Menurut American Cancer Society, pada tahun 2005-2006 ada satu di antara 1985 orang wanita berusia dua puluhan yang mengidap kanker payudara. Kalau penelitian itu akurat, berarti Ranti Hannah adalah satu wanita tersebut!
Di usia 24 tahun, Ranti Hannah seolah memiliki segalanya yang diidamkan kebanyakan wanita di dunia. Perkawinan bahagia, bayi pertama, karier yang menjanjikan sebagai dokter. Namun hidup memang selalu memiliki keseimbangannya sendiri. Saat kita berpikir kita sedang menjalani hidup yang sempurna, tiba-tiba saja kemalangan akan menunggu kita di belokan berikut. Dalam hal Ranti, kemalangan itu berwujud vonis yang mengerikan: kanker payudara. Dan kanker itu muncul justru di saat ia sedang mengandung.
Hairless adalah sebuah memoar dari seorang wanita yang mengidap kanker payudara. Di buku ini Ranti buka-bukaan tentang hari-hari ia menjalani hidup sebagai pengidap kanker. Diawali dari hari ketika suaminya, Pandu, secara tak sengaja menemukan benjolan kecil di payudaranya, kemudian berlanjut ke tahap pemeriksaan, saat ketika vonis itu dijatuhkan, beratnya hari-hari menjelang operasi dan pengobatan sesudah operasi, hingga saat Ranti memulai kembali hidupnya setelah berpisah dengan kankernya.
Semuanya itu ditumpahkan oleh Ranti ke buku ini dengan gaya santai dan gaul. Dengan membaca memoar ini pada akhirnya kita diajak untuk memiliki ketergaran dan keberanian saat menghadapinya. Hal ini berlaku bukan hanya bagi si penderita, namun juga pasangan hidup dan keluarga dekatnya. Apa yang mungkin saat ini dipandang sebagai momok, mungkin saja sebenarnya biasa saja saat kita mengalaminya.
Yang menarik dari buku ini adalah informasi medis mengenai kanker payudara, cara melihat stadium kankernya, cara pengobatan dan sebagainya. Karena Ranti sendiri adalah seorang dokter, ia bisa menjelaskan dengan detail namun tetap dapat kita tangkap dengan mudah hal-hal yang perlu kita ketahui tentang kanker. Sayangnya, ilustrasi di bagian ini terlalu kecil dan kurang jelas. Akan lebih menarik lagi kalau bagian ini tidak hanya sebagai ilustrasi saja, tapi benar-benar sebagai alat pembelajaran bagi pembaca. Mungkin hal itu akan menjadi kekuatan bagi memoar ini.
Sayangnya, di buku ini banyak bertebaran kalimat-kalimat berbahasa Inggris yang menurutku tidak perlu, yaitu saat Ranti mengungkapkan pikiran atau perasaannya. Sangat mengganggu bagiku, karena saat membaca buku berbahasa Indonesia, aku mengharapkan bahasa ibuku lah yang muncul. Kecuali saat dialog dengan orang asing, bisa dimaklumi untuk menyisipkan bahasa lain. Selain itu, membaca buku ini sering terasa seperti mendengarkan obrolan sekelompok orang, yang seringkali banyak hal tidak penting menyusup, yang membuat esensi buku ini kurang menyentuh. Memang buku ini merupakan memoar, sehingga unsur personal dari penulisnya mungkin akan sangat terasa. Dan mungkin memang buku ini kurang cocok dengan seleraku saja.
Dua bintang aku berikan untuk buku ini.
Judul: Hairless
Penulis: Ranti Hannah
Penerbit: Gagas Media
Terbit: 2011
Tebal: 292 hlm