak tumbuh dewasa, si ayah malah jadi anak kecil lagi? Benar-benar tantangan hidup yang berat ya?

Lalu, bagaimana Benjamin dan Daisy mengatasinya? Dan apakah Benjamin akan menjadi semakin muda sampai tiba pada fase anak-anak di usia tuanya? Lalu siapakah si ibu tua yang memiliki diary Benjamin itu? Semua akan terjawab setelah anda nonton film sepanjang 2,5 jam ini! Memang dialognya agak melelahkan untuk diikuti, namun banyak nilai yang aku petik dari film apik yang dibintangi si ganteng Brad Pitt ini (lumayanlah meski rada panjang, bisa menikmati wajah Brad Pitt muda nan keren, dengan kacamata hitam dan jaket kulitnya).

Benjamin mengajarkan pada kita bahwa tak perlu berkecil hati saat kita berbeda dari orang lain. Berbeda bukan berarti kita buruk atau salah. Bila kita menganggap diri kita sama dengan orang lain, orang pun akan memperlakukan kita sama dengan mereka. Jangan menutup diri hanya karena anda berbeda!

Semua manusia adalah ciptaan Tuhan, ganteng atau jelek, normal atau tidak normal. Kita harus menerima mereka sebagai sesama kita. Apalagi kalo ia adalah keturunan kita sendiri. Justru pada anak seperti inilah cinta dan dukungan orang tua sangat berpengaruh pada hidup mereka selanjutnya. Beruntunglah Benjamin karena dipungut oleh pribadi yang kuat namun penuh cinta seperti .... Berkat cinta .... lah Benjamin bisa hidup dengan bahagia.

Saat mendidik anak dengan kebutuhan khusus atau yang ‘berbeda’, perlakukanlah mereka secara normal. Sikap over-protektif justru akan menyulitkan mereka saat dewasa.

Jangan pernah putus asa saat orang menganggap kita aneh. Jangan pula bertanya ‘mengapa’. Justru harusnya kita mencari kelebihan yang ada pada diri kita, dan mengeksplornya, untuk memberikan nilai-nilai yang dibutuhkan oleh dunia.

Menjadi tua bukan alasan bagi kita untuk ‘berhenti’ dari hiruk pikuknya hidup. Selama tubuh dan kesehatan masih memungkinkan, ada begitu banyak hal yang bisa dilakukan agar kita tetap berguna bagi dunia dan sesama. Contohlah Benjamin Button yang memutuskan untuk bekerja sebagai pekerja kasar di kapal, dalam keadaan fisiknya yang seperti orang tua. Sementara orang-orang jompo lainnya, yang mungkin saja secara fisik lebih muda darinya tak ada yang bergeming. Fisik boleh menjadi tua, namun tetaplah menjaga agar semangat senantiasa menggelora!

Akhirnya, film ini mungkin film terunik yang pernah aku tonton. Pesona Brad Pitt tak perlu diragukan lagi, baik dari segi wajah maupun akting. Sayang pemeran Daisy saat dewasa (Cate Blanchet) tidak secantik pemeran waktu kecilnya. Namun secara keseluruhan, ini jenis film yang akan membuat hati anda tergetar, dan kesan yang ditorehkannya dalam hati anda tak akan pudar dalam waktu singkat. Peringatan: Buat yang merasa diri cengeng, harap siapkan sekotak tissue saat nonton film ini!




24 comments:

  1. Film yang bagus. Resensinya yang mantap. Saya membayangkan nobar film rame-rame Mbak Fanda, mbak Reni, Anazkia, Jeng Sri,dll, hm....pasti seru ya. Kapan dong kita nobar mbak....?

    ReplyDelete
  2. Aku juga ikutan nonton dong,... sekalian jadi bodyguard.Resensinya syik banget nih....

    ReplyDelete
  3. oh bagus yah...aku sempat ragu-ragu mau pinjem ni film...coz ada yang bilang alurnya pelaaaaaaaannn banget :P

    ReplyDelete
  4. waow keren,pengen ni liat,review yang keren juga,bikin orag tertarik pengen liat,aku suka kata ini "Benjamin mengajarkan pada kita bahwa tak perlu berkecil hati saat kita berbeda dari orang lain. Berbeda bukan berarti kita buruk atau salah. Bila kita menganggap diri kita sama dengan orang lain, orang pun akan memperlakukan kita sama dengan mereka. Jangan menutup diri hanya karena anda berbeda!
    duh.......... ngena banget!!

    ReplyDelete
  5. wah aku udh review ini jaman kapan ya, udh lama bgt deh hehehe...
    pelemnya oke, tp suamiku gak suka, membosankan ktnya...

    ReplyDelete
  6. Aku dah pernah denger tentang film ini,, emang katanya sih keren abis.. Tapi setelah baca repiuanny mbak fanda jd tambah pengen nonton neh...!!

    ReplyDelete
  7. Setelah sejak hari minggu terisolasi gara2 komp ngambek, hari ini kerinduan terobati dengan baca resensi fanda. Jelas ini film yang sayang buat dilewatkan!

    ReplyDelete
  8. Cerita yang penuh pesan moral nieh. Resensinya juga menarik, jadi pengin lihat nih film. Q catat dulu judulnya.
    Terima kasih informasinya ya Fanda:)

    ReplyDelete
  9. aku juga lagi cari dvdnya tuh mbak...
    hehehe... lagi bisa OLlewat HP nih...

    ReplyDelete
  10. suka banget sama film ini..
    iya bener klo nonton haru sedia box tissue yang dekat dengan jangkauan tangan :-D

    ReplyDelete
  11. Waah aku siih biasa-biasa saja kalo ada jarum jam yang berbalik arah,,emang ada apaan kalo jarum jamnya berbalik arah??
    ya iya laah biasa saja laah wong yang dipakek jam-nya orang arab jadi muternya kekiri,,dasar aneeeh si-Hams ini

    ReplyDelete
  12. Film yang keren , :D

    saya nonton sampai hatam pokoknya, gimana rasanya jadi si benjamin ya , jadi anak kecil tapi udah pikun ... huhuhu

    ReplyDelete
  13. Repewnya mantap ...sepertinya jadi terundang ntuk nonton tuh film.
    thanks 4 sharingnya

    ReplyDelete
  14. Filmnya ini bagus banget mbak..
    reviewnya mbak Fanda mantep banget

    ReplyDelete
  15. Sepertinya film itu bagus banget, apalagi didukung dengan review yg mantap !! Jadi pengen nonton nih... (padahal aku tak suka nonton film lho).

    ReplyDelete
  16. Mumpung bisa mampir balik lagi ah...
    Mbak Fanda hebat ngreviewnya... bisa membuatku yg tak suka nonton film jadi penasaran pengen nonton. Seep...!

    ReplyDelete
  17. Komen-nya 3 aja cukup ya...? Hehehe... Sorry sedang pengen iseng nih...

    ReplyDelete
  18. Fanda, sering2 buat review film ya? :-)

    ReplyDelete
  19. Sorry kalo ini bener-2 karena ada yg kelupaan..!
    Aku setuju aja kalau diajakin nobar bareng-2 dg mbak Elly, mbak Fanda dll. Kapan tuh.. ??

    ReplyDelete
  20. Resensi film yang sangat luar biasa! jujur setelah selasai membacanya rasanya pingin segera menonton filmnya.

    yang ini maknanya cukup dalam ya "Jangan pernah putus asa saat orang menganggap kita aneh. Jangan pula bertanya ‘mengapa’. Justru harusnya kita mencari kelebihan yang ada pada diri kita, dan mengeksplornya, untuk memberikan nilai-nilai yang dibutuhkan oleh dunia."

    Blog Untuk SEO

    ReplyDelete
  21. cerita yg menarik. tetapi saya lebih suka baca bukunya deh.

    ReplyDelete
  22. waahhh aku baru aja beli DVD ya nih fan, tapi blm sempet di tonton hihihi....
    minggu ini deh!

    ReplyDelete
  23. wah!!! bagus salam kenal dari wakhid!!!
    asik juga cerita filmya!! kapan2 mampir yo keblogku thanks

    ReplyDelete