Keriting - Hati - Wajik - Sekop - Joker
Apa yang terlintas di benak anda begitu membaca kelima kata itu? Kartu Remi? Soliter?
Dan memang, menilik dari judul dan gambar cover buku ini, apa yang akan kita baca di dalamnya pasti ada hubungannya dengan kartu remi dan soliter. Tapi sebenarnya yang menggelitikku untuk mengambil buku bersampul warna kuning cerah nan lecek ini dari tumpukan di sebuah lapak buku bekas, adalah karena pengarangnya.
Aku sudah sering menemui buku-buku tulisan Jostein Gaarder, namun selama ini kebanyakan berbahasa Inggris dan temanya agak berat sehingga aku malas membacanya. Namun melihat buku Misteri Soliter ini, aku langsung jatuh cinta, entah mengapa. Mungkin sosok Joker yang tampak di cover depan buku itu melambangkan keceriaan, permainan, sekaligus misteri. Hei...aku kan memang pencinta misteri!...
Dan setahuku Jostein Gaarder adalah penulis kisah filosofis. Maka adanya unsur 'joker' tadi makin menggelitik rasa ingin-tahuku akan isi buku ini. Bagaimana ya kalau filsafat dibungkus ke dalam kisah yang lucu, ceria sekaligus misterius? Pasti asyik, begitu pikirku. Dan memang aku tak salah! Puas rasanya membeli buku bekas ini, yang meski kondisinya tidak mulus namun isinya sangat memuaskan. Baiklah, akan aku ceritakan sedikit buat anda ya...
Membaca kisah ini jadi mengingatkan aku pada film Inception (anda sudah nonton?). Memang kisah ini bukan tentang alam mimpi, melainkan tentang sejarah yang benar-benar terjadi yang dikisahkan beberapa orang. Persamaannya adalah kisah bertingkat. Kalau di Inception, orang dibuat bermimpi, lalu dalam mimpi itu bisa dibuat mimpi lagi, dan dalam mimpi kedua itu diciptakan mimpi lagi. Sehingga mimpinya jadi 3 tingkat. Sedangkan di buku ini... ah, sebaiknya langsung saja aku ceritakan ya..
Adalah seorang bocah laki-laki Norwegia berusia 12 tahun bernama Hans Thomas, sedang bepergian bersama ayahnya yang suka minuman keras dan mengumpulkan kartu joker, serta berfilsafat. Mereka hendak ke Athena, Yunani demi mencari ibu Hans Thomas yang pada suatu hari delapan tahun lalu, tiba-tiba meninggalkan suami dan anaknya begitu saja untuk mencari jati diri, katanya. Kini ayah dan anak itu menemukan bahwa si ibu telah menjadi fotomodel di Athena. Dan kesanalah mereka menuju.
Di tengah perjalanan, Hans diberi sebuah kaca pembesar oleh seorang pria cebol ketika mereka sedang mengisi bensin mobil mereka. Si cebol yang mirip kurcaci itu lalu memberikan arah yang salah pada mereka sehingga akhirnya mereka harus bermalam di sebuah kota bernama Dorf. Lalu ketika Hans Thomas singgah di sebuah toko roti, si tukang roti tua yang bernama Ludwig memberinya 4 buah kue kismis dengan sebuah pesan: "Tinggalkan kue yang terbesar untuk kau makan terakhir, dan makanlah kue itu saat kau sendirian".
Ternyata Hans Thomas menemukan sebuah buku mungil terselip di dalam kue kismis itu (bayangkan betapa kecilnya buku itu) ketika sedang menggigit kuenya. Satu-satunya cara membaca isi buku mungil itu adalah dengan menggunakan kaca pembesar yang didapatnya dari si cebol.
Ternyata buku mungil itu berupa kisah Ludwig, si tukang roti tua itu. Ludwig menceritakan pengalamannya lima puluh dua tahun lalu ketika ia pertama kali masuk ke sebuah toko roti milik Albert. Albert yang sudah sepuh itu menceritakan kisah yang pernah ia dengar dari Tukang Roti Hans. Tukang Roti Hans mendengar sendiri kisah itu dari mulut Frode yang tinggal di pulau ajaib penuh kurcaci. Nah kan....jadi kita membaca cerita dalam cerita dalam cerita, hingga empat tingkat. Lumayan menguras konsentrasi kalau anda membacanya terputus-putus!
Kisah yang diceritakan itu memang sangat fantastis. Namun Jostein dengan cerdiknya memasukkan unsur logika dan filsafat sehingga kisah itu tak hanya mengalir begitu saja dan akhirnya hilang dari benak kita, namun justru tetap mengalir dengan indah sambil meninggalkan jejeak-jejak kesan yang manis dan mendalam di setiap lembarnya.
Frode adalah seorang pelaut yang kapalnya karam dan terdampar di pulau tak berpenghuni. Yang ada di kantongnya adalah satu set kartu remi. Karena berhari-hari tak dapat berkomunikasi dengan orang lain, ia menciptakan khayalan dalam benaknya, karakter-karakter dari masing-masing kartu remi. Misalnya, keriting berambut keriting, berkulit coklat, dsb. Makin lama karakter-karakter itu makin hidup, dan setelah hitungan bulan, tiba-tiba karakter-karakter dari kartu remi itu sungguh-sungguh hidup. Lalu pada suatu hari muncullah Joker. Yang terakhir ini bukan tokoh khayalan Fredo, dan hanya dia satu-satunya yang sering mempertanyakan "Dari mana asalku?". Sedang karakter lainnya hanya menjalani hidup yang diciptakan lewat khayalan Fredo saja.
Sejatinya, Jostein mau mengingatkan manusia modern yang cenderung hanya menjalani saja hidup mereka, ke mana arus kehidupan membawa mereka. Tak pernah mereka mau bertanya, "Siapa sebenarnya aku? Mengapa aku ada? Darimana asalku? Dan apa tujuan hidupku?" Tanpa pernah memikirkan hal itu, hidup manusia itu menjadi tak berarti. Kita ini sepertinya hanyalah sembarang kartu yang diambil acak dari tumpukan kartu. Memang kita memiliki tanda-tanda lahiriah yang unik (seperti wajik berbeda dari sekop, atau hati berbeda dari keriting), namun tetap saja kita semua serupa. Lain halnya dengan Joker. Joker tak termasuk golongan manapun (hati, wajik, sekop, atau keriting). Hanya ada 1 atau kadang 2 Joker dalam satu set kartu, dan dalam kisah ini dikisahkan hanya Joker yang kritis memikirkan tentang kehidupan.
Manusia telah dinina-bobokan oleh kemudahan dan kenikmatan dalam hidup, yang dalam buku ini diibaratkan dengan meneguk Soda Bianglala yang memiliki semua rasa buah di dunia dan efeknya bisa memberi perasaan hebat pada peminumnya. Karenanya, manusia kurang mensyukuri apa yang ada di sekitar dirinya dalam hidup ini. Kita sering mendengar kicau burung, namun apakah kita pernah menyadari betapa merdunya dan mengagumkannya suara kicauan itu? Siapa yang meletakkan nada-nada indah itu di dalam paruh si burung? Dan yang terutama, manusia telah melupakan hal terbesar dalam hidup mereka, yakni 'cinta'.
Mungkin kita sering merasa bahwa suatu kejadian terjadi secara kebetulan belaka. Tapi sadarkah anda, bahwa memang kehidupan itu dibangun dari 'kebetulan' demi 'kebetulan' semacam itu? Pernahkah anda bertanya, siapa dalang yang menciptakan semua kebetulan itu? Dan apakah semua itu memang kebetulan? Atau memang diniatkan untuk menuju pada suatu peristiwa tertentu? Semua pemikiran itulah yang dinamakan filsafat. Dan biasanya semua pertanyaan itu akan mengerucut pada sebuah kesimpulan yang sama, bahwa ada 'Sesuatu' di luar kita, yang lebih besar dari kita, yang mengatur semuanya. Disanalah manusia akan mengenal Penciptanya...Tuhan.
Ah...rasanya tak cukup sebuah posting ini untuk menggambarkan buku ini. Gabungan antara ketegangan petualangan fantasi para tokoh-tokohnya, ironi yang kadang-kadang lucu dalam perjalanan Hans Thomas dan ayahnya, serta filsafat yang ditaburkan di sana sini membuat buku ini benar-benar menghibur sekaligus mengenyangkan otak dan jiwa. Salut buat Jostein Gaarder!
(Maaf) izin mengamankan PERTAMAX dulu. Boleh, kan?!
ReplyDeleteSering kali dari tokoh2 konyol semisal joker, punakawan dll kita mendapatkan sosok yang mampu memandang dan menjalani hidup dengan lebih manusiawi
menarik sekali mbak kebetulan aku juga sedang posting tentang Tag Mimpi
ReplyDeletewah, kayaknya bagus nih
ReplyDeleteKok aku baru tahu ada pengarang bernama Jostein Gaagder sih...? *kambuh telminya*
ReplyDeleteAKu suka dengan idenya... kartu soliter. Benar2 unik...
ReplyDeletekayaknya saya pernah baca ya..?menarik reviewnya sist.Thanks telah berkunjung dan komen di blogku.Sukses selalu..
ReplyDeleteBUku yang unik mbak.
ReplyDeletewah makin rajin aja neh memposting mbak fanda :) review yg menarik!
ReplyDelete7 Tips Ampuh Menulis Blog Konten dan Artikel Yang SEO Friendly!
jadi pengen baca..
ReplyDeletekalau karya Jostein Gaagder, saya cuma punya Dunia Sophie.
wah... buku yang benar-benar menarik mbak... juga agak 'berat'...
ReplyDeleteMbak buku ini ada dijual ama vixxio juga ga? mupeng nih^^
ReplyDeleteah buku yang keren untuk di review ini emang
ReplyDeletesalam
:D
Sampai tingkat 4 ya Fan. Hm, lumayan menguras energi hehe. Berkat resensi ini saya jadi tau isinya. kapan-kapan kalau ke toko buku saya cari ah.
ReplyDeleteselamat pagi met berpuasa
ReplyDeletekembali lagi nuy
lho mana postingan terbarunya mbak
:D
@alice in wonderland: sekarang masih dipinjam adikku. Ntar kalo dah selesai yah. Tapi aku ragu2 juga soalnya kondisinya gak terlalu bagus...
ReplyDeletewah, udah baca misteri soliter mbak... itu buku terbitan mana? aku punyanya terbitan jalasutra, tapi covernya bukunya gak gitu...
ReplyDelete...sejauh baca review tentang buku ini kebanyakan pada bingung apa isi bukunya, jadi sempet pending dulu bacanya
Saya mauu! Heuheu
ReplyDelete