Monday, December 5, 2011

Casper: Si Kucing Lucu Penumpang Bus

"Hargailah apa yang kaumiliki, raihlah cinta di mana kau menemukannya dan selalu luangkanlah waktumu walau sejenak untuk mengagumi seekor kucing yang cantik ketika ia berlalu di hadapanmu. Karena siapa tahu, kucing itu memiliki sesuatu untuk diajarkan kepadamu...." Itulah pesan Casper--Si Kucing Lucu Penumpang Bus kepada kita, manusia. Dan seperti yang ia katakan, aku pun telah belajar sesuatu dari Casper, dengan membaca buku ini. Buku yang berisi kisah nyata Casper dari penuturan "mama"nya, Susan Finden.

Meski menjadi alasan buku ini ditulis, Casper tak serta merta memenuhi seluruh halaman buku ini. Susan Finden juga mengisahkan sekelumit kisah hidupnya, terutama yang banyak dipengaruhi oleh kehadiran kucing peliharaannya. Susan memang pecinta kucing, dan Chris--suami keduanya ternyata amat mendukungnya. Susan dan Chris bukan hanya memelihara kucing agar terhibur dengan kecantikan dan kelucuan mereka saja. Ada misi mulia yang mereka emban. Latar belakang Susan merawat kaum lansia dan orang dewasa dengan ketidakmampuan belajar, membuatnya ingin memelihara kucing tua atau yang penyakitan. Kucing-kucing ini bukanlah jenis yang banyak dipilih orang untuk dipelihara. Namun Susan senang memelihara mereka, karena ingin mencurahi mereka dengan kenyamanan dan kasih sayang, terutama di penghujung hidup mereka yang malang.

"Dengan merawat kucing-kucing liar tua, kuharap aku dapat memperbaiki berbagai ketidakadilan yang telah mereka alami selama bertahun-tahun. Dengan memberikan kasih sayang dan perawatan selama hari-hari terakhir mereka, aku sendiri mendapatkan sejumlah kesenangan dan kepuasan." (Susan) ~hlm. 13.

Casper masuk ke kehidupan Susan dan Chris setelah ia dijemput dari rumah penampungan, di mana ia dipanggil Morse. Begitu tiba di rumah barunya, Susan langsung menyadari bahwa "Morse" suka mengilang tiba-tiba bak hantu. Karena itulah nama "Casper" (si hantu cilik) pas juga disematkan pada kucing berbulu hitam putih yang keras kepala ini.

Sejak itu, Casper menjadi kucing kesayangan Susan. Susan menguraikan secara detail sifat-sifat unik Casper, yang di antaranya tak suka dikekang, dan suka berkelana. Kebiasaan terakhir itu dipergoki Susan ketika ia pergi ke klinik kesehatan, dan menemukan kucingnya sedang duduk manis di kursi ruang tunggu, seolah ia memang langganan klinik itu. Keluarga Finden sendiri suka berpindah-pindah rumah, dan ketenaran Casper akan dimulai ketika mereka pindah ke kota Plymouth.

Rumah Susan yang baru ini letaknya persis di seberang halte bus. Tanpa sepengetahuannya, Casper sering menyeberang ke halte, mengantre untuk masuk bus bersama penumpang lain, lalu duduk manis sambil menikmati perjalanan menyusuri kota, hingga bus kembali ke halte itu dan menurunkan Casper untuk pulang ke rumahnya. Para supir bus menikmati selingan lucu ini, para penumpang bus menyenangi kehadiran penumpang berbulu yang sering duduk di pangkuan mereka sambil membiarkan dirinya digendong dan dibelai. Casper bahkan punya kursi favorit-nya sendiri di bus itu! Yang lebih aneh lagi, Casper punya bus favorit juga. Ia hanya mau menumpang di bus First (di Plymouth ada 2 perusahaan yang mengoperasikan bus). Akhirnya terjadi hubungan simbiosis mutaulaistis antara Casper dan pengemudi/penumpang bus. Casper memberikan hiburan bagi pengemudi/penumpang, pengemudi/penumpang menjaga keselamatan Casper hingga pulang kembali ke rumahnya.

Casper duduk santai di kursi favoritnya


Casper menjelajahi bus-nya


Casper berfoto bersama "mama" Susan Finden, dan Rob--pengemudi First Bus kesayangan Casper

Kebiasaan Casper jalan-jalan "kelana kota" ini akhirnya tercium oleh media massa. Awalnya kisahnya diulas secara khusus di Plymouth Herald, koran lokal. Namun tak butuh waktu lama, kisah unik kucing yang menumpang bus ini tersebar ke seluruh penjuru Inggris, bahkan akhirnya ke seluruh dunia! Situs web BBC, Daily Telegraph dan Daily Mail ramai-ramai memungut kisah Casper dari Plymouth Herald. Bahkan konon Casper punya Page sendiri di Facebook! Jadilah Casper seekor selebritas dunia baru!

Apa yang terjadi pada Casper setelahnya? Yah...tak ada yang berubah sih. Dia tetap saja hobby kabur dari rumahnya, tetap doyan rolade kalkun sehingga tak bisa menolak tiap kali dirayu Susan untuk pulang, dengan sepotong rolade kalkun. Ketenaran tak berarti apa-apa bagi Casper. Itulah salah satu perbedaan besar kucing dengan manusia. Seringkali kupikir, kucing lebih bijak daripada manusia, karena ia tahu mana yang penting dan mana yang tak penting dalam hidup. Dalam hatinya sendiri, Casper memandang sinis perhatian berlebihan dan kehebohan di sekitarnya. Tunggu dulu! Darimana aku tahu bahwa Casper berpikir begitu? Oh...itu karena di buku ini, beberapa bab didedikasikan khusus untuk Casper. Maksudnya? Maksudnya, Casper ikut mengeluarkan uneg-unegnya tentang hidupnya, juga menuliskan tips-tips untuk hidup bersama manusia, bagi teman-teman kucingnya. Lucu bukan? Ini cuplikannya,

"Menyelinap keluar ketika manusia mengurus bulu kepala mereka, menggambari wajah masing-masing, memilih apa yang harus dikenakan, atau salah satu dari banyak hal lain yang menurutku hanya membuang-buang waktu mereka setiap harinya..." ~hlm. 138.

Lalu akhirnya? Yah...seperti banyak kisah tentang hewan peliharaan lainnya, kita harus siap-siap menangis ketika Casper harus meninggalkan dunia ini, dan pergi ke "titian bianglala". Konon kesanalah hewan peliharaan "pergi", untuk kelak bertemu kembali dengan pemiliknya. Manis ya?

Hidup seekor kucing memang sangat singkat, namun dalam waktu yang singkat itu rupanya Casper telah banyak mempengaruhi manusia. Di tengah kerasnya hidup jaman ini, Casper menawarkan "oase" yang menyegarkan. Hanya dengan menjadi dirinya sendiri, Casper melembutkan hati banyak orang dan mengeluarkan kebaikan mereka semua bagi dunia. Dari buku ini pula, aku menyadari bahwa hewan pun memiliki karakter unik, seperti manusia. Karakter itu dibangun, seperti manusia, lewat pengalaman masa lampau dan lingkungan di mana ia sebelumnya tinggal.

Yang memprihatinkan, adalah masih banyak orang yang tak peduli pada hewan peliharaan, khususnya kucing. Di Inggris saja, tak ada hukuman bagi pengemudi yang menabrak kucing; lain halnya bila yang ditabrak anjing. Wah, apalagi di negara kita, menabrak manusia pun, pengemudi masih bisa lolos dari jerat hukum!

Aku memberikan 3 bintang bagi Casper. Yang kusayangkan hanya porsi untuk "curhat" Casper tidak banyak. Menurutku, akan jauh lebih menarik kalau porsi Casper diperbanyak, ketimbang membaca porsi Susan yang agak membosankan karena pengulangan dan terlalu banyak isi surat yang ditulis di sini (padahal isinya hampir sama).

Video tentang Casper:


Judul: Casper--Si Kucing Lucu Penumpang Bus
Penulis: Susan Finden (dituliskan oleh Linda Watson-Brown)
Penerjemah: Nadya Andwiyani
Penyunting: Anton Kurnia
Penerbit: Serambi
Terbit: September 2011
Tebal: 300 hlm

3 comments:

  1. Dimulai dari dewey dan enzo, sekarang buku tentang binatang mulai banyak ya. aku belum sekalipun membaca model buku ini, soalnya agak absurb aja menurutku :D

    ReplyDelete
  2. coba baca gajah,semut, kuda bekerja..bagus :)

    ReplyDelete
  3. Wah, Casper benar-benar jadi "casper" ya? Sudah pergi ke titian bianglala. Tapi meski begitu kenangan tentang Casper akan tetap abadi di hati pemiliknya dan semua yang baca bukunya :-)

    ReplyDelete