Entah mengapa, tapi setiap kali aku masuk ke toko buku atau ke bursa buku, selalu aku akan pulang dengan membawa paling sedikit sebuah buku. Beberapa waktu lalu adik angkatku mengajakku masuk ke toko buku rohani. Aku merasa aman-aman saja karena tidak berencana beli buku rohani, paling cuma nemenin si adik. Eh, tak tahunya aku menemukan Chicken Soup for the Writer’s Soul ini di barisan rak terakhir yang aku susuri. Ya ampun...kenapa ya kok Chicken Soup dijual di toko buku rohani?? Yah..akhirnya aku malah lebih cepat dapet buku daripada adikku yang asli memang pengen ke toko itu. Nasib!
Tapi, setelah membaca bab-bab awal buku ini, aku merasa beruntung sekali menemukan buku ini. Buku ini mengumpulkan kisah-kisah nyata para penulis, yang kebanyakan memiliki jalan yang unik, panjang, dan kadang berliku untuk akhirnya menyadari bahwa menjadi penulis adalah jalan hidupnya. Di buku ini aku menemukan banyak inspirasi, juga pelajaran berharga tentang dunia menulis, serta motivasi untuk terus menyalakan impianku untuk menjadi penulis.
Kalau menilik dari cerita para kontributor itu, kebanyakan penulis adalah orang-orang biasa seperti kita. Pada awalnya mereka tak pernah membayangkan akan menjadi penulis, meski sebagian dari mereka memang menikmati aktivitas menulis dari awal. Contohnya Cookie Potter (sungguh..ini ga ada hubungannya ama Harry Potter!). Ayah Cookie sering membacakan cerita untuknya saat ia masih kecil. Lalu suatu hari si ayah meminta Cookie kecil untuk bercerita tentang dirinya sendiri, sementara si ayah menuliskan tepat seperti yang dikatakan Cookie. Tanpa sepengetahuannya, ayah Cookie telah mengirimkan tulisan itu ke majalah anak, dan cerita itu diterbitkan. Kegembiraan Cookie hanya sebentar karena tepat setelah itu si ayah bercerai dengan ibunya dan meninggalkan mereka berdua.
Namun, bibit yang telah ditanamkan oleh sang ayah terus bersemi di jiwa Cookie. Saat Cookie bersekolah dan bisa menulis, ia pun jadi sering menulis dan mengirimnya ke majalah. Dan sampai tua pun Cookie tetap suka menulis, dan menulis sudah menjadi panggilan jiwanya. Cerita yang sangat menyentuh! [hal. 33]
Kadang-kadang jalan untuk menulis itu datangnya tak disangka-sangka. Seperti Kate M. Brausen, yang ketika kecil adalah anak yang aktif dan suka memanjat pohon dan mengkhayal sambil duduk di dahannya. Suatu hari ia didiagnose mengidap kanker sehingga tak dapat lagi menekuni aktivitas fisik. Maka Kate yang amat sedih dan marah mengeluarkan notes dan mulai menulis untuk menumpahkan kekesalannya. Ia terus saja menulis sampai akhirnya terciptalah puisi yang indah tanpa ia sadari. Kini ia telah menjadi penulis full time dan selalu bergairah saat menulis. [hal. 22]
Bisa juga hasrat menulis itu datang setelah sebuah penghinaan yang menyakitkan, seperti yang dialami Chet Cunningham. Ia dianggap murid bebal dan diprediksi takkan lulus dari mata kuliah jurnalisme oleh seorang profesor. Hatinya hancur! Namun penghinaan itu melevut dirinya untuk bekerja 3x lebih keras dari mahasiswa lainnya, untuk membuktikan pada sang profesor bahwa ia mampu. Dan itu tak sia-sia. Ia akhirnya mendalami dunia menulis dengan serius, dan menjadi penulis yang sukses. Hal itu takkan terjadi kalau tak ada seorang profesor yang meragukan kemampuannya. [hal. 118]
Mayoritas penulis yang berkontribusi di sini pernah dan telah berulang kali gagal. Ada yang terus berusaha, ada pula yang putus asa sehingga waktu bertahun-tahun telah terbuang sia-sia hanya karena tak percaya dirinya bisa menulis tulisan yang bagus. Itulah kisah Nora Profit. Saking inginnya menulis artikel tentang seorang aktris, ia nekad menelpon sang aktris dan berbohong bahwa ia wakil sebuah majalah nasional yang hendak mewawancarai si aktris. Ia benar-benar datang untuk wawancara sambil mengajak temannya yang memiliki kamera untuk pura-pura jadi fotografer.
Semuanya berjalan baik, hingga tiba pada artikel yang harus ia tulis. Ia telah menulisnya, dan mengirimkannya lewat pos kepada redaktur majalah nasional itu. Namun, yang ada di pikirannya adalah ‘pasti majalah itu akan mengirim kembali naskahnya dengan stempel JELEK’. Apa yang terjadi?
Tiga minggu kemudian si majalah memang mengirimkan kembali naskah itu. Karena Nora tak mampu membaca surat penolakannya, maka ia tak pernah membuka amplop itu dan menyimpannya di lemari. Lima tahun kemudian, ketika pindah apartemen, Nora menemukan kembali amplop itu lalu membukanya. Dan apa yang ia temukan? Ternyata artikel itu sebenarnya diterima oleh majalah tersebut!
Pesan moralnya: kalau anda sudah bertekad ingin serius menulis, bersiaplah menerima penolakan. Namun jangan buat penolakan itu sebagai penghinaan, sebaliknya anggaplah itu cambuk agar anda berusaha terus. Jangan pernah meragukan diri sendiri! [hal. 36]
Ada sebuah kisah yang mengharukan dari Erik Olesen, yang memperlihatkan kekokohan semangatnya untuk (tetap) menulis. Erik adalah penulis yang lumayan bersinar saat ia jatuh dan mengakibatkan otaknya cedera. Kecelakaan itu membuatnya frustrasi karena ia jadi tak mampu menulis sebanyak dulu dan daya ingatnya melemah. Namun, alih-alih putus asa, ia mengikuti program rehabilitasi, dan di sana ia belajar tentang ‘menggunakan sebuah takaran yang berbeda’. Artinya bila anda penulis yang biasa menelurkan enam artikel setiap minggu, lalu karena sakit kemampuan anda jadi terbatas, jangan malah menjadi putus asa. Sebaliknya terapkan sebuah takaran yang berbeda. Buatlah jadwal baru, andai anda cuma bisa menghasilkan 2 karya selama seminggu, tetap lakukanlah itu dengan sepenuh hati. Yang terpenting adalah hasil akhirnya: tulisan yang menarik, dan kesuksesan...[hal. 131]
Ada pula ungkapan-ungkapan yang memotivasi anda, para penulis dan calon penulis:
Emosi manusia mungkin selalu sama, tapi di bumi ini tidak pernah ada seorang pun sebelum dirimu yang persis sepertimu, dan yang melihat cinta serta benci persis seperti kau melihatnya melalui matamu. (Irving Wallace)
Apa yang harus kulakukan untuk menjadi penulis sukses? Kau harus menginginkannya lebih daripada kau menginginkan yang lain. (Howard Fast)
Buat anda yang ingin memilih menulis sebagai karier, ingatlah pesan Gregory Poririer: Jangan buat uang sebagai alasan untuk menulis! Dan buat anda yang bercita-cita menjadi penulis: jalan ini (menjadi penulis) tidak cocok untuk kalian jika kalian ragu-ragu. Tapi jika inilah satu-satunya pekerjaan yang cocok dan menghidupkan jiwa kalian, terjun dan bekerja keraslah. Dan jangan lupa untuk mencintainya, bahkan ketika tulisan kalian mulai menghasilkan. [hal. 32]
Ketika kamu bicara, kata-katamu hanya bergaung ke seberang ruangan atau di sepanjang koridor. Tapi ketika kamu menulis, kata-katamu bergaung sepanjang jalan. (Bud Gardner).
Setelah membaca buku ini, aku jadi terinspirasi dan termotivasi untuk lebih serius menekuni jalan sebagai penulis. Bagaimana dengan anda? Mau membaca? Beli dulu dong bukunya! Ini rinciannya...
Judul: Chicken Soup for The Writer’s Soul – Harga Sebuah Impian
Penulis: Jack Canfield, Mark Victor Hansen, Bud Gardner
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007
Halaman: 191
Harga: sekitar Rp 45.000,- (lupa tepatnya)
Selamat pagi mbak Fanda. Hm....kelihatannya buku Chicken soup for writer soul ini menarik mbak Fanda. Jadi pengen cari ah ke gramedia. Terimakasih sudah membaginya infonya dengan review mantap ini.
ReplyDeleteMbak, keren banget bukunya... Makasih banyak sharenya. Ini yang aku suka, bertebaran kata2 bijak dan penyemangat dalam tulisan mbak fanda. Abis ini, saya belajar review juga ah... :)
ReplyDeleteIya nih mbak, lagi pada sakit akunya jauh... :( owh ya mbak, ko buka blog mbak Fanda sekarang loadnya lambat yah?
Nice repew ..Fanda ... chicken soup ntuk siapapun adalah salah satu buku kegemaran saya.
ReplyDeleteThanks 4 info and repewnya ...segera meluncur mencari nih ....
henny juga suka sama buku-buku chiken soup, tapi yang ini baru liat nih :)
ReplyDeleteWaduh, saya ndak sempat mbaca buku kayak gini Mbak.
ReplyDeleteSaya cuma mau bilang, awardnya sudah saya pajang maaf kalo telat banget majangnya
Kayaknya virus membaca udah mulai ketularan ama saya nih mbak,... sampai harus ganti kacamata dulu. Awardnya udah aku pajang.
ReplyDeletebener semua, Fan. utk jadi penulis itu gak harus orang hebat. siapapun bisa. makanya...ayo..menulis terus.
ReplyDeletekeren reviewnya....
ReplyDeleteemang kutubuku, kok bisa yah nemu2 bukn yg udah berada di barisan terakhir rak buku...kekeke..
kalo aku malah gak bakal jalan ke ujung2 rak...hayaaa...
bagus isinnya ya...mdh2an aku juga bakal nemu buku itu di gramed nanti sore... :)
aku juga pernah baca yang ini. emang bagus,,aku suka banget sama buku2 chicken soup...
ReplyDeletejadi pengen beli n baca juga...thanks for the review..
ReplyDeleteaku senenge cikensup yang kumpulan romantis, mbae
ReplyDeletenyari award yang ada tulisan buat mas advintro tersayang kok gak ada ya? baru amau ta ambil... maaf telat mbae, makacih ya mba
ReplyDeletewahhh
ReplyDeletekeren ya bukunyaaa
:)
aiiihh,, jadi pengen nyari bukunya neh.. aku belum pernah liat chicken soup yg versi ini deh...
ReplyDeletepengeeeenn ><
Baru tahu nih kalau ada chicken-soup-for-writers-soul.
ReplyDeleteAku jadi lebih bersemangat utk belajar menulis dan menuangkan pikiran dalam bahasa tulisan.
Makasih mbak... Nice post !!
sepertinya ok juga nih buku
ReplyDeletehehehehe
nabung dulu lagi ach
biar bisa beli
hehehehe
Nice review mbak... :)
ReplyDeletesepertinya buku bagus nih mbak..
ReplyDeletekeren reviewnya.. :D
Begitu aku ada waktu, pasti segera meluncur ke toko buku, nyari buku ini tentunya ;D
ReplyDeleteBuku2 Chicken Soup memang luar biasa. Motivasi berupa kisah2 nyata yg inspiratif, filosofi dsb. Review yg sempurna.
ReplyDeleteakhirnya terbuka juga kotak komennya....
ReplyDeleteAku pikir akan jadi apapun kita kalo digeluti dengan sungguh-sungguh akan membuahkan hasil. Mungkin memang cara menggalinya lewat orang lain atau suatu kejadian.
wah, keren banget reviewnya, jadi pengen beli bukunya. dl pernah nyoba nulis cerpen. tapi keburu bosan waktu mulai bisa dan mulai ada majalah yg ga enak keseringan nolak trus dimuat qiqiqi....
ReplyDeletengeblog juga, pas mulai ada beberapa yg maen, terus ga pernah diupdate juga. smg yg ini bisa update terus...loh malah curhat!?
hmm, ternyata ada seribu jalan untuk jadi penulis ya. jadi pengen nyoba :)
ReplyDeletebuku yang menarik diulas dengan gaya bahasa yg mudah di baca, wehehe fanda....kadang tips trik itu ga mesti soal blogging dan internet, ada mestinya tips dan trik tentang writer, atau tips memilih buku yang bagus tuh gimana?
ReplyDeletekapan bagi2 tipsnya fann???
wallah kok malah protes dirikuh:)
yah kalau buku2 sudah serasa sebagai pacar , pasti akan selalu dapat mba :D
ReplyDeletemba, ternyata hidup penuh dengan kejutan dan tidak bisa diperkirakan. jangan2 mba fanda nanti jadi seorang penulis juga, secara sudah pandai mereview buku2 :D
pengen belii..pengeeennnn........ntar ahh weekend hohoho..makasih ya mbak review nya
ReplyDeletemalem mbak fanda...sukses selalu ya....
ReplyDeletemampir ^_^
ReplyDeleteWuih... baca review dari Mbak Fanda aku betul-betul kesemsem dengan buku ini... buku yang amat bagus dan sangat aku butuhkan... makasih ya mbak... segera deh aku ubek-ubek ke toko buku... salam terkasih...
ReplyDeleteTerima kasih rujukan bukunya. Saya akan membelinya untuk siswa-siswa saya, kebetulan saya mendapat tambahan tugas di perpustakaan, dan minat baca mereka luar biasa, mungkin karena kami selalu berjuang menambah koleksi buku-buku baru meskipun dana minim. Beruntung setiap belanja buku selalu saja ada diskons bahkan hingga 70%, semua ini berkat doa anak-anak.
ReplyDeleteSering saya berpikir untuk menuliskan satu-persatu permasalahan siswa-siswa saya dan perjuangan mereka hingga mampu menyelesaikan sekolahnya. Sekarang bisa mandiri dan merasa bahagia, meskipun mereka semua orang-orang biasa namun saya pikir jika ditulis mampu menginspirasi banyak siswa Indonesia.
Doakan ya mbak.