Monday, July 18, 2011

The White Tiger

Harimau putih adalah salah satu jenis harimau langka di India, yang kemunculannya hanya sekali pada tiap generasi. Balram Halwai, sebagaimana halnya harimau putih, adalah karakter langka yang muncul sendirian pada generasinya. Seorang anak penarik rickshaw yang menjadi pengusaha transportasi. Seorang pemuda dari wilayah “Kegelapan” yang berjuang membalikkan takdir untuk dapat hidup di wilayah “Terang”. Meski untuk itu ia harus menjadi pembunuh!

The White Tiger adalah potret kesenjangan sosial dan kebusukan politik yang parah di India. Jarak yang memisahkan antara rakyat yang terpuruk dalam jurang kemiskinan (Kegelapan) dan orang kaya yang bergelimang kemewahan (Terang) begitu besarnya sehingga mereka yang berada di Kegelapan mustahil menyeberang ke Terang. Aravind Adiga, penulis buku yang memenangkan Man Booker Price tahun 2007 ini, menyajikan potret itu dalam bentuk sebuah surat panjang yang ditulis Balram, yang telah menjadi entrepreneur, kepada Perdana Menteri Cina Wen Jiabao. Dalam suratnya yang ditulis selama 6 malam itu, Balram seolah curhat pada Jiabao tentang kemunafikan, kesemerawutan dan korupsi yang terjadi di negaranya, sekaligus menjelaskan makna "entrepreneur" menurut Balram, yang membawa dirinya dari Kegelapan pindah ke Terang.

Balram tumbuh dalam keluarga penarik rikshaw di desa Laxmangarh. Desa ini termasuk wilayah miskin yang disebut "Kegelapan". Aravind menjabarkan kehidupan sosial di Laxmangarh ini dengan tajam dan terperinci. Lucunya, seringkali ia menggunakan analogi hewan dalam penggambarannya. Kehidupan rakyat miskin ia sebut sebagai "Kandang Ayam". Empat orang tuan tanah yang berkuasa dan menindas rakyat miskin ia sebut sebagai si Kerbau, si Bangau, si Gagak Hitam dan si Babi Hutan, sedang kakak majikannya ketika ia sudah menjadi sopir ia sebut si Luwak. Dalam usianya yang masih muda, Balram menyadari bahwa ia tak bisa selamanya terpuruk di "kandang ayam" Laxmangarh. Maka ia pun meninggalkan pekerjaan sebagai pelayan di kedai teh (yang digambarkan sebagai "laba-laba"), dan berupaya mencari pekerjaan sebagai sopir di rumah Mr. Ashok.

Ashok adalah pria muda yang pulang ke India setelah belajar di Amerika, membawa seorang istri Amerika yang dijuluki Pinky Madam oleh Balram. Ashok terheran-heran pada korupsi si negaranya. Balram sering mengantarkan majikannya ini berkeliling ke ATM, lalu pergi ke rumah asisten menteri untuk menyerahkan sekoper uang. Dan hal itu berlangsung terus menerus, seolah-olah takkan pernah berakhir, justru permintaan uang itu akan bertambah. Ashok digambarkan sebagai orang yang "lumayan" baik. Tak seperti ayah dan kakakknya, Ashok lebih manusiawi memperlakukan Balram, meski bagaimanapun juga, Balram tetaplah seorang sopir merangkap pelayan di rumah. Sebuah perbedaan kasta yang tak pernah terjembatani.

Pertanyaan yang mungkin hadir di benak kita, mengapa mereka yang berada di dalam "Kandang Ayam" itu tak pernah berontak? Mengapa mereka mau saja diperlakukan tidak manusiawi? Mengapa penindasan itu berlangsung dari tahun ke tahun tanpa ada seorang pun yang berusaha mengubahnya? Jawabnya ada pada keluarga. Karena ketika seseorang bekerja sebagai pelayan pada majikannya yang kejam, lalu ia melarikan diri atau memberontak, maka si majikan akan membalaskan dendamnya pada keluarga si pelayan. Itu hanya salah satu alasan saja, karena menurut Balram, penyebab sebenarnya adalah mental. Karena mereka sudah terkondisikan dengan pemikiran sebagai pelayan, maka tak pernah sekalipun terlintas untuk terpikir untuk keluar dari kondisi itu (thinking out of the box).

Inilah penjelasan Balram dalam suratnya kepada PM Wen Jiabao tentang cara berpikir Kandang Ayam:

“..di India tidak ada diktator. Tidak ada polisi rahasia. Itu karena kami punya kandang ayam.
Sepanjang sejarah manusia, belum pernah ada sekelompok yang sedemikian kecil berutang sedemikian besar kepada sedemikian banyak orang, Mr. Jiabao. Beberapa orang di Negara ini telah melatih 99,9% orang lainnya --yang sama kuatnya, sama berbakatnya serta sama cerdasnya dalam berbagai aspek—untuk terus menerus melayani: semangat melayani yang sedemikian kuat sehingga sekalipun Anda menaruh kunci kebebasan di tangan seseorang, dia pasti akan melemparnya kembali kepada Anda dengan marah.”

Balram yang memiliki keinginan dan keberanian untuk mengubah nasibnya, tak dapat menemukan jalan keluar untuk dapat meninggalkan Kegelapan. Sampai pada suatu saat Balram mengintip isi tas merah yang sering dibawa Mr. Ashok, yang ternyata berisi uang sejumlah tujuh ratus ribu rupee yang sedianya akan diberikan sebagai uang suap pada asisten menteri. Bagi Balram, hanya ada 1 jalan keluar. Ia harus membunuh Mr. Ashok, membawa kabur uang di tas merah itu, dan mencari peluang untuk menjadi entrepreneur.

Aku jadi berpikir. Apakah memang benar hanya ada satu cara untuk keluar dari Kegelapan? Mungkin ya, mungkin tidak. Aku tak akan pernah dapat menjawab karena aku tak tinggal di India untuk mengetahui persis kondisinya. Bagi keluarga Balram, yang akan disiksa dan dibunuh karena Balram merampok dan membunuh majikannya, mungkin Balram adalah pahlawan. Pahlawan yang berhasil mengangkat martabat dirinya sebagai manusia. Namun bagiku membunuh tetaplah salah, apalagi Ashok tak pernah mencelakai Balram. Mungkin saja bagi Balram itulah satu-satunya jalan untuk menjadi kaya dan sukses, tapi tetap saja, bagiku caranya salah.

Bagaimanapun juga Aravind Adiga telah sukses menuliskan kisah ini dengan caranya yang unik. Lugu, sinis, lucu. Tak heran ia mendapatkan Man Booker Price award. Dan karenanya, aku memberikan 3 bintang untuknya.

Judul: The White Tiger
Penulis: Aravind Adiga
Penerbit: Sheila (Penerbit Andi)
Terbit: 2010
Tebal: 352 hlm

5 comments:

  1. wah, saya baru tahu kalau buku ini dah diterjemahkan ke bahasa Indonesia. seorang teman memberikan the white tiger versi inggrisnya kepada saya awal tahun lalu. saya menyelesaikan membacanya dengan susah payah, karena harus bolak - balik buka kamus.
    saya pengen sekali punya yang versi sheila ini. bisa bantu mendapatkannya mbak? saya kok belum pernah lihat di gramedia akhir2 ini. terima kasih ya.

    ReplyDelete
  2. Buku ini keren banget!! Saya juga suka humor sinisnya Aravind Adiga.. Ironi yang diceritakan secara humoris..

    ReplyDelete
  3. PENGEEEEN!!! padahal kukira dulu ini buku motivasi Mbak Fanda :P

    ReplyDelete
  4. wahhhh seru nih ya..buku ttg india selalu menggugah meski kadang berat utk dicerna. tapi rata2 masalah mereka lumayan mirip sama indonesia lho mbak =)

    ReplyDelete
  5. Wah iya saya juga suka ni buku ini... sangat menarik cara bertuturnya... :)

    ReplyDelete