Monday, November 9, 2009

Aku & Marley

Dog is man's best friend, anjing adalah sahabat terbaik manusia. Siapa yang tak setuju dengan ungkapan itu? Namun, akankah kita tetap menggunakan ungkapan itu kalau anjing yang kita pelihara ternyata menderita neurotik, hiper-agresif, tak terkendali, dan perusak? Jawabannya bisa anda temukan di buku Aku & Marley ini, yang ditulis oleh seorang pemilik anjing bernama Marley, dan sudah difilmkan dengan bintang Owen Wilson dan Jennifer Aniston (Marley & Me).

-----

John Grogan adalah seorang kolumnis di sebuah surat kabar lokal dan tinggal di South Florida yang iklimnya sub tropis, bersama dengan istrinya Jenny yang berkarir di surat kabar juga. Sejak kecil John sudah memelihara anjing, dan pengalaman itu begitu membekas sehingga ketika di koran ada iklan menawarkan anjing Labrador, pasangan-baru-menikah itu langsung berangkat untuk melihatnya.

Cinta pada pandangan pertama, itulah yang bisa dikatakan tentang pertemuan John-Jenny dengan seekor anak anjing Labrador berwarna kuning. Anak anjing itu lain dari yang lain, kalau saudara-saudaranya yang lain tenang, ia begitu bersemangat, lincah dan pemberani. Kalau saja pasangan itu menerapkan 'teliti sebelum membeli', pasti mereka heran mengapa anak anjing itu diobral. Tapi...karena sudah merasa sreg, mereka langsung membelinya. Anjing itu mereka namai Marley (setelah melalui perdebatan panjang yang lebih njelimet dari proses menamai anak pertama mereka kelak!). Nama Marley itu mereka dapatkan ketika lagu Bob Marley mengalun, dan mereka memang fans beratnya...

Marley ternyata dulu diobral karena satu alasan. Anjing jenis Labrador Retriever seperti Marley adalah jenis anjing yang bertubuh kuat, cerdas, setia dan agresif. Namun khusus dalam kasus Marley, ia adalah seekor Labrador yang hiper-aktif, suka mengunyah (dan menelan) apa saja yang bisa ia raih dengan sangat cepat, dan sangat nakal. Ia tak bisa diam dan tenang, selalu saja bergerak. Semangatnya luar biasa, dan ketika John melatihnya ternyata ia tak dapat menangkapnya. Ketika dimasukkan sekolah kepatuhan, ia malah membuat malu gurunya. Dan yang lebih celaka lagi, ia mudah panik ketika terjadi badai.

Karena Florida adalah wilayah sub tropis, badai bukanlah hal yang aneh. Suatu hari ketika John dan Jenny pergi ke kantor, terjadilah badai. Dan begitu pulang ke rumah, mereka menemukan Marley dalam keadaan tubuhnya berbercak darah, karpet habis digigitnya, dinding kayu ruangan tempat ia dikurung selama tak ada orang di rumah pecah berantakan. Rupanya Marley merasa panik dan ketakutan, dan akibatnya ia melampiaskannya dengan bertindak destruktif.

John dan Jenny khawatir ketika mereka mengetahui bahwa Jenny sedang hamil. Bagaimana kira-kira reaksi Marley ketika tahu bahwa akan ada sosok manusia lain di rumah yang akan menjadi 'nomor satu' dan ia akan diduakan? Ternyata mereka tak perlu khawatir, karena justru Marley langsung menyayangi Patrick, putra pertama John-Jenny, begitu ia dibawa ke rumah setelah dilahirkan.

Banyak sekali kejadian-kejadian lucu, menegangkan, menjengkelkan dan menggemaskan yang dilalui keluarga Grogan bersama Marley. Ketiga anak mereka, Patrick, Connor dan Colleen besar bersama Marley. Mereka sangat menyayanginya meski Marley tiap pagi mencuri sarapan dari piring mereka. Di balik kelemahan dan kekurangannya, Marley telah menjadi anggota keluarga Grogan.

Memang Marley tampangnya agak bodoh dan penyayang, tapi saat dihadapkan pada kondisi yang kritis, Marley telah membuktikan diri sebagai penjaga keluarga yang andal. Ia siap untuk menyerang siapa saja yang bermaksud menyakiti keluarganya. Tak heran, meski Marley sering membuat malu keluarga Grogan, namun bagi mereka Marley adalah anggota keluarga, yang diterima dengan segala kelebihan dan (banyak) kekurangan.

Membaca buku ini membuat kita, seperti halnya pasangan Grogan, belajar tentang hal-hal penting dalam hidup. Ya, bahkan seekor anjing neurotik pun bisa mengajari manusia untuk menjalani hidupnya.

Pertama, saat kita sadar bahwa salah satu anak kita memiliki kekurangan, janganlah kita membuang atau mengabaikannya. Bentuklah dan terimalah ia dengan kekurangan itu. Seperti kata John Grogan: "Sebagian dari perjalanan kami sebagai pemilik Marley adalah membentuknya sesuai dengan keinginan kami, tetapi sebagian yang lain adalah untuk menerima Marley apa adanya. Kami telah membawa pulang sebuah makhluk hidup, bukan aksesoris pakaian yang bisa ditumpuk di suatu sudut rumah. Baik atau jelek, Marley adalah anjing kami."

Itulah sebabnya keluarga Grogan tak pernah menjual Marley, meski uang yang dikeluarkan untuk merenovasi rumah dan membeli perabotan yang dirusak Marley mungkin cukup untuk membeli kapal pesiar! Namun, apa yang mereka dapatkan dari Marley tak dapat dinilai dengan uang. Kesetiakawanan, cinta dan persahabatan, serta kegembiraan, keberanian dan nilai-nilai dalam hidup. Ketika John memasuki usia 40, ia belajar dari Marley bagaimana menyikapinya: "Meski Marley telah mencapai usia paruh baya (6 tahun dari 12 tahun usia normal anjing), ia tak pernah berlambat-lambat, ia tak pernah memandang ke belakang, mengisi hari-hari dengan semangat remaja, keingintahuan dan sikap selalu bermain-main. Kalau anda berpikir anda masih muda, maka mungkin anda memang masih muda, apapun kata kalender."

Ketika keluarga Grogan pindah ke rumah yang lebih luas di Pensylvania, Marley mulai memasuki masa tuanya. Kegesitannya mulai berkurang, dan berturut-turut juga pendengaran dan penglihatannya. Namun, meski memelihara Marley sudah tak terasa menghibur, malah membebani (seperti ketika kita merawat orang tua yang sakit-sakitan), keluarga Grogan tetap memeliharanya dengan penuh kasih sayang. Menurut mereka, setiap hubungan pasti membutuhkan pengorbanan. Dan toh mereka rela menanggungnya, karena apa yang mereka korbankan demi Marley telah memperoleh balasan yang tak ternilai harganya.

Ketika Marley bertambah tua, ketika naik tangga saja ia sudah tak kuat, marley mengajarkan pada John cara terbaik menjalani hidup. "Marley mengingatkanku kepada keberanian dalam hidup, kepada kegembiraan yang kita alami dan kepada kesempatan yang kita biarkan lepas dari genggaman . Ia mengingatkanku bahwa kita semua hanya memiliki satu kesempatan emas, tanpa ada kesempatan kedua." Begitu gamblang John menulis tentang semua penderitaan Marley ketika menjadi tua. Namun semuanya tetap ia jalani dengan semangat dan usaha yang keras.

Suatu hari terjadi situasi yang kritis. Marley mengalami kembung parah yang dapat mengakibatkan kesakitan yang amat sangat dan membawa pada kematian. Saat itu usianya sudah 12 tahun. Pilihannya ada 3: membiarkan ia sembuh (yang kemungkinannya hanya 1%), mengoperasinya (yang sangat riskan karena ia sudah tua), atau 'menidurkannya' (istilah eutanasia dengan menyuntik anjing yang sudah tua agar tak menderita). John dan Jenny memilih yang pertama, namun sudah menyiapkan diri untuk menghadapi nomor tiga bila opsi pertama gagal.

Dan....Marley berhasil melampaui 1%-nya! Ia sembuh dan pulih perlahan. Meski demikian, kondisinya makin buruk, dan diperparah dengan kakinya yang invalid hingga suatu hari ia tak mampu lagi naik ke lantai atas, dan harus menerima hidup di lantai bawah saja.

Hingga akhirnya, saat yang tak terelakkan itu tibalah. Saat itu keluarga Grogan baru saja pulang dari berlibur ke Disney World di Florida. Marley sekali lagi mengalami perut kembung yang parah. Dan kali ini John dan Jenny langsung tahu bahwa saatnya akhirnya telah tiba, hidup Marley takkan dapat diselamatkan lagi. Kemungkinan untuk mendapat 1% mukjijat seperti waktu yang lalu adalah mustahil, operasi...tak mungkin. Satu-satunya jalan hanyalah...menidurkannya.

Momen-momen terakhir ini benar-benar menguras emosiku. Aku harus menghentikan membaca sejenak karena aku tak mau sampai harus menangis di kantor! Aku membaca khusus bagian akhir itu ketika malam, sendirian, di dalam kamarku.

Ketika hendak membawa Marley ke dokter, Jenny dan anak-anak telah mendapat kesempatan terakhir untuk sejenak membelai Marley. Lalu John mengantarkan Marley ke dokter. Suntikan 'penidur' itu diberikan setelah dokter mencoba tiga kali tanpa hasil untuk membuka sumbatan di perut Marley. John, dalam kesempatan yang diberikan untuk sendirian bersama Marley, membelai dan mengucapkan kata perpisahannya yang emosional kepada Marley. "Kamu adalah anjing yang hebat", itu kata-kata terakhir John kepada Marley....

-----

Ketika aku membeli buku Aku & Marley ini, aku mengharapkan kisah yang lucu dan menggemaskan, sebuah drama rumah tangga yang apik dan menghibur. Tapi ketika menyelesaikannya, aku mendapati banyak nilai hidup yang bagus dari seekor anjing Labrador Retriever yang abnormal ini. Aku jadi sadar bahwa walaupun dianggap sebagai makhluk nomor dua, lebih rendah derajatnya dari manusia (bahkan manusia akan marah bila dikatai "anjing!"), namun anjing adalah makhluk yang mampu mencintai dengan tulus tanpa syarat, dan kesetiaannya tak terpatahkan oleh apapun. Manusia bisa berubah, cinta dan kesetiaan manusia bisa luntur, tapi tidak dengan anjing. Lihat kesaksian yang diberikan John, yang telah menulis buku ini dengan sangat apik. Jujur, apa adanya, sederhana, namun menghibur dan sekaligus mengena.

"Anjing tidak butuh mobil bagus atau rumah besar atau pakaian buatan desainer. Simbol status tidak berarti apa-apa baginya. Sepotong kayu sudah cukup baginya. Seekor anjing menilai (makhluk) yang lainnya tidak berdasarkan warna kulit, keyakinan atau kelas, tapi berdasarkan apa yang ada dalam hati mereka. Seekor anjing tidak peduli apakah anda kaya atau miskin, berpendidikan atau buta huruf, pandai atau bodoh. Berikan hati anda, dan ia akan memberikan hatinya untuk anda. Sederhana sekali. Tetapi kita manusia, yang jauh lebih bijak, selalu kesulitan untuk menimbang mana yang perlu dan mana yang tidak. Sementara aku menulis kolom perpisahan untuk Marley, aku menyadari betapa semuanya sudah ada di hadapan kita semua, seandainya saja kita mau membuka mata kita. Kadang kala kita membutuhkan seekor anjing dengan napas bau, perilaku nakal dan niat murni untuk membantu kita melihat..."

Judul : Aku & Marley (kisah nyata)
Penulis : John Grogan
Penerbit : Trans Media
Jumlah halaman : 297
Harga : sekitar 40 ribu (lupa tepatnya)



22 comments:

  1. aku belom baca bukunya, tapi sudah nonton filmnya. bagus bukunya atau filmnya mbak?

    ReplyDelete
  2. Betapa perjalanan hidup setiap mahluk sangat penuh warna, dan penuh makna. Tak terkecuali si Marley anjing labrador ini. Nice posting mbak Fanda. Ya, minggu kemaren saya super sibuk. Tiap 08.30 masih ke kantor, lalu melaksanakan tugas mengikuti sebuah kegiatan tentang Perencanaan wilayah dengan spasial dinamik selama seminggu. Hari ini walau tetap sibuk, sudah normal lagi kegiatan saya.

    ReplyDelete
  3. aku udah baca novelnya. sedih dan bikin nangis tapi ada lucunya juga. tapi novel ini udah kuberikan kepada Anazkia. sungguh suatu kisah yg manis dan mengharukan ttg persahabatan manusia dan seekor anjing.

    ReplyDelete
  4. Aku udh nonton pilemnya..
    Hiks endingnya sedih, tapi selama perjalanan hidup terlihat betapa anjing itu sahabat dekat manusia.
    Aku ounya dua doggy di rumah, mreka bisa ngerti perasaan kita lho. pas kita ngelus dia, dia tahu apakah kita ini lg sedih atau bahagia.
    Ah, they're so nice.

    Gak interest baca bukunya mbak, krn udh nonton duluan hehehe

    ReplyDelete
  5. Memang begitulah seekor anjing diperlakukan dalam Dunia barat, Mbak..
    Saya terkadang heran, orang-orang mampu lebih mencintai seekor anjing daripada sanak saudaranya sendiri.

    What a nice review!
    (kirim Mbak! - ke media maksudnya.. hehe.)
    Salam.

    ReplyDelete
  6. Paling aneh ada orang tua yang pusing tujuh keliling, kalau anjingnya tidak ada dirumah..
    tapi kalau anak gadisnya yang belum pulang menjelang malam justru tenang-tenang saja.

    ReplyDelete
  7. one of may fave books!
    aku udh pernah review buku ini Fan and aku sukaaaa banget sama Marley walopun dia kek anjing gila hahahh.. and sama pas Marley mau ditidurkan, aku cmn bs menangis tersedu2, untung di kamar bacanya bukan di kantor hehehe

    sayang filmnya gak selucu buku tp lumayanlah melihat wujud Marley...I love dogs!!

    ReplyDelete
  8. saya dah nonton filmnya.Tapi novelnya belum baca sis.Perilaku hewan yang positif bisa di jadikan contoh manusia.selain itu mereka bisa di jadikan sahabat sejati dan kasih sayang sejati.

    ReplyDelete
  9. Sebentar, kalo anjing neurotik kayak gitu tanggung jawab siapa sih? Kan mestinya pet shop bawa dia ke dokter hewan kan? Kalo anjingnya nyelakain orang, gimana?

    ReplyDelete
  10. @Vicky: Tanggung jawab pemiliknya krn ia beli dari sebuah keluarga bkn pet shop. Kenyataannya si Marley ga pernah nyelakain org, cuma karpet dan sofa aja....

    ReplyDelete
  11. anjing itu binatang paling setia dan penurut sama majikannya. walau disakiti kayak apa pun.

    ReplyDelete
  12. kisah persahabtan anjing dan manusia yang mengharukan nice posting mbak

    ReplyDelete
  13. Saya cuma nonton filmnya tapi sempat sedih juga saat scene Marley dikubur. Hik... jadi ingat anjing saya yg juga sudah mati.

    ReplyDelete
  14. beda anjing sama kucing....
    anjing : cenderung setia sama satu majikan....
    kucing : cenderung setia ama yang ngasih makan.... heheheheh... coba aja peliara kucing tapi gak dikasih makan... bakal nyari juragan baru dia,,, hihihihi

    ReplyDelete
  15. Jadi penasaran sama bukunya...,

    ReplyDelete
  16. Ternyata isinya bagus juga ya, mbak. Jadi pengen bisa baca sendiri nih.
    Nice post mbak... Makasih udah bagi-2 cerita tentang buku yg keren.

    ReplyDelete
  17. setelah membaca ini, saya tersadar. selama ini yang ada dalam pikiran saya, anjing itu galak, anjing itu berbahaya, dsb. hehe...

    ReplyDelete
  18. aku beli buku ini dan kecewa... bukan kecewa karena ceritanya, tetapi karena terjemahan dan penyuntingan bahasa Indonesianya buruk :( rasanya jadi pengen beli versi aslinya.

    ReplyDelete
  19. @Krismariana: Biasalah buku terjemahan, selalu saja ada salah cetak!! Memang versi asli selalu lbh bagus kok. Cuma bukin bangkrut...

    ReplyDelete
  20. buku ini.. ngg.. ga tamat2 bacanya.. hihi :p
    udah lamaaa bgt berhenti di tengah2, ga tau kenapa hilang minat bacanya di tengah2 cerita.. kynya musti dilajutin y.. ;)

    ReplyDelete
  21. aku blm baca bukunya, pengen banget membacanya sampai habis sampai tamat biar tahu kelanjutan ceritanya, pengen beli bukunya dech ...

    ReplyDelete