Sebuah karya dari Pramoedya Ananta Toer, yang merupakan kisah roman bernuansa revolusi dari sudut pandang seorang aktris kenamaan bernama Larasati. Bersetting di Jakarta, sekitar tahun 1942 hingga 1945, yaitu saat peralihan dari penjajahan Jepang, lalu kembali ke Belanda, hingga akhirnya kemerdekaan ditegakkan di bumi pertiwi ini.
Larasati adalah aktris terkenal Indonesia pada jaman itu. Namun, meski ia pekerja seni dan seorang wanita, bukan berarti Larasati tak peduli pada perjuangan anak bangsa ini untuk meraih kemerdekaannya dari Belanda. Justru karena itulah ia pergi dari pedalaman Yogya yang (waktu itu masih) aman, melepaskan diri dari lindungan dan persahabatan Kapten Oding, seorang opsir yang selama itu membantunya dan bahkan membuatkan surat agar ia dapat aman tiba di Jakarta. Menuju ke kampung halamannya dan ibunya yang sudah renta.
Perjalanan yang ia tempuh itu bukannya tanpa resiko, namun Larasati telah memantapkan diri untuk turut berjuang demi kemenangan revolusi dengan caranya sendiri. Dari semenjak ia hendak menaiki kereta, hingga akhirnya tiba di Cikampek, dan bahkan hingga akhirnya ia dengan susah payah dapat bertemu dengan ibunya, ia mengalami petualangan-petualangan menyerempet bahaya.
Larasati sempat dicurigai sebagai antek Belanda. Ya, tak heran karena begitu banyak tawaran dari opsir-opsir Belanda, maupun para inlander yang memihak Belanda agar Larasati mau main film demi propaganda Belanda. Namun, tak sedikitpun Larasati tertarik. Biarpun kehidupan rakyat Indonesia saat itu ada di garis kemiskinan, seperti yang terjadi pada ibunya, namun Larasati tak pernah sedetikpun berpikir untuk pindah haluan.
Meski di kemudian hari Larasati, yang sebagai seorang wanita yang tak berdaya dan harus ‘berjuang’ sendirian, harus masuk ke dalam perangkap seorang pria pembela penjajah, hati dan pikiran Larasati selalu tertuju bagi kemenangan Revolusi, dan apa yang dapat ia lakukan dengan kemampuan seorang wanita yang lemah, untuk mewujudkan dan mendukung revolusi.
Sebenarnya aku pribadi bukan penggemar sastra berat macam Pramoedya ini, tapi membaca Larasati lumayan asyik juga ternyata. Karena backgroundnya tak bakal kita temui di novel terjemahan, perjuangan anak bangsa melawan penjajahan tanah airnya! Siapa bilang perang itu gak feminine? Baca aja Larasati…
Judul: Larasati
Pengarang: Pramoedya Ananta Toer
Penerbit: Lentera Dipantara
Halaman: 178
Harga: Rp 35.000,-
Larasati adalah aktris terkenal Indonesia pada jaman itu. Namun, meski ia pekerja seni dan seorang wanita, bukan berarti Larasati tak peduli pada perjuangan anak bangsa ini untuk meraih kemerdekaannya dari Belanda. Justru karena itulah ia pergi dari pedalaman Yogya yang (waktu itu masih) aman, melepaskan diri dari lindungan dan persahabatan Kapten Oding, seorang opsir yang selama itu membantunya dan bahkan membuatkan surat agar ia dapat aman tiba di Jakarta. Menuju ke kampung halamannya dan ibunya yang sudah renta.
Perjalanan yang ia tempuh itu bukannya tanpa resiko, namun Larasati telah memantapkan diri untuk turut berjuang demi kemenangan revolusi dengan caranya sendiri. Dari semenjak ia hendak menaiki kereta, hingga akhirnya tiba di Cikampek, dan bahkan hingga akhirnya ia dengan susah payah dapat bertemu dengan ibunya, ia mengalami petualangan-petualangan menyerempet bahaya.
Larasati sempat dicurigai sebagai antek Belanda. Ya, tak heran karena begitu banyak tawaran dari opsir-opsir Belanda, maupun para inlander yang memihak Belanda agar Larasati mau main film demi propaganda Belanda. Namun, tak sedikitpun Larasati tertarik. Biarpun kehidupan rakyat Indonesia saat itu ada di garis kemiskinan, seperti yang terjadi pada ibunya, namun Larasati tak pernah sedetikpun berpikir untuk pindah haluan.
Meski di kemudian hari Larasati, yang sebagai seorang wanita yang tak berdaya dan harus ‘berjuang’ sendirian, harus masuk ke dalam perangkap seorang pria pembela penjajah, hati dan pikiran Larasati selalu tertuju bagi kemenangan Revolusi, dan apa yang dapat ia lakukan dengan kemampuan seorang wanita yang lemah, untuk mewujudkan dan mendukung revolusi.
Sebenarnya aku pribadi bukan penggemar sastra berat macam Pramoedya ini, tapi membaca Larasati lumayan asyik juga ternyata. Karena backgroundnya tak bakal kita temui di novel terjemahan, perjuangan anak bangsa melawan penjajahan tanah airnya! Siapa bilang perang itu gak feminine? Baca aja Larasati…
Judul: Larasati
Pengarang: Pramoedya Ananta Toer
Penerbit: Lentera Dipantara
Halaman: 178
Harga: Rp 35.000,-
fanda, pramudya adalah salah satu penulis yang rajin berkarya dengan tokoh perempuan. selain larasati juga ada 'gadis pantai'. yang tentu nya bercerita ttg kekuatan perempuan yang berbalut kelembutan.
ReplyDeleteKakak saya masih menyimpan novel ini di raknya. Alurnya memang tidak membosankan.
ReplyDeletebuku ini lumayan tipis juga yah cuma 178 halaman, tapi isinya 'padat' kayaknya :D
ReplyDeleteMungkin memang benar, perkataan bahwa ” sejarah besar itu tidak akan lahir tanpa adanya suatu ketertindasan dan pengkhianatan.”
ReplyDelete“Biar aku kotor, perjuangan tidak aku kotori. Revolusi pun tidak! Rakyat apalagi! Yang aku kotori hanya diriku sendiri. Bukan Orang lain” -ara-
Melihat potret pergolakan revolusi dari sisi seorang pelacur seperti ara memang membutuhkan penalaran yang cukup dalam. Apalagi bila kita sambil melihat kondisi kekinian. Dalam buku ini seakan terlihat jelas bahwa Pram ingin mengukuhkan sebuah komitmennya. ” Revolusi atau perjuangan apa saja bisa lahir dan mencapai keagungannya bila setiap pribadi tampil berani. tidak hanya berani melawan semua bentuk kelaliman, tetapi juga melawan keangkuhan dirinya sendiri.”
ReplyDeletewahh,, cepat amat reviewnya mbak, perasaan baru kemaren cerita kalo abis beli, skarang udah dilahap aja, ckckck.. mantab lah..
ReplyDeletesayah suka dengan puisi2nya Pramoedya Ananta Toer, tapi ga tau buku yg isinya kumpulan puisi judulnya apa :D
karya pram memang selalu menarik dibedah.
ReplyDeletesalam hangat.
Betul-betul karakter yang teguh. Dijanjikan perlindungan, memilih pulang. Ditawari main film, ditolak. Sementara di saudara sebangsa malah menuduh antek. Toh, tetap memiliki cita-cita.
ReplyDeletemengapa nama larasati slalu berhubungan dengan dunia sastra ya mbak?jdi penasaran nih sebenernya ada apa di balik nama itu...udah banyak loh karya seni yang memakai nama larasati sebagai judul maupun tokohnya....
ReplyDeleteselalu keren deh tulisannya beliau...
ReplyDeleteBuku lama tapi tetap menarik untuk dibicarakan ya mbak ? Yang aku suka dari buku itu adalah temanya.
ReplyDeletePerjuangan seorang wanita sebagai 'pejuang' yang sesungguhnya. Mantap.
Sepertinya minat baca mbak Fanda emang benar-2 luas ya ? Tidak hanya terpaku pada satu jenis saja. Salut deh, mbak.
ReplyDeleteLarasati, tokoh perempuan tegar yang ditulis Pramoedya. Review mantap mbak Fanda.
ReplyDeleteSaya dengar namanya aja sis...Pokoknya kalau ke Indo saya nanti mau borong-borong novel.Apa ada yang mau nalangin ya?hehehe
ReplyDeleteBahasanya.. Pramudya biasanya berat Mbak, terkadang membaca jadi tidak santai.. malah berpikir. :)
ReplyDeleteWah belum baca Mbak kalo yang ini?
ReplyDeleteKalo yg Tetralogi Pulau Buru udah di-review belum Mbak?
aku juga blm pernah baca, Fan.
ReplyDeletekapan2 review novel twilight dong. pengen tahu bagus gak ceritanya.
dari sampulnya kirain novel luar negeri, ternyata ilustrasi dari seorang larasati toh... keren mba
ReplyDelete@Gek: makanya kalo milih karya Pram yg tipis2 aja. Ga bikin pusing!
ReplyDelete@Laisya: Waduh kalo yg tetralogi ga deh. berat!
@Fanny: Twilight bukan bacaanku, Fan...sori deh!
keren komentator yang paling atas punya semua bukunya memang betullah bahwa mesti banyak belajar aku buku seperti inipun belum dimiliki
ReplyDeleteBerat bacaannya, saya belom pernah baca...
ReplyDeletewah... buku yang menarik nih mbak... bulan depan mesti beli ke Gramed... thanks untuk reviewnya...
ReplyDeleteSaya suka juga ama cerita2 yang bersetting tempo dulu, Fan. Kayaknya novel satu ini bisa jadi referensi. Ngomong2, kenapa dengan header blog ini? Koq menghilang...
ReplyDeletesekarang, jarang sekali yah mbak, novel2 seperti itu? Pembacanya, juga minim. Kek saya yang jarang baca :(( tapi, tetep semangat! Biar rajin baca :)
ReplyDeletesebuah referensi yang menarik.jadi harus beli
ReplyDelete