"Aku ingin berenang melawan arus waktu" adalah ungkapan seorang penulis bernama Italo Calvino, yang mengekspresikan keinginannya untuk kembali ke masa lampau dan menghapus peristiwa-peristiwa yang menyebabkan kesulitan pada masa sekarang. Seberapa sering anda merasakan hal seperti itu juga? ‘Andai dulu aku tak mengatakan itu...; andai dulu aku melakukan A, bukannya B...’, dan andai-andai yang lain. Kadang ketika kita mengurai benang kusut kesulitan yang sedang kita alami, kita akan tiba pada kesimpulan bahwa peristiwa X itulah yang memulai segalanya. Itulah "titik nol"nya. Kalau aku bisa menghapus titik nol itu, semua kesulitan dan masalah ini takkan terjadi. Begitulah yang sering kita pikirkan, sama halnya yang dipikirkan oleh Joshua Garcia di buku ketiga The Joshua Files karya M.G. Harris: Zero Moment (Titik Nol).
Masih ingat kan dengan petualangan remaja asal Spanyol, yang ternyata keturunan bangsa Maya dan menemukan inskripsi Maya (Codex Ix) yang meramalkan kehancuran dunia pada tahun 2012? (Anda bisa membaca dulu review bagian pertama dan keduanya). Setelah momen yang membuat shock Joshua di Gunung Orizaba yang melibatkan ayahnya, Josh seolah ingin menghapus semua tentang Ek Naab dan Codex Ix dari ingatannya, dan (mencoba) kembali menjadi remaja biasa di Oxford, Inggris. Ia masih suka berlatih capoeira, dan sedang menghadapi kompetisi capoeira tingkat dunia yang akan diadakan di Brazil. Namun sebelum itu terjadi, tiba-tiba Ixchel (masih ingat kan cewek manis bangsa Maya yang menemani Josh di petualangannya di Ice Shock?) menghubungi Josh lewat serangkaian e-mail, yang lalu berlanjut lewat chat room 3D.
Dan sedikit demi sedikit kita dibawa ke suasana hati Josh yang telah mulai berkenalan dengan cinta. Asyik juga mengikuti pergolakan masa remaja (yang dulu pun pernah kita semua rasakan) yang terjadi dalam diri Josh. Di satu sisi mati-matian menutupi perasaannya pada si cewek, tapi di sisi lain mati-matian juga mengharapkan perhatian si cewek. Marah ketika si cewek terlihat akrab bersama cowok lain, tapi ketika si cewek berusaha mendekat, malah bersikap kasar pada si cewek. Begitulah kira-kira yang terjadi pada Josh dan Ixchel saat mereka berdua, bersama Mum (ibu Josh), Tyler, Benicio, dan Montoyo pergi ke Brazil dalam rangka kejuaraan capoeira itu. Josh merasa bingung dengan perasaannya saat itu, dulu ia dan Ixchel adalah teman, lalu mengapa tba-tiba ada perasaan yang berbeda tumbuh di hatinya?
Untuk sejenak, kita dibawa pada kehidupan normal Josh dkk. Namun hal itu tak lama, karena dalam sebuah perjalanan wisata dengan naik buggy (kendaraan khusus padang pasir), terjadilah hal yang tak diinginkan. Karena marahan pada Ixchel dan Mum, Josh memutuskan pindah ke buggy Montoyo dan Benicio. Ternyata dalam perjalanan itu, penumpang buggy satunya (Mum, Ixchel dan Tyler) diculik!
Maka dimulailah petualangan yang mendebarkan yang disuguhkan dengan apik oleh M.G. Harris. Seperti dapat ditebak, insiden penculikan itu sebenarnya ditujukan pada Josh, karena Sekte Huracan (musuh Ek Naab yang ingin merebut Codex Ix) memang mengincar Josh untuk dijadikan bahan riset. Taruhannya adalah Josh menyerahkan diri, atau penculik akan membunuh sandera, yang adalah tiga orang yang sangat disayangi Josh: ibunya, ceweknya, sahabatnya. Apa keputusan Josh?
Selain itu, Josh masih tetap memiliki keinginan untuk memperbaiki Gelang Itzamna--yang ia dapat dari ayahnya di Gunung Orizaba dalam keadaan rusak. Hanya dengan gelang itulah, ia meyakini dirinya akan dapat berjalan menembus waktu. Josh percaya, keinginan ayahnya sewaktu mereka berpisah di Gunung Orizaba, adalah agar Josh melakukan perjalanan waktu ke masa lampau (titik nol), dan mengubah jalannya sejarah agar apa yang terjadi di Gunung Orizaba tak perlu terjadi. Semakin lama tekad Josh untuk itu makin kukuh, meski Ixchel dan Tyler mengkhawatirkannya.
Maka petualangan pun segera pindah ke Ek Naab lagi. Kali ini Tyler mendapat kesempatan berkunjung ke sana bersama Josh. Namun, alih-alih mengalami liburan, ia harus mengarungi petualangan berbahaya bersama Josh dan yang lainnya. Semuanya berawal dari SMS yang diterima Josh di ponsel Ek Naab-nya, yang sepertinya mengarahkan Josh untuk menemukan sesuatu yang amat penting. Kejar-kejaran full action, termasuk perjalanan menembus waktu yang bikin deg-deg-an, semuanya ada di buku ketiga ini!
Sungguh, buku ketiga The Joshua Files ini menurutku lebih menegangkan dari kedua buku sebelumnya. Bahaya-bahaya yang dihadapi Josh lebih serius, dan keberanian serta percaya diri tampaknya juga mulai muncul dalam diri Josh. Tapi yang paling unik, sisi remaja Josh juga mengemuka di sini. M.G. Harris sangat memahami para pembacanya yang mayoritas remaja. Empat bintang buat Josh dan M.G. Harris! Moga-moga buku keempat dan kelimanya akan lebih memukau dari tiga seri sebelumnya.
Judul: The Joshua Files #3: Zero Moment
Penulis: M.G. Harris
Penerjemah: Nina Andiana
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Terbit: Oktober 2011
Tebal: 368 hlm
Huwaaaa udah keluar aja reviewnya..
ReplyDeleteYg buku ketiga ini emang lebih seru dari yg pertama dan kedua ya.. apa karena ada adegan kejar-kejaran dan penculikannya. Pinter banget ini yg nerjemahin jadi feelnya dapet bgt! :)
Mba Fanda aku skip2 baca reviewnya soalnya belum baca buku keduanya ahahaha! mau ah dilanjutin baca buku kedua dan ketiga, kayaknya makin seru ya!
ReplyDeletewahh belum pernah baca seri iniii :1 dibaca dari review2ny kyknya seru ya :D
ReplyDeleteThank you so much for reviewing my book, Fanda, I'm so pleased to know that you enjoyed it and that you;re looking forward to the final two installments. Terima kesih!
ReplyDeletehihi, aku coba comment di blog satunya error terus Mbak, makanya kusambangi aja TKP-nya. ok ini comment-ku: wah mbak Fanda keren.... akhir-akhir ini aku juga lagi pengen review buku, (kalo dulu sih lebih seneng mbicarain film)tapi gak tahu cara review yang bagus itu kayak gmana... ajarin dunk ;)
ReplyDelete