Setiap peristiwa besar yang terjadi di dunia pastilah memiliki awal mula. Begitu juga Perang Troy yang amat termashyur dalam mitologi Yunani itu. Kita sudah sering mendengar, membaca bahkan menonton tentang perang itu, namun mungkin kita belum memahami bagaimana awal mula perang itu terjadi. Seorang ilustrator andal bernama Eric Shanower telah menelurkan sebuah novel grafis yang membuat kita memahami kisah epik kuno ini dengan lebih mudah dan dapat lebih menikmati alur ceritanya lewat gambar yang amat detail serta dialog yang gamblang.
"Aku mau ke Troy", itulah kata-kata Paris, seorang anak gembala kerbau sederhana bernama Agelaus yang tinggal di gunung Ida, yang mengawali perang Troy. Pada suatu hari pegawai kerajaan meminta kerbau keramat milik Agelaus untuk dijadikan hadiah pertandingan di kerajaan. Tak rela kerbau yang sedianya akan mereka korbankan direbut oleh Raja, berangkatlah Paris ke ibukota Troy untuk mengikuti pertandingan demi merebut kembali si kerbau keramat. Ia didampingi ayahnya, dan diiringi tangis Oenone kekasihnya yang telah meramalkan perang dan bahaya yang mengancam Paris.
Di Troy, Paris benar-benar menunjukkan kehebatannya dan berhasil memenangkan si kerbau keramat, namun putra-putra Raja tidak terima dan hendak membunuhnya. Di saat genting itu Agelaus mengingatkan Raja tentang peristiwa kelahiran Paris. Maka terungkaplah bahwa Paris sesungguhnya adalah putra Raja Priam yang dulu hendak dibunuh. Singkat kata Paris pun menjadi Pangeran di kerajaan Troy.
Beberapa bulan kemudian Paris diutus Priam ayahnya untuk menculik Hesione, kakak perempuan Priam yang masih tertawan di Achaea (Yunani). Pada saat itu Achaea dan Troy telah menandatangani perjanjian damai. Namun ternyata bukan Hesione yang dibawa pulang Paris, justru Helen, wanita tercantik sedunia yang menjadi istri raja Sparta (Lakedaemon): Menelaus lah yang diculik Paris. Menelaus meradang, dan mendesak Agamemnon, Raja Agung Achaea untuk berperang melawan Troy. Mengetahui ini, Priam mengutus pendetanya bernama Kalchas untuk pergi ke Achaea menjadi mata-mata.
Penculikan Helen bisa terjadi karena sebelum itu tiga dewi memperebutkan apel emas sebagai simbol pemiliknya adalah yang tercantik. Dan Paris lah yang ditugasi oleh para dewa untuk memilih pemenang yang berhak mendapatkan apel itu, apakah Hera, Athena atau Aphrodite. Masing-masing dewi menjanjikan hadiah bagi Paris bila ia memilih mereka. Akhirnya Paris memilih Aphrodite yang menjanjikannya seorang istri wanita tercantik di dunia, yakni Helen. Maka bahkan sebelum Paris menginjakkan kaki ke Sparta, Aphrodite sudah membuat Helen terbakar oleh api cinta pada Paris, dan yang membuatnya memutuskan melarikan diri bersama Paris.
Di sisi lain, Thetis, seorang pendeta wanita mendapatkan penglihatan tentang perang besar yang akan terjadi, memohon dewa angin Poseidon untuk mendatangkan badai ke samudra, dan menggoncangkan kapal yang membawa Paris pulang. Mengapa ia melakukan ini? Tak lain untuk melindungi putra tercintanya Achilles, buah cintanya dengan Peleus, yang menurut penglihatannya akan terlibat dalam perang besar itu, dan akan mati di medan perang.
Maka Thetis membawa Achilles ke Skyros di bawah perlindungan Lykomedes, dan menyamarkannya sebagai anak perempuan bernama Pyrrha. Di sana ia jatuh cinta pada putri Lykomedes yang bernama Deidamia, dan akhirnya memiliki putra yang dinamai Neoptolemus (Pyrrhus). Kelak Achilles ditakdirkan sebagai kunci kemenangan bagi negara-negara persekutan Achaea dalam perang Troy, berkat penglihatan Kalchas --sang pendeta Troy yang diutus menjadi mata-mata ke Achaea.
Sementara itu Agamemnon sedang menyusun kekuatan, mengumpulkan sekutu dan pasukan di pihaknya. Pertanyaannya mungkin, mengapa begitu banyak kerajaan yang mau membantu Agamemnon dalam perang karena urusan pribadi ini? Semuanya berawal ketika Helen dulu hendak dinikahkan oleh ayahnya, raja Sparta Tyndareus. Karena begitu banyak raja yang melamar Helen, dan takut akan terjadi pertikaian, maka raja-raja peminang Helen itu bersumpah akan mengangkat senjata seandainya kelak Helen direbut dari tangan raja yang berhasil menikahinya. Dan kini ternyata si pangeran Troy lah yang menculik Helen.
Tokoh kunci lainnya dalam peperangan besar itu adalah Odysseus, raja Ithaka dan suami Penelope, yang akhirnya berhasil dibujuk Agamemnon untuk ikut berperang. Lumayan menarik kisah Odysseus ini, yang sempat berpura-pura gila ketika dikunjungi Agamemnon demi menghindarkan diri untuk maju perang. Ia dulu merupakan pencetus ide "sumpah para raja" saat pernikahan Helen, namun justru karena itulah ia mendapatkan seorang istri yang dicintainya, dan terpaksa harus ditinggalkannya bila ia maju perang.
Namun akhirnya Agamemnon berhasil membujuk Odysseus. Kemudian Odysseus bersama Diomedes, dua raja yang sama-sama memihak Achaea, berangkat ke Skyros untuk menjemput Achilles. Di Skyros penyamaran Achilles akhirnya terungkap, dan ia pun dinikahkan dengan Deidamia sebelum berangkat ke Achaea untuk menjadi salah satu komandan pasukan sekutu di bawah Agamemnon.
Sempat mengalami kekurangan bahan pangan, namun --karena perang ini merupakan kehendak para dewa-- akhirnya pasukan pun siap untuk berangkat ke medan perang. Tepat sebelum mereka berangkat, seorang peramal memperoleh penglihatan bahwa butuh waktu sembilan tahun bagi Achaea untuk berperang melawan Troy, sebelum akhirnya pada tahun ke sepuluh Troy akan jatuh ke tangan Achaea. Dan di sinilah bagian pertama Age of Bronze ini berakhir...
Seperti kita ketahui, kisah-kisah dalam mitologi Yunani telah diceritakan selama berabad-abad, dan makin lama makin banyak hiasan, tambahan di sana-sini. Aku membayangkan kisah-kisah itu bagaikan potongan-potongan puzzle yang bertebaran dalam banyak karya tulis, dongeng lisan maupun pentas sandiwara. Seperti itulah kira-kira yang dilakukan Eric Shanower demi membawa epik ini ke abad kedua puluh satu. Tak ada yang tahu pasti hingga kini apakah semua kisah yang memiliki banyak percabangan ini sungguh-sungguh terjadi, atau manakah yang benar-benar sejarah dan mana yang fiksi?
"Aku mau ke Troy", itulah kata-kata Paris, seorang anak gembala kerbau sederhana bernama Agelaus yang tinggal di gunung Ida, yang mengawali perang Troy. Pada suatu hari pegawai kerajaan meminta kerbau keramat milik Agelaus untuk dijadikan hadiah pertandingan di kerajaan. Tak rela kerbau yang sedianya akan mereka korbankan direbut oleh Raja, berangkatlah Paris ke ibukota Troy untuk mengikuti pertandingan demi merebut kembali si kerbau keramat. Ia didampingi ayahnya, dan diiringi tangis Oenone kekasihnya yang telah meramalkan perang dan bahaya yang mengancam Paris.
Di Troy, Paris benar-benar menunjukkan kehebatannya dan berhasil memenangkan si kerbau keramat, namun putra-putra Raja tidak terima dan hendak membunuhnya. Di saat genting itu Agelaus mengingatkan Raja tentang peristiwa kelahiran Paris. Maka terungkaplah bahwa Paris sesungguhnya adalah putra Raja Priam yang dulu hendak dibunuh. Singkat kata Paris pun menjadi Pangeran di kerajaan Troy.
Beberapa bulan kemudian Paris diutus Priam ayahnya untuk menculik Hesione, kakak perempuan Priam yang masih tertawan di Achaea (Yunani). Pada saat itu Achaea dan Troy telah menandatangani perjanjian damai. Namun ternyata bukan Hesione yang dibawa pulang Paris, justru Helen, wanita tercantik sedunia yang menjadi istri raja Sparta (Lakedaemon): Menelaus lah yang diculik Paris. Menelaus meradang, dan mendesak Agamemnon, Raja Agung Achaea untuk berperang melawan Troy. Mengetahui ini, Priam mengutus pendetanya bernama Kalchas untuk pergi ke Achaea menjadi mata-mata.
Penculikan Helen bisa terjadi karena sebelum itu tiga dewi memperebutkan apel emas sebagai simbol pemiliknya adalah yang tercantik. Dan Paris lah yang ditugasi oleh para dewa untuk memilih pemenang yang berhak mendapatkan apel itu, apakah Hera, Athena atau Aphrodite. Masing-masing dewi menjanjikan hadiah bagi Paris bila ia memilih mereka. Akhirnya Paris memilih Aphrodite yang menjanjikannya seorang istri wanita tercantik di dunia, yakni Helen. Maka bahkan sebelum Paris menginjakkan kaki ke Sparta, Aphrodite sudah membuat Helen terbakar oleh api cinta pada Paris, dan yang membuatnya memutuskan melarikan diri bersama Paris.
Di sisi lain, Thetis, seorang pendeta wanita mendapatkan penglihatan tentang perang besar yang akan terjadi, memohon dewa angin Poseidon untuk mendatangkan badai ke samudra, dan menggoncangkan kapal yang membawa Paris pulang. Mengapa ia melakukan ini? Tak lain untuk melindungi putra tercintanya Achilles, buah cintanya dengan Peleus, yang menurut penglihatannya akan terlibat dalam perang besar itu, dan akan mati di medan perang.
Maka Thetis membawa Achilles ke Skyros di bawah perlindungan Lykomedes, dan menyamarkannya sebagai anak perempuan bernama Pyrrha. Di sana ia jatuh cinta pada putri Lykomedes yang bernama Deidamia, dan akhirnya memiliki putra yang dinamai Neoptolemus (Pyrrhus). Kelak Achilles ditakdirkan sebagai kunci kemenangan bagi negara-negara persekutan Achaea dalam perang Troy, berkat penglihatan Kalchas --sang pendeta Troy yang diutus menjadi mata-mata ke Achaea.
Sementara itu Agamemnon sedang menyusun kekuatan, mengumpulkan sekutu dan pasukan di pihaknya. Pertanyaannya mungkin, mengapa begitu banyak kerajaan yang mau membantu Agamemnon dalam perang karena urusan pribadi ini? Semuanya berawal ketika Helen dulu hendak dinikahkan oleh ayahnya, raja Sparta Tyndareus. Karena begitu banyak raja yang melamar Helen, dan takut akan terjadi pertikaian, maka raja-raja peminang Helen itu bersumpah akan mengangkat senjata seandainya kelak Helen direbut dari tangan raja yang berhasil menikahinya. Dan kini ternyata si pangeran Troy lah yang menculik Helen.
Tokoh kunci lainnya dalam peperangan besar itu adalah Odysseus, raja Ithaka dan suami Penelope, yang akhirnya berhasil dibujuk Agamemnon untuk ikut berperang. Lumayan menarik kisah Odysseus ini, yang sempat berpura-pura gila ketika dikunjungi Agamemnon demi menghindarkan diri untuk maju perang. Ia dulu merupakan pencetus ide "sumpah para raja" saat pernikahan Helen, namun justru karena itulah ia mendapatkan seorang istri yang dicintainya, dan terpaksa harus ditinggalkannya bila ia maju perang.
Namun akhirnya Agamemnon berhasil membujuk Odysseus. Kemudian Odysseus bersama Diomedes, dua raja yang sama-sama memihak Achaea, berangkat ke Skyros untuk menjemput Achilles. Di Skyros penyamaran Achilles akhirnya terungkap, dan ia pun dinikahkan dengan Deidamia sebelum berangkat ke Achaea untuk menjadi salah satu komandan pasukan sekutu di bawah Agamemnon.
Sempat mengalami kekurangan bahan pangan, namun --karena perang ini merupakan kehendak para dewa-- akhirnya pasukan pun siap untuk berangkat ke medan perang. Tepat sebelum mereka berangkat, seorang peramal memperoleh penglihatan bahwa butuh waktu sembilan tahun bagi Achaea untuk berperang melawan Troy, sebelum akhirnya pada tahun ke sepuluh Troy akan jatuh ke tangan Achaea. Dan di sinilah bagian pertama Age of Bronze ini berakhir...
Seperti kita ketahui, kisah-kisah dalam mitologi Yunani telah diceritakan selama berabad-abad, dan makin lama makin banyak hiasan, tambahan di sana-sini. Aku membayangkan kisah-kisah itu bagaikan potongan-potongan puzzle yang bertebaran dalam banyak karya tulis, dongeng lisan maupun pentas sandiwara. Seperti itulah kira-kira yang dilakukan Eric Shanower demi membawa epik ini ke abad kedua puluh satu. Tak ada yang tahu pasti hingga kini apakah semua kisah yang memiliki banyak percabangan ini sungguh-sungguh terjadi, atau manakah yang benar-benar sejarah dan mana yang fiksi?
Mungkin semuanya tak penting lagi, namun yang jelas dari potongan-potongan puzzle itu, Eric telah mempersembahkan kisah yang menarik dan cukup manusiawi untuk kita nikmati. Bahkan detail seperti bentuk bangunan, cara berpakaian atau ciri wajah tokoh-tokoh di epik ini bukan sembarangan dipilih Erik, melainkan melalui riset yang mendalam. Tak lupa Eric juga mencantumkan pula silsilah dan daftar nama pelaku dalam epik ini untuk mempermudah kita. Salut pada Eric Shanower, yang membantu kita memahami latar belakang Perang Troy. Sekaligus bagi anda yang ingin membaca karya Homer: Iliad dan Odyssey, ada baiknya anda membaca novel grafis ini sebagai referensi. Empat bintang untuk novel grafis ini!
Judul: Age of Bronze 1: A Thousand Ships
Judul terjemahan: Jaman Perunggu 1: Seribu Kapal
Penulis/ilustrator: Eric Shanower
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Terbit: Mei 2007
Tebal: 225 hlm
Judul: Age of Bronze 1: A Thousand Ships
Judul terjemahan: Jaman Perunggu 1: Seribu Kapal
Penulis/ilustrator: Eric Shanower
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Terbit: Mei 2007
Tebal: 225 hlm
No comments:
Post a Comment